Manhaj
Ahlus Sunnah di dalam Berakhlak dan Berperilaku
Di antara pokok-pokok aqidah Ahlus Sunnah :
memerintahkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran dan beriman bahwa kebaikan
umat akan terealisasi ketika mereka
berada padanya. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk diantara syiar-syiar islam
yang paling agung dan penyebab terpeliharanya jama’ah kaum muslimin. Amar
ma’ruf nahi munkar hukumnya wajib sesuai dengan kemampuan dan dijalankan
dengan memperhatikan maslahah
nyata yang dihasilkannya.
Firman Alloh:
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمْ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمْ الْفَاسِقُونَ(110)
Kalian
adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia memerintahkan yang
ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Alloh (S.
Ali Imron 110).
Dan sabda nabi sholallohu alaihi wasalam :
Barangsiapa
diantara kalian yang melihat kemungkaran hendaknya mengubah dengan tangannya,
maka apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan
hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR. Muslim)
Ahlus Sunnah
mendahulukan kelembutan di dalam memerintah dan melarang. Berdakwah dengan
hikmah serta nasehat yang baik. Firman Alloh :
ادْعُ إِلَى
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125)
Serulah
kepada jalan Rabb kalian dengan hikmah dan mauidhoh hasanah dan debatilah
mereka dengan yang lebih baik. (S. An-Nahl 125).
Dan mereka
memandang wajibnya bersabar terhadap gangguan makhluk di dalam menegakkan yang
ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Mengamalkan firman Alloh :
يَابُنَيَّ
أَقِمْ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ
عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ(17)
perintahkanlah yang ma’ruf dan
cegahlah yang mungkar dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu, sesungguhnya
yang demikian itu merupakan perkara yang diwajibkan (QS. Lukman 17).
Ahlus Sunnah wal
Jamaah ketika menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar memperhatikan waktu
sebagai salah satu pokok menjaga keutuhan jama’ah, menyatukan hati-hati,
mempersatukan kalimat, menghindarkan perpecahan dan perselisihan. Ahlus Sunnah
wal Jama’ah menegakkan nasehat kepada setiap muslim dan saling tolong menolong
di atas kebaikan dan takwa.
Sabda
rasululloh sholallohu alaihi wasalam agama itu adalah nasehat. Kami berkata
untuk siapa? Beliau berkata untuk Alloh, kitabNya, rasulNya, pemimpin kaum
muslimin dan orang awamnya. (HR. Muslim).
Ahlus Sunnah menjaga tegaknya syiar-syiar islam
seperti menunaikan sholat Jumat dan jamaah; haji, jihad, I’ed bersama para
pemimpin yang baik atau yang jelek sebagai hal yang menyelisihi ahlul bid’ah.
Bersegera menunaikan sholat yang wajib dan menunaikannya di awal waktu bersama
jamaah. Mengerjakan sholat di awal waktu lebih utama daripada di akhirnya.
Mereka menganjurkan untuk khusyu dan tuma’ninah di dalam sholat, dalam rangka
mengamalkan firman Alloh :
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman yaitu mereka yang khusyu di dalam sholat
mereka. (S. Al-Mukminun
1-2).
Ahlul Sunnah wal
Jamaah mewasiatkan untuk menegakkan sholat malam sebagai petunjuk nabi sholallohu alaihi
wasalam. Allah pun memerintahkan nabinya
untuk sholat malam dan bersungguh-sungguh di dalam ketaatan kepadaNya.Aisyah
berkata bahwa nabi sholallohu alaihi wasalam melakukan sholat malam sampai kaki
beliau bengkak,
maka
berkata Aisyah mengapa engkau lakukan yang demikian ya Rasululloh? sungguh
Alloh telah mengampunkan dosamu yang
terdahulu dan yang akan datang. Beliau bersabda apakah aku tidak suka menjadi
seorang hamba yang bersyukur? (HR. Bukhori).
Ahlus Sunnah wal
Jama’ah tegar di dalam menghadapi ujian,
dengan cara bersabar di atas bencana, bersyukur pada kelapangan, dan ridha dengan takdir. Firman Alloh Ta’ala :
قُلْ
يَاعِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي
هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ(10)
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar 10)
Sabda
rasululloh sesungguhnya besarnya ganjaran bersama besarnya cobaan, dan
sesungguhnya Alloh apabila mencintai suatu kaum maka Alloh akan memberikan
cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan dan
barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan.
(HR. Tirmidzi dishohehkan oleh Albani).
Ahlus Sunnah tidaklah mengharap dan meminta kepada
Alloh ditimpakan cobaan, karena tidak
mengetahui apakah mereka ditetapkan padanya atau tidak. Akan tetapi, apabila
mereka mendapatkan cobaan maka bersabar. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam
janganlah
kalian berangan-angan untuk bertemu musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan
maka apabila kalian bertemu musuh maka bersabarlah.
(HR. Bukhori
Muslim).
Ahlus Sunnah tidak berputus asa terhadap rahmat Alloh
di dalam ujian, karena sesungguhnya Allah mengharamkan hal tersebut. Mereka
menghadapi hari-hari cobaan dengan memandang akan datangnya kelapangan dan
pertolongan yang dekat. Hal ini
disebabkan mereka percaya dengan janji Alloh dan mengetahui bahwa
bersama kesulitan ada kemudahan. Mereka pun mencari penyebab terjadinya ujian
itu pada diri mereka sendiri dan mereka memandang bahwa ujian dan musibah
tidaklah menimpa kecuali karena perbuatan mereka sendiri. Pertolongan terkadang
diakhirkan dengan sebab seseorang
terjerumus di dalam dosa atau lemah di dalam berittiba’ sebagaimana firman
Alloh :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو
عَنْ كَثِيرٍ(30)
Dan apa-apa musibah yang menimpa kalian maka
disebabkan oleh tangan kalian sendiri. (Asy-Syura 30).
Ahlus sunnah tidak
menyandarkan diri dalam menghadapi ujian dan menolong agama dengan sebab-sebab
duniawiyah, walaupun tidak lalai terhadap sunnah kauniyah. Dan mereka memandang
bahwa taqwa kepada Alloh, istighfar dari dosa-dosa, bersandar kepada Alloh dan
bersyukur di dalam kebahagian merupakan sebab yang terpenting di dalam
menyegerakan kelapangan setelah kesempitan.
Ahlus Sunnah takut terhadap
balasan kufur nikmat, sehingga terlihatlah mereka sebagai orang yang paling
bersemangat untuk bersyukur,memuji Alloh dan kontinu di atas hal yang
demikian pada setiap kenikmatan, yang
kecil maupun yang besar. Sabda rasululloh sholallohu alaihi wasalam
lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan
jangan melihat kepada orang yang di atas kalian. (HR. Tirmidzi
dishohihkan oleh Albani).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghiasi diri mereka dengan akhlak yang
mulia dan kebaikan amalan. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam
orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling
beriman dan yang terbaik diantara mereka adalah yang terbaik akhlaknya.
(HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).
Dan sabda beliau
tidak
ada sesuatu yang diletakkan di dalam mizan lebih berat daripada kebaikan akhlak
dan sesungguhnya pemilik akhlak yang baik akan meraih dengannya derajat
orang-orang yang berpuasa dan sholat. (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).
-Bersambung-
·
diterjemahkan dari kitab al wajiz fi
aqidatis salafis shalih ahlis sunnati wal jama’ah karya syaikh Abdullah bin abdul hamid al atsary. Disampaikan dalam
daurah islamiyah dasar “membentuk jati diri muslim” selasa
10 juli 2001 di masjid pogung raya yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment