Home » , » Imam Al Bukhary Pawang Hadits Dari Bukhara

Imam Al Bukhary Pawang Hadits Dari Bukhara

Image result for imam bukhari rahimahullah

IMAM AL BUKHARY PAWANG HADITS DARI BUKHARA
Oleh : Ardy Sants

Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ja'fi Al Bukhari -rahimahullah-[1] . Berasal dari kalangan bangsa persi yang beragamakan majusi.[2] Al Bardizbah adalah seorang majusi dan meninggal dalam keadaan tetap beragama majusi. Adapun putranya  al mughirah telah memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al Ju’fi, gubernur Bukhara..[3] Sedangkan nama al bukhary dinisbatkan pada tempat ia dilahirkan yaitu di kota kecil bernama Bukhara.[4] Tepat setelah didirikannya shalat jum’at[5] pada tanggal 13 bulan Syawwal tahun 194 H maka beliaupun lahir di permukaan bumi ini.[6]
Lingkungan Keluarga Yang Taat
Dilihat dari riwayat kakek beliau Ibrahim tidak terdapat data yang menjelaskannya, tetapi Ismail ayah beliau adalah seorang yang alim, wara’ dan taqwa sekaligus ulama ternama di bidang hadits. Ia belajar hadits dari Imam Malik bin anas, Hammad ibnu Zayd, Abdullah bin mubarak dan lain sebagainya.[7]
Diriwayatkan dari Ahmad Bin Hafsh bahwa ketika Menjelang ajalnya (ayah bukhary) ia mendatanginya. Maka beliau (ayah bukhary) berkata kepadanya “didalam hartaku tidak terdapat uang yang haram atau yang syubhat sedikitpun[8] ini menunjukkan bahwa Imam Bukhari hidup dalam lingkungan keluarga berilmu, penuh fadhilah dan kebenaran serta taat kepada Allah Swt.[9] dan sangat pantas baginnya mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya.
Lika-Liku Masa Kecil
Ayahnya meninggal ketika Bukhari masih kecil dan meninggalkan harta yang cukup, beliau diasuh dan dididik oleh Ibunya dengan tekun dan kasih sayang.[10] Ada sebuah riwayat mengatakan bahwasannya di waktu kecil matanya tidak dapat melihat, hal ini membuat sang Ibu bersedih dan berdoa kepada Allah Swt. untuk kesembuhannya. Lalu sang Ibu bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim As yang berkata “Wahai Ibu, Allah telah menyembuhkan mata anakmu karena doamu”, keesokan harinya Imam Bukhari sudah dapat melihat dan sang Ibu pun menjadi gembira karenanya.[11]
Awal Yang Indah
Menginjak usianya yang ke-10 tahun ia sudah mulai menghafal hadits. Sehingga sebagai permulaan ia pun berhasil menghafal kitab-kitab Abdullah bin al Mubarak dan Waki’. Yang mana keduanya merupakan ahli hadits termasyhur pada abad kedua saat itu.[12]
Sifat-Sifat Yang Melekat Padanya
- Fisiknya
            Diriwayatkan oleh al Khatib dari seseorang yang pernah melihat imam bukhary, ia berkata,” aku melihat Muhammad bin ismail bin ibrahim sebagai seorang syaikh yang bertubuh kurus tidak panjang dan tidak pendek”.[13] Dan dalam riwayat yang lain dikatakan berkulit coklat sawo matang.
- Akhlaqnya
            Sesungguhnya pengetahuan beliau tentang hukum-hukum dan adab dalam syariat islamiyah, menunjukkan bahwa beliau adalah sesosok hamba yang sempurna. Penuh dengan kejernihan hati, cahaya rabani yang memancar, amal shalih yang mempesona dan akhlak yang begitu mulia.[14]
- Keagungan ibadahnya
Diriwayatkan dari Musabbih Ibnu Said bahwa ia berkata :”Adalah Al Bukhori, jka di bulan Ramadhan ia selalu mengkhatamkan Al Qur`an disiang hari pada setiap harinya dan pada malamnya satu kali khatam ketika sholat.”[15]
Bakar ibn Munir juga berkata," Pada suatu hari Muhammad bin Ismail merasa terganggu ketika sedang sholat. Selesai sholat dia berkata kepada para sahabatnya," Lihatlah ini ! apa yang menggangguku di waktu sedang sholat.!",Maka mereka melihatnya, ternyata lalat penyengat telah menyengat sebanyak 17 tempat, akan tetapi dia tidak memutuskan sholatnya. Tatkala para sahabatnya menanyakan mengapa tidak memutuskan sholat sejak awal, dia menjawab," Karena saya sedang sholat, saya lebih suka untuk menyempurnakannya."[16]
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata :”Suatu kali Abu Abdillah (Al Bukhori) sholat diwaktu sahur sebanyak 13 rakaat, dan dia tidak pernah membangunkan aku ketika ia bangun, maka akupun berkata kepadanya :”Aku selalu melihat engkau bersusah payah  (bangun malam), dan tidak membangunkan aku.” ia menjawab :”Kamu ini seorang pemuda, dan aku tidak ingin mengganggu tidurmu.”[17]
- Kezuhudannya
Al Husain Ibu Muhammad As samarkandi berkata :”Muhammad Ibnu Ismail mempunyai 3 hal kekhususan, yang mana tiga hal ini adalah sesuatu yang mulia, yaitu :”Dia sedikit bicara, tidak rakus dengan apa-apa yang ada pada manusia, tidak pernah menyibukkan dirinya terhadap urusan manusia, tapi ia hanya menyibukkan dirinya untuk ilmu.”[18]
Pernah sebagian sahabat-sahabat Al Bukhori berkata kepadanya :”Sungguh engkau telah berbuat ghibah kepada si Fulan.” Lalu ia menjawab.” Maha Suci Allah, aku tidak pernah menyebut seseorang dengan kejelekan kecuali jika aku sedang lalai, dan tidak akan keluar nama si Fulan dibuku catatanku dihari kiamat nanti.”[19]
- Kewara’annya
Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata :”Pernah Al Bukhori menyewa sebuah rumah, lalu aku pernah dia mendengar berucap :”Aku tidak pernah menyentuhkan kemaluankupada dinding atau lantai rumah ini (kencing).” Lau dia pun ditanya :”Mengapa begitu ?” ia menjawab :”Karena ini bukanlah rumahku.”[20]
Dari Sulaim ia pernah berkata :”Kedua mataku tidak pernah melhat orang yang lebih alim, wara`, dan zuhud terhadap dunia selama selama 60 tahun selain Muhammad Ibnu Ismail (Al Bukhori).”[21]
- Kedermawanannya
Muhammad ibnu abi hatim berkata : “ Al bukhori mempunyai sepetak tanah yang ia sewakan kepada orang lain dengan harga 700 dirham pertahun dan orang yang menyewa tanahnya itu sering kali membawakan untuknya buah gisa’ ( sejenis mentimun ) , karena ia memag menyukai buah itu ,  tapi memang kadang ia juga suka makan buah semngka , oleh karena itu imam Bukhori selalunya memberikan kepada laki-laki tersebut uawng senilai 100 dirham setiap tahun , lantaran beliau sering membawakan buah qitsa’ kepadanya .”[22]

 

Kisah Perjalanan Al Imam Al Bukhari Dalam Mencari Ilmu

Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata : “Aku mendengar Abu Abdillah Ibnu Ismail – Al Imam Al Bukhari – berkata : “Setelah aku selesai melaksanakan haji, ibu dan Adikku langsung kembali, sedang aku tetap tinggal untuk mencari hadits, maka tatkala aku terkena sakit – diusia 18 tahun -, aku gunakan waktu  kosongku untuk menulis perkara-perkara dan fatwa. Kalangan sahabat dan Tabiin, waktu itu adalah masa dimana Ubaidillah Ibnu Musa hidup.[23] Dan sungguh aku masih banyak berselilisih dengan para ahli fiqih kota warwa dikala aku masih bocah, setiap aku datang aku malu untuk berucap salam kepada mereka. Maka seorang syaikh dari mereka  berkata kepadaku : “Berapa hadits yang telah engkau tulis ?” lalu aku jawab : “dua hadits “ mereka serentak mentertawakan aku. Maka syaikh itu pun berkata :” janganlah kalian mentertawakan dia, bisa jadi dia akan tertawakan kalian disuatu hari nanti.”
            Al Imam Adz dzahabi berkata :” Aku mendengar Al Bukhari berkata :” Aku datang – bermajelis – dengan Al khumaidi sedang umurku baru 18 tahun, dan diantara Al Khumaidi dengan ulama-ulama yang lain waktu itu terjadi perselisihan. Maka tatkala Al Khumaidi melihatku ia langsung berkata :” Telah datang orang yang akan menengahi perselisihan diantara kita.” Lalu Ia sampaikan masalah itu kepadaku, maka aku selesaikan perselisihan antara dia dengan orang-orang itu. Meskipun orang-orang itu tidak mau kembali dan tetap dalam keyakinannya. Lalu mereka pun mati dan masih dalam keadaan menyimpang.”
Dari Ahmad Ibnu Minhal Al `Abid dari Abu Bakar  Al A’yan, ia berkata :”Kami menulis hadits dari Imam Al Bukhari melalui penulisnya – Muhamad Ibnu Yusuf - , dan kami tidak melihat diwajahnya bulu (kumis/jenggot), maka kami pun bertanya :”Berapa umurmu ?” Ia menjawab : “ 17 tahun”.[24]
Kholaf  Al Khoyam berkata :”Aku mendengar Ibrahim Ibnu Ma`qil berkata : “Aku mendengar Abu Abdillah (Imam Bukhari) berkata :”Ketika aku bersama-sama dengan Abu Ishaq Ibnu Rohawaih, sebagian temanku berkata :” Seandainya kalian ini ada yang menulis sebuah kitab yang memuat hadits-hadits Nabi Saw,” maka terbayanglah hal itu dibenakku untuk menulisnya. Lalu aku pun menulis kitab ini.”[25]
Al Firabry berkata :”Aku mendengar Al Bukhori berkata : “Aku tidak pernah menulis didalam kitab ini Ash Shahih – satu hadits pun kecuali aku telah mandi besar dan sholat dua rakaat.” Dan dalam keterangan lain Al Bukhari berkata :” Akupun tidak memasukkan satu haditspun  dalam kitab ini kecuali yang shohih dan aku hilangkan – hadits-hadits – yang tidak shohih agar kitab ini tidak terlalu tebal.”
Abu Ja’far Muhammad ibnu Abi Hatim berkata : Aku pernah bertannya kapada Al Bukhori :”   Apakah telah engkau hafal semua apa yang ada didalam kitab ini ?” Ia menjawab :” Tidak ada yang luput sedikit pun seluruh isi buku ini dariku.”[26]
            Suatu kali Abu Ja’far juga berkata :Aku mendengar Al Bukhori berkata :” Aku menulis semua kitabku sebvannyak 3 kali .” dan dia – Al Bukhori – juga berkata :” Kalaulah  guru-guruku ditanya mereka tidak akan tahu bagaimana aku menulis kitabku –tarikh- .” kemudian ia melanjutkan lagi :” Aku menulis kitab ini sebannyak 3 kali.”[27]
Dari Muhammad Ibnu Yusuf Al Bukhari berkata : “Aku bersama Muhjammad Ibnu Ismail (Imam Bukhari) Pada suatu malam dirumahnya, dan aku menghitungnya menyalakan lilin dan mengingat-ingat sesuatu (yang ia tangguhkan sampai malam itu) sebanyak delapan belas kali.”
Muhammad Ibnu Abi Hatim Al Wara` berkata : “Adalah Imam Bukhari jika aku sedang bersafar dengannya kami menginap pada suatu rumah – kecuali jika musim panas - , maka aku melihat ia bangun sebanyak 15-20 kali semalam. Dan setiap bangun ia mengambil  korek api lalu menyalakan lilin, kemudian ia keluarkan hadits-haditsnya dan mempelajarinya.”[28]
Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata : “Aku sedang bersama Muhammada Ibnu Yusuf Di syam, dan kami menjauhi perbuatan pemuda-pemuda Syam dan memakan buah “Firshad” (sejenis Anggur), sedang Imam Bukhari juga bersama-sama kami, tetapi ia tidak mau peduli dengan apa yang sedang kami lakukan, akan tetapi ia hanya mengurus hadits-hadistnya.”
Muhammad berkata : “Aku mendengar An Najm Ibnu Fudhail berkata : “ Aku melihat nabi Saw didalam mimpi sedang berjalan sedang Imam Bukhari berjalan dibelakang beliau. Dan setiap kali beliau mengangkat kakinya, ia selalu meletakkan kakinya pada bekas kaki Nabi saw.”[29]

Peta Perjalanannya beserta guru-gurunya
Beliau melakukan rihlah setelah mengambil hadits dari syaikh-syaikh yang berada di di daerah bukhara semisal Muhammad bin salam al bikandi, Abdullah ibn Muhammad al musnadi dan ibrahim bin al asy’ab. Kemudian untuk pertama kalinya beliau rihlah keluar kota pada tahun 210 h pada saat usia beliau berusia 16 tahun. Tepatnya setelah beliau melakukan bersama ibu dan saudaranya yang bernama ahmad beribadah haji. Pada saat itu saudara dan ibunya kembali ke bukhara, sedangkan ia tetap tinggal di makkah untuk belajar hadits disana.[30]
            Diantara guru yang ditemuinya ketika berada di makkah ialah : abu al walid ahmad bin al azraqy, Abdullah bin yazid, ismail bin salim ash sha’igh, abu bakar bin abdillah ibn az zubair dan al allamah al humaidy.
            Pada tahun 212 h, setelah  dari makkah maka ia pun melanjutkan ke madinah. Sedangkan usianya kala itu menginjak 18 tahun. Disana beliau bertemu dengan ibrahim bin al mundzir, mathraf bin abdillah, ibrahim bin hamzah, abu tsabit Muhammad ibn ubaidilah, abdul aziz bin abdillah al iwaisy dan yang lainnya.
            Setelah merasa cukup maka beliaupun melanjutkan rihlahnya menuju ke bashrah. Deiantara ulama yang beliau temui ialah abu ashim an nabil, shafwan bin isa, badil bin tsabit al mahbar, harami bin imarah, Muhammad bin sinan dan lainnya.
            Kemudian beliau pun melanjutkan ke kuffah. Disana beliau bertemu dengan Abdullah bin musa, abu nu’aim bin ya’kub, ismail bin aban, hasan bin ar rabi’, khalid bin al mujalid dan said bin hafsh.
            Beliau pun juga mampir ke Baghdad sebagai pusat pemerintahan  daulah abasiyah kala itu. Diantara ulama beliau disana ialah ahmad bin hambal, Muhammad bin isa ash shabagh, Muhammad bin sa’iq dan syuraih bin nu’man.
             Daerah syam pun juga menjadi tempat tujuan beliau. Disana ia bertemu dengan yusuf al faryabi, abu ishaq bin ibrahim, adam bin abi iyas, abul yaman al hakam bin nafi’ dan hayawah bin syuraih.
            Mesir pun juga menjadi pusat perhatian beliau dalam hal ini. Disana ia bertemu dengan utsman bin ash sha’igh, said bin abi maryam, Abdullah bin shalih, ahmad bin shalih dan ahmad bin syubaib.
Selain daerah-daerah diatas, beliau juga pergi ke jazirah, khurasan dan daerah sekitarnya seperti maroko, balakh dan harah. Sedangkan bukhara, Samarqand, thusyqand dan sekitarnya adalah daerah imam bukhari sendiri. [31]
Khatib al Baghdadi berkata, “ imam bukhari telah melakukan perjalanan rihlah ke beberapa daerah guna mendapatkan hadits. Dia menulis hadits di khurasan, daerah pegunungan, semua kota irak, hijaz (makkah dan madinah),syam, mesir dan beberapa kali masuk kota Baghdad”.[32]
Adapun gambar peta perjalanannya dapat dilihat di bawah ini[33] :



Murid-murid beliau
Adapun  para ulama yang pernah belajar dari imam Al Bukhari ialah : Abu Isa Ath Turmudy, Abu Hatim, Ibrahim Ibnu Ishaq Al Harbi, Abu Bakar Ibnu Abi Dunya, Abu Bakar Ahmad Ibnu Amru Ibnu Abi Ashim, shalih bin Muhammad jazarah, Muhammad bin abdilah al khadhramy muthayyin, ibrahim bin ma’qil an nasafy, Abdullah bin najiyah, abu bakr Muhammad bin ishaq bin khuzaimah, umar bin Muhammad bin bujair, abu quraisy bin Muhammad bin jum’ah, yahya bin Muhammad bin sha’id, muhammad Ibnu Yusuf Al Firobry, Abu Bakar Ibnu Abi Dawud, serta ulama-ulama yang lain dari berbagai wilayah.[34]
Kecerdasan Dan Kecepatan Al Imam Bukhari Dalam Menghafal
Ja’far Muhammad Ibnu Al Qothoni-Imam Karmeniah-berkata: Aku mendengar Muhammad Ibnu Ismail (Al Bukhari) berkata : Aku telah menulis dari 1000 syaikh lebih, dan dari setiap seorang dari mereka aku menulis 10.000 hadits lebih, dan tidaklah aku mempunyai hadits kecuali aku ingat akan sanadnya”.[35]   
Dari Muhammad Ibnu Abi Hatim Al Warroq berkata : Aku mendengar Hasyid Ibnu Isma’il dan temannya berkata : adalah Imam Al Bukhari, itu berselisih dengan kami, dihadapan para ulama Basrah, padahal ia masih seorang bocah, ia tidak menulis hadits, sampai suatu hari kami katakan kepada dia : “Engkau telah menyelisihi kami dan kau tidak menulis (hadits), lalu apa yang akan kau perbuat ?.” ia menjawab kami setelah 16 hari : “Kalian telah banyak (hadits) dari saya dan kalian selalu paksa saya, kalau begitu bacakanlah kepadaku apa-apa yang telah engkau tulis.” Maka kami pun  bacakan  semua yang telah kami tulis dan tidak kurang dari 15000 hadits. Lalu ia pun membacakan semua hadits itu diluar kepala, sehingga kami merasa bahwa apa yang telah  kami tulis telah ia hafal semua. Kemudian ia berkata : “ Apakah kalian melihatku menyelisihi kalian dalam kebatilan serta aku sia-siakan hari-hariku ?.” Setelah itu Kami baru tahu kalau dia tidak mau mendahului orang lain.”[36]
Abu Ahmad Abdillah Ibnu Adi Al Hafids berkata :”Aku mendengar beberapa ulama bercerita bahwa Muhammad Ibnu Ismail Al Bukhari telah datang dikota Bagdad, maka terdengarlah hal itu oleh ulama-ulama hadits. Kemudian mereka bersepakat untuk menguji Imam Bukhari dengan 100 hadits, yaitu dengan cara menukar antara sanad dengan matan haditsnya. Mereka menjadikan matan hadits ini untuk sanad hadits yang lain, dan sanad hadits ini untuk matan hadits yang lainnya pula. Setiap orang dari mereka harus menyodorkan 10 hadits yang telah ditukar tadi secara acak kepada Imam Bukhari – jumlah mereka sekitar 10 orang -. Maka berkumpullah manusia di malis Imam Bukhari, kemudian salah seorang pakar hadits tadi maju dan membacakan 10 hadits yang telah disiapkan dihadapan Imam Bukhari hingga habis, lalu Al Bukhari menjawab :’Aku tidak tahu.” Kemudian orang kedua pun maju dan membacakan hadits pula, lalu Al Bukhari menjawab : “Aku tidak tahu.” Hal itu terulang sampai hadits terulang sampai hadits yang kesepuluh. Maka para pakar hadits itu pun saling pandang seraya berkata :”laki-laki ini paham.” Dan barang siapa yang tidak tahu pasti ia akan mengatakan bahwa Al Bukhari tidak bisa. Lalu majulah salah seorang dari pakar hadist itu dan membacakan dihadapan Al Bukhari lagi sebagaimana yang pertama. Dan  Bukhari hanya menjawab : “Aku tidak tahu”. Lalu majulah orang keempat sampai orang kesepuluh. Dan Imam Bukhari tidaklah menjawab kecuali hanya mengatakan : Aku tidak tahu.” Lalu setelah Imam Bukhari yakin bahwa mereka telah maju semua, maka iapun berkata kepada orang yang pertama : “Adapun hadist pertama yang engkau baca adalah seperti ini, dan yang kedua seperti ini, ketiga sampai kesepuluhia sebutkan semua. Kemudian Imam Bukhari membetulkan setiap hadits yang telah dibolak-balikkan matan dan sanadnya dari hadits pertama sampai yang terakhir. Dan hal itu ia lakukan kepada seluruh pakar hadits dari yang pertama sampai yang terakhir. Maka manusia pun bersepakat dan menjulukinya sebagai seorang yang hafidz dalam bidang hadits.[37]
Dari Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu Ibrahim Az Zaghuny berkata : “Aku mendengar Yusuf Ibnu Musa Al Marwarrudzi berkata : “ketika aku sedang berada dikeramaian kota Basrah ada seseorang yang menyeru : “ Wahai ahli ilmu telah datang Muhammad Ibnu Ismail – Al Bukhari - .” maka orang pun berdiri dan mecarinya. Dan aku pun ikut bersama-sama. Maka kami pun melihat seorang anak muda yang sedang sholat dibelakang tiang masjid. Maka setelah ia selesai dari shalatnya orang-orang pun langsung berkerumun dan memintanya untuk diadakan majelis Imla` (majelis didalam dibacakan hadits), dan Imam Bukhari pun menyetujui hal itu. Maka keesokan harinya berkumpullah manusia (± 1000 orang) untuk bermajelis bersamanya. Kemudian Al bukhari berkata : “Wahai penduduk Basrah, aku hannyalah seorang pemuda, dan kalian memintaku untuk membacakan hadits, maka aku akan bacakan hadits-hadits dari negeri kalian, oleh sebab itu ambillah faedahnya…” [38]
Az Dzahabi berkata : “Aku mendengar Al Bukhari berkata : “setiap aku datang kepada seorang ulama`, pasti manfaat yang ia ambil dariku lebih banyak dari pada manfaat yang aku dapatkan darinya.”[39]
Ia juga berkata : “Aku mendengar Imam Bukhari berkata :”Aku tidak pernah menulis satu kisah pun kecuali aku telah mengahafalnya.” Dalam kesempatan lain ia juga pernah berkata :”aku menyusun kitab “Al I`tishom” dalam satu malam.”[40]
Pujian Para Ulama kepadanya
Pujian Para Syaikh Beliau
Muhammad bin Abu Hatim mendengar Imam Al Bukhori berkata," Tatkala masuk ke kota Bashrah, saya bermajelis dengan Muhammad bin Basyar, ketika keluar majelis, dia melihatku. Dia bertanya kepadaku,"Darimana kamu wahai pemuda?", Maka akupun menjawab," dari penduduk Bukhara.". Bagaimana kamu justru meninggalkan Abu Abdillah Al Bukhori dan tidak belajar kepadanya?," keluhnya. Maka para Sahabat Muhammad bin Basyar berkata kepadanya,"Semoga engkau merahmati engkau. Dialah Abu Abdillah (Al Bukhori ) itu." lantas Muhammad bin Basyar memegang tanganku dan memelukku. Kemudian beliau berkata," Selamat atas kedatangan orang yang besar lagi mulai yang telah kami tunggu sejak dua tahun lalu."[41]
Imam at tirmidz berkata,” suatu ketika muhammad bin ismail berada di sisi Abdullah bin munir, maka pada saat ia ingin beranjak dari sisi beliau maka ia berkata padanya (bukhari),” wahai abu Abdullah semoga allah menjadikan kamu sebagai perhiasan umat ini”. Selanjutnya imam tirmidzi berkata,” maka terkabulah doa untuknya”.[42]
Pujian Teman Dan Orang Yang Semasanya
Abu umar ahmad bin nashr al khaffaf berkata, “ Muhammad bin simai’l lebih mengetahui tentang hadits dari pada ishaq bin rahawaih, ahmad bin hambal dan selain mereka berdua dengan 20 kali derajat kelipatan. Barang siapa berkata-kata buruk terhadap beliau maka orang tersebut berhak mendapatkan seribu laknat dariku”.[43]
Abu hatim ar razi berkata,”belum pernah ada orang masuk khurasan yang lebih hafidz dari Muhammad bin ismail. Begitu pula sebaliknya, belum pernah ada orang keluar dari khurasan menuju irak yang lebih pandai darinya”.[44]
            Abu bakr Muhammad bin ishaq bn khuzaimah berkata,” tidak ada manusia di bawah kolong langit ini yan glebih pandai dalam bidang hadits melebihi Muhammad bin ismail”.[45]

Karya-Karya Beliau
Semenjak berusia 18 tahun beliau sudah memulai untuk menulis. Diriwayatkan dari Muhammad Ibnu Abi Hatim bahwa ia berkata : “Aku mendengar Abu Abdillah Ibnu Ismail – Al Imam Al Bukhari – berkata : “Setelah aku selesai melaksanakan haji, ibu dan Adikku langsung kembali, sedang aku tetap tinggal untuk mencari hadits, maka tatkala aku terkena sakit – diusia 18 tahun -, aku gunakan waktu  kosongku untuk menulis perkara-perkara dan fatwa. Kalangan sahabat dan Tabiin, waktu itu adalah masa dimana Ubaidillah Ibnu Musa masih hidup.[46]   
Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
1.      Al-Jami’ as-Sahih (Sahih Bukhari).
2.      Al-Tarikh as-Sagir.
3.      Al-Tarikh al-Awsat.
4.      Al-Tarikh al-Kabir.
5.      Kitab Adh Dhu’afa’
6.      Kitab al Asma’ Wal Kuna
7.      As Sunan Fi Al Fiqh
8.      Al Adab Al Mufrad
9.      Kitab Khalq Af’alil ‘Ibad
10.  Kitab Al Qira’ah Khalf Al Imam
11.  Kitab Fi Al Hibbah
12.  Raf’ul Yadain Fi Ash Shalah
13.  Bir Al Walidain
14.  Al Jami’ Al Kabir
15.  Al Musnad Al Kabir
16.  At Tafsir Al Kabir
17.  Kitab Al Asyribah
18.  Asamiyu Ash Shahabah
19.  Al Wihdan
20.  Kitab Al Mabsuth
21.  Kitab al ‘Ilal
22.  Kitab al Fawaid
23.  Kitab Qadhayaa Ash Shahabah Wa At Tabi’in.[47]
Ø  Wafatnya Al Imam Al Bukhori
Pada saat  beliau tinggal di Naisabur, terjadilah fitnah yang menimpanya mengenai khalqul quran “al-Quran adalah makhluk”. Demi menghindari dari merambatnya fitnah tersebut  maka Imam Bukhari kembali ke Kampung halamannya di Bukhara.[48]
Setibanya di sana Beliau disambut meriah oleh penduduk setempat. Tetapi kemudian fitnah kembali menimpanya, yang mana Khalid bin Ahmad al-Zihli –Penguasa Bukhara waktu itu- memerintahkan orang-orangnya agar melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Dengan demikian ia mempunyai alasan untuk mengusir beliau dari Bukhara. Tak lama setelah itu Imam Bukhari pun diusir dari kampung halamannya.
Suatu ketika warga Samarkand meminta agar Imam Bukhari menetap di negri mereka. Sebelum tiba di Samarkand beliau lebih dahulu singgah di Khartank (sebuah desa kecil yang jaraknya dua farsakh dari kota Samarkand) untuk mengunjungi beberapa familinya yang ada disana. Di Desa kecil ini beliau jatuh sakit hingga menemui ajalnya. Imam Bukhari wafat pada malam Sabtu waktu Isya bertepatan dengan malam hari raya Idul Fitri 870 M (256 H) .
Sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya, diriwayatkan dari Ibnu ‘adi   bahwa ia berkata : Aku mendengar Abdul qudus ibnu Abdil Jabbar As samarkandi berkata : “ Al bukhori datang ke “ Khortanka” untuk mengunjungi kerabatanya, kemudian ia pun mampir dan menginap di sana. Maka pada suatu malam aku mendengar ia berdoa setelah sholat malam, “Ya Alloh sungguh telah sempit bumi ini bagiku setelah lapangnya, maka ambillah aku untuk menghadap Mu “. Dan belum genap satu bulan wafatlah ia yang kemudian dimakamkan di Khortanka.[49]
            Al Hasan ibnul husain Al bazzaz Al bukhori berkata : “ Imam bukhori meninggal pada malam ‘ Iedul fitri setelah sholat isya’, dan dia dikebumikan pada hari ‘ iedul fitri setelah sholat dhuhur tahun 256 H . Dia hidup selama 62 tahun kurang 13 hari . “[50] Wallahua’lam.
           
Maraji :
1.            Siyar Al A’lam An Nubala’ Karya Al Imam Syamsuddin Muhammad Bin Ahmad Bin ‘Utsman Adz Dzahaby, Muassasah Ar Risalah, Cet. Ke-1, Beirut, 1403 H.
2.            Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin wa Muhadditsul Fuqaha’ Karya Nizar Bin Abdul Karim Bin Sulthan Al Hamdany, Jami’ah Ummul Qura, Makkah, 1412 H
3.            Al Imam Al Bukary Muhaditsan Wa Faqihan Karya Al Khusainy Abdul Majid Hasyim, An Nasyirun, Qahirah, t. tahun.
4.            Tahdzib Al Asma’ Wal Lughat Karya Abu Zakariya Muhyiddin Bin Syaraf An Nawawy, Dar A Lkutub Al Ilmiyah, Beirut, t. th.
5.            Tahdzibul Kamal Karya Jamaludin Al mizzi, Cet. Ar risalah
6.            Tarikh Baghdad Karya Al Khathib Al Baghdady, Dar al Kitab Al ‘Araby, Beirut, t. th. & Cet. Dar al Kutub al ‘Ilmiyah & Cet. Al Qahirah. 1931 M
7.            As Siraj Al Munir Fi Al Qabi Al Muhaditsin Karya Sa’ad Fuhaimy Ahmad Bilal, Dar Ibn Hazm,
8.            Dirasat Fi Al Hadits Wal Muhaditsin Karya Hasyim Ma’ruf Al Hasany, Dar At Ta’aruf Lil Mathbu’at, Beirut, t.th.
9.            Al Hadits Wal Muhaditsun  karya Muhammad Muhammad abu zahw, Riyadh, 1984 M
10.        Athlas Al Hadits An Nabawy Karya Dr.Syauqy Abu Khalil, Dar El Fikr, Dimsyaq, Cet. ke-4, 1426 H
11.        Bustanul Muhaditsin Li Ad Dahlawy Karya Abdul ‘Aziz Bin Al Imam Waliyullah Ad Dihlawy, Dar Al Gharb Al Islamy, t.th.
12.        Thabaqat al Hanabilah karya Muhammad bin abi ya’la, dar al Ma’rifah, Beirut. T. th.
13.        Fath al Bary Bi Syarh Shahih Al Bukhary Karya Ibn Hajar Al ‘Asqalany, Cet. As Salafiyah, al Qahirah, t. th.




[1] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 25-26, As Siraj Al Munir Fi Al Qabi Al Muhaditsin : 356
[2] Dirasat Fi Al Hadits Wal Muhaditsin : 111
[3]  Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 26-27, Dirasat Fi Al Hadits Wal Muhaditsin : 111
[4]Al Hadits Wal Muhaditsun : 353. Nama bukhara Saat ini Uzbekistan yang terletak di Asia Tengah (athlas al hadits an nabawy : 11).
[5] Bustanul Muhaditsin Li Ad Dahlawy : 72
[6] As Siraj Al Munir Fi Al Qabi Al Muhaditsin : 356, AL imam  Al Bukhary Muhaditsan Wa Faqihan : 23-24
[7] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 27-28
[8] Idem : 28
[9] Idem : 29
[10] Dirasat Fi Al Hadits Wal Muhaditsin : 115
[11] Siyaru A’lamin Nubala’ : 12/393, Bustanul Muhaditsin Li Ad Dahlawy : 72
[12] Dirasat Fi Al Hadits Wal Muhaditsin : 115
[13] Tarikh Baghdad : 2/6
[14] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 30
[15] Tahdzib al kamal : 1170, Siyaru A’lamin Nubala’ :12/ 393
[16] Thabaqat al Hanabilah : 1/276
[17] Siyaru A’lamin Nubala’ : 12/ 441,
[18] Muqadimatul Fath : 486
[19] Siyaru A’lamin Nubala’ : 12/448
[20] Idem : 447, Tarikh Baghdad : 2/11
[21] Siyarul a’lam an Nubala’ :12/ 449,
[22] Siyarul a’lam an Nubala’ : 12/449, Muqadimatul Fath : 481
[23] Tarikh Baghdad : 2/7
[24] Thabaqat as Subky : 2/217
[25] Tarikh Baghdad : 2/9
[26] Tahdzibul kamal : 1169
[27] Muqadimatul fath : 488
[28] Siyaru a’lam an nubala’ : 404
[29] idem : 405
[30] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 37
[31] Tahdzib al asma’ wa al lughat : 1/71-72, sirah al imam al bukhari : 59-60
[32] Tarikh Baghdad : 2/4
[33] Athlas al hadits an nabawy : 11
[34] Siyar a’lam an nubala’ : 12/ 397
[35] Thabaqat al hanabilah : 1/275, thabaqat as subky : 2/222
[36] Tarikh Baghdad : 2/14 -15
[37] Siyar al a’lam an nubala’ : 12/408-409
[38] Tarikh Baghdad : 2/15-16
[39] Muqadimatul fath : 489
[40] Siyar al a’lam an nubala’ : 12/412
[41] Tarikh Baghdad : 2/17
[42] Siyar a’lam an nubala’ : 12/433
[43] Thabaqat as subky : 2/221
[44] Tarikh Baghdad : 2/23
[45] Idem : 2/27
[46] Tarikh Baghdad : 2/7
[47] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 79-80
[48] Al Imam Al Bukhary Faqihul Muhaditsin : 93
[49] Muqadimatul fath : 494
[50] Siyar al a’lam an nubala’ : 12/468

Diterbitkan Oleh : Al Masjidiy Jurnal News Network

Al Masjidiy Murupakan kumpulan dari tulisan-tulisan yang ada dalam beberapa buletin dan artikel ilmiah, soalnya admin pernah menjadi pemred beberapa buletin di Kota Metro Lampung dan Kota Bekasi. Saat ini admin Fokus pada pengembangan media online. Admin juga menerima tulisan dari pembaca melalui email: almasjidiy@gmail.com

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Terima Kasih Telah Membaca Artikel Ini ::

0 comments:

Post a Comment

Opini Terbaru