Di antara akhlak salafus sholeh Ahlul
Sunnah wal Jama’ah
·
Ikhlas
di dalam berilmu dan beramal. takut terhadap masuknya riya’ pada keduanya.
Firman Alloh :
أَلَا لِلَّهِ
الدِّينُ الْخَالِصُ
ketahuilah hanya untuk Alloh
agama yang murni. (QS.
Az-Zumar 3).
·
Mengagungkan batasan-batasan Allah dan merasa
cemburu apabila batasan-batasan Allah dilanggar. Menolong agama Allah dan
syariatNya, banyak mengagungkan kehormatan kaum muslimin serta cinta apabila
kaum muslimin memperoleh kebaikan . Firman Alloh :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا
مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ(32)
barangsiapa mengagungkan
syiar-syiar Allah sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati (QS. Al-Hajj 32).
·
Berusaha
meninggalkan sifat nifak, dengan
menyamakan antara lahir dan batin di dalam kebaikan, memandang bahwa amalan mereka masih sangat
sedikit, dan selalu mendahulukan amalan akhirat di atas amalan dunia.
·
Kelembutan hati, banyak menangis atas kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah ,mereka
lakukan hal ini dengan harapan agar Allah menyayangi mereka. Banyak mengambil pelajaran dan
menangis. Perhatian dengan perkara kematian apabila menyaksikan jenazah, atau mengingat kematian,
sekaratnya dan su’ul khatimah
sehingga bergoncang dada mereka.
·
Bertambah
tawadhu’ ketika bertambah dekat kepada
Allah ta’ala
·
Banyak bertaubat, memohon ampun siang dan
malam karena mengetahui bahwa mereka tak selamat dari dosa sampai di dalam amalan
ketaatan mereka. mereka memohon
ampun atas kekurangan di dalam ketaatan,kekhusukan dan kedekatan kepada Allah. Tiadanya rasa
ujub /bangga dengan sesuatu dari amal-amal mereka , benci dengan
ketenaran, bahkan selalu melihat kekurangan dan kelemahan di dalam ketaatan terlebih di dalam kejelekan
mereka
·
sangat
menekankan terhadap permasalahan taqwa dan tiada mendakwakan diri sebagai orang yang bertaqwa,
dan banyaknya ketakukan mereka terhadap
Allah azza wa jalla
·
ketakutan yang sangat terhadap Allah, kalau akhir
kehidupan mereka ditutup dengan su’ul khatimah. mereka tidak lalai dari dzikrullah. Merasakan kehinaan dunia di sisi mereka, kuatnya penolakan mereka
terhadap dunia dan tidak membangun (kediaman)dunia kecuali sesuai kebutuhan tanpa menghias-hiasinya. Sabda Rasulullah
sholallohu alaihi wasalam “ demi
Allah tidaklah dunia ini dibandingkan
akhirat kecuali seperti seseorang
diantara kalian mencelupkan jarinya ke
laut maka lihatlah apa yang menetes (Hr
Muslim)
·
Tidak ridha dengan kesalahan yang ditujukan kepada agama atau
kepada orang yang mengamalkannya, bahkan
membantahnya dan memberi udzur
kepada orang yang berkata tentangnya.
Banyak menutupi kekurangan kaum
muslimin, kuatnya munaqosah(berdialog) terhadap pribadi mereka sebagai
bukti wara’, tidak suka membuka aib seseorang, sibuk dengan
kekurangan diri daripada aib orang lain,
bersungguh-sungguh menutupi
kekurangan orang lain, menutupi yang tersembunyi tidak melebihkan seseorang
dari yang ia dengar pada haknya, meninggalkan
permusuhan terhadap manusia dan
banyak bersahabat dengan mereka. Tidak
menanggapi seseorang dengan kejelekan
dan tidak memusuhi seorang pun.
Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam
“ tidak akan masuk surga
tukang fitnah/adu doma pada riwayat muslim nammam/ tukang adu domba
·
menutup
pintu ghibah pada majelis mereka , menjaga lidah dari ghibah
agar tidak menjadi majelis dosa.
Firman Allah
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ (12)
“ Janganlah seorang menghibahi yang lain, sukakah seorang diantara kalian memakan
bangkai saudaranyan tentu dia akan
benci (QS Al Hujurat 12)
·
Penuh dengan rasa malu, adab, kecintaan, ketenangan,
sedikit bicara, sedikit tertawa, banyak diam, berbicara dengan hikmah tidak merasa gembira dengan dunia. Yang demikian
ini dikarenakan sempurnanya akal mereka.
Sabda rasulullah sholallohu alaihi wasalam “ Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata yang baik atau
diam. dan bersabda barangsiapa
diam maka beruntung/ menang
(HR Tirmizi)
·
Banyak
memaafkan terhadap setiap orang yang
mengganggu, mengambil harta,
kehormatan mereka atau yang semisalnya
firman Allah
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(134)
“ Dan orang-orang yang
menahan kemarahan, dan memaafkan manusia
dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS Ali Imran 134)
·
Tidak lalai dengan serangan iblis, bersungguh-sunguh mengetahui
tipu daya dan jebakan-jebakannya,
tidak merasa was-was di dalam
wudlu, sholat dan ibadah yang lain karena yang demikian adalah tipu daya
syaithan
·
Banyak
bersedekah dengan apa-apa yang lebih
dari kebutuhan mereka siang dan malam,
sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Banyak bertanya tentang keadaan sahabatnya , yang demikian karena sederhananya mereka dalam kebutuhan makan, pakaian dan mereka tidak berlebihan dalam hal-hal yang halal
·
Mencela kekikiran; Bersikap dermawan, memberikan harta , berkasihsayang dengan saudara mereka dalam safar dan mukim sebagai
pengokoh dalam menolong dien
dan inilah maksud utama mereka. Kuatnya
kecintaan untuk berbuat makruf
kepada saudaranya dan memberikan kebahagiaan satu dengan yang lain, mendahulukan
saudaranya daripada dirinya
sendiri
·
Memuliakan
tamu dan melayaninya kecuali dengan uzur syar’I. kemudian mereka tidak memandang bahwa mereka telah
mencukupi dan melayani tamu tersebut di
saat tinggal bersama mereka, dan mereka berhusnudhon dengan tamu. Menerima undangan saudaranya kecuali
bila makanannya haram atau bila
dikhususkan pada orang kaya atau pada
tempat walimah ada hal yang diharamkan
·
Beradab dengan kebaikan terhadap yang lebih muda terlebih kepada yang lebih tua, terhadap orang
yang jauh terlebih kepada yang dekat, kepada yang bodoh terlebih kepada yang alim
·
Mendamaikan sesama sebagai sebuah pintu kebaikan yang nyata,
menegakkan yang ma’ruf, karena perdamaian merupakan pembatal langkah syaitan yang menghendaki timbulnya permusuhan,
kebencian di kalangan muslimin, dan kerusakan diantara mereka
·
Melarang dari dengki, karena kedengkian
mewariskan permusuhan dan kebencian, kelemahan iman dan kecintaan terhadap
dunia tanpa tujuan syar’I
·
Memerintahkan untuk berbakti kepada kedua
orang tua dan berbuat kebaikan kepada keduanya firman Allah
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا (8)
” Dan kami wasiatkan manusia untuk berbuat kebaikan kepada kedua
orang tua (QS Al
Ankabut 8)
·
memerintahkan
berbuat baik kepada tetangga, lembut kepada
para hamba, menyambung silatur rahim, menebarkan salam, menyayangi fakir
miskin, yatim dan ibnu sabil
·
melarang berbangga diri, sombong, ujub, melampaui batas dan memerintahkan berbuat adil pada setiap
sesuatu
·
Tidak
meremehkan sesuatu pun dari keutamaan
yang dianjurkan syara’ . sabda rasulullah sholallohu alaihi wasalam
“Janganlah kalian
meremehkan suatu kebaikan pun walaupun hanya bertemu dengan saudara kalian
dengan wajah yang ceria ( HR Muslim)
·
Melarang dari buruk sangka, memata-matai, mencari kekurangan muslimin
karena yang demikian merusak hubungan
persatuan, memisahkan persaudaraan dan menumbuhkan kerusakan. Mereka tidak marah pada muslimin karena mereka
mengilmui fiqih kemarahan firman Allah
”dan
orang yang menahan marahnya, memaafkan manusia dan Allah mencintai orang yang
berbuat ihsan
<diterjemahkan
bebas oleh; Ahmad Wahyudi>
· diterjemahkan dari kitab al wajiz
fi aqidatis salafis shalih ahlis sunnati wal jama’ah karya syaikh Abdullah bin abdul hamid al atsary. Disampaikan dalam
daurah islamiyah dasar “membentuk jati diri muslim” selasa
10 juli 2001 di masjid pogung raya yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment