Manusia
Drs. H. Ahmad Yani
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menamakan manusia dengan alinsan, annas
dan albasyar. Sebagai manusia, kita perlu memahami makna-makna tersebut agar
dapat menangkap hakikatnya untuk selanjutnya menjalani kehidupan sebagai
manusia sebagaimana yang Allah SWT kehendaki, yakni mengabdi kepada-Nya. Allah
SWT berfirman: “Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”
(QS.51:56).
Alinsan
Menurut
Dr. Quraish Shihab dalam buku tafsirnya, alinsan terambil dari akar kata yang
berarti bergerak, lupa dan merasa bahagia atau senang. Ketiga arti ini
menggambarkan sebagian dari sifat atau ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan
seharusnya memiliki dinamisme; ia juga memiliki sifat lupa atau semestinya melupakan
kesalahan-kesalahan orang lain dan ia pun
merasa senang bila bertemu dengan jenisnya atau seyogianya selalu
berusaha memberi kesenangan dan kebahagiaan kepada diri dan makhluk-makhluk
lainnya.
Penggunaan
kata alinsan untuk menyebut manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
Allah SWT yang diberi beban tanggung jawab untuk mengabdi kepada-Nya dalam
cakupan yang seluas-luasnya sebagaimana dalam firman-Nya di atas. Manakala
manusia tidak menggunakan waktu dalam kehidupannya untuk mengabdi kepada Allah
SWT, maka ia akan menjadi orang yang rugi dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman di QS.103:1-3 : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia (alinsaan) benar-benar
dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”.
Oleh karena itu,
sebagai alinsan, manusia seharusnya selalu waspada terhadap godaan-godaan
syaitan karena syaitan ingin menyesatkan manusia bukan secara fisik tapi
manusia sebagai insan karena Allah SWT menggunakan kata insan ketika berfirman
dalam QS. 17:53 “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di
antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
Namun, manusia yang
disebut alinsan juga berarti lupa, semestinya ia melupakan kesalahan-kesalahan
orang lain terhadap dirinya sehingga ia menjadi pemaaf. Kenyataan yang terjadi
banyak manusia yang menjadi lupa terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT
sehingga mengabaikan perintah-Nya. Untuk itu mansuia harus selalu berdzikir
kepada Allah SWT dalam segala keadaan.
Sekiranya manusia
menyadari hakikat dirinya sebagai alinsan yang berarti harus selalu membuat
senang manusia dan mahkluk Allah lainnya, maka dalam hidupnya niscara manusia
akan selalu memberikan yang terbaik, melakukan kebaikan bahkan menjadi cermin
dalam kebaikan dan kebenaran dan segala perbuatannya selalu memberikan manfaat kepada manusia lain dan
lingkungannya, dan inilah manusia yang ideal.
Albasyar
Penggunaan kata
albasyar untuk manusia lebih ditekankan kepada hal-hal yang bersifat jasmani
dan naluri. Misalnya manusia itu bisa dilihat, disentuh, memerlukan makan,
minum, berkembang biak dan lain-lain. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW sebagai
albasyar sama seperti kita yang merasa lapar, haus, dan sebagainya. Allah SWT
berfirman : “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa.' Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.' (QS.
18:110)
Karena jasmani manusia
memiliki berbagai macam kebutuhan, maka sebagai albasyar manusia boleh memenuhi
segala macam kebutuhannya dengan cara yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Manusia yang menghalalkan segala cara dalam memenuhi kebutuhannya, sama halnya
seperti binatang bahkan lebih buruk lagi. “Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai.(QS. 7:179)
Kenyataan menunjukkan
bahwa keinginan manusia yang bersifat jasmaniyah sangat besar bahkan bisa jadi
sangat dominan. Karena itu sebagai albasyar manusia harus mampu mengendalikan
hawa nafsunya bukan membiarkannya sebebas-bebasnya, juga bukan membunuhnya.
Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi manusia yang
bermartabat.
Annas
Di dalam al-Qur’an,
Allah SWT juga menyebutkan kata annas untuk menyebut manusia. Secara harfiyah, annas diambil dari kata nausu yang berarti gerak dan
terambil dari kata unas yang berarti tampak. Demikian menurut Dr. Quraish
Shihab. Dari makna ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagai manusia,
keberadaan kita di dunia ini harus kita tunjukkan atau kita tampakkan dengan
gerakan kebaikan dan perbaikan. Secara fisik, manusia akan menjadi sehat bila
ia banyak bergerak. Pengabdian kepada Allah SWT yang salah satunya adalah
sholat dan haji, dilakukan dengan banyak
melakukan gerakan.
Sebagai
makhluk yang harus bergerak, manusia harus saling mengenal antara satu dengan
lainnya karena manusia memang terdiri dari perbedaan jenis kelamin, suku,
bangsa, bahasa, dan warna kulit. Namun, setelah saling mengenal manusia harus
menyadari bahwa kemuliaan itu bukan terletak pada kebanggaan atas status
bangsa, jenis kelamin, warna kulit dan lainnya, tapi Allah SWT meletakkan
kemuliaan mansuia itu pada taqwanya. Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS.49:13).
[ayani@indosat.net.id]
Wallohu
a’lam.
0 comments:
Post a Comment