Menggapai
Keberkahan Hidup
Drs. H. Ahmad Yani
Setiap orang tentu saja ingin memperoleh keberkahan dalam hidupnya di dunia
ini. Karena itu kita selalu berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar
segala sesuatu yang kita miliki dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari
Allah Swt. Secara harfiyah, berkah berarti an nama’ waz ziyadah yakni
tumbuh dan bertambah, ini berarti Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari
Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang
diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat
kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita
berarti tidak memperoleh keberkahan yang diidamkan itu.
Namun, Allah
Swt tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah SWT
hanya akan memberi keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa
kepada-Nya. Janji Allah SWT untuk memberikan keberkahan kepada orang yang
beriman dan bertaqwa dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya:
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (QS 7:96).
Apabila
manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh
keberkahan dari Allah Swt, maka kehidupannya akan selalu berjalan dengan baik,
rizki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu
memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disilah letak pentingnya bagi kita
memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal
mungkin untuk meraihnya.
BENTUK
KEBERKAHAN
Secara umum,
keberkahan yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman bisa kita
bagi kedalam tiga bentuk. Pertama, berkah dalam keturunan, yakni
dengan lahirnya generasi yang shaleh. Generasi yang shaleh adalah yang kuat
imannya, luas ilmunya dan banyak amal shalehnya, ini merupakan sesuatu yang
amat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan
setiap manusia. Kelangsungan Islam dan umat Islam salah satu faktornya adalah
adanya topangan dari generasi yang shaleh. Generasi semacam itu juga memiliki
jasmani yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Keberkahan semacam ini telah
diperoleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang ketika usia mereka sudah begitu
tua ternyata masih dikaruniai anak, bahkan tidak hanya Ismail yang shaleh, sehat
dan cerdas, tapi juga Ishak dan Ya’kub. Di dalam Al-Qur’an keberkahan semacam
ini diceritakan oleh Allah yang artinya:
“Dan
isterinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir
puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku
aka melairkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua, dan ini
suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu
yang sangat aneh". Para malaikat itu
berkata: "Apakahkamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah)
rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait.
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah" (QS
11:71-73).
Kedua,
keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib, hal ini
karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keberkahan
dari langit dan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam firman surat Al A’raf: 96 di atas adalah rizki yang
diantara rizki itu adalah makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah
disamping halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang
yang diberkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh
nafkah. Di samping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni
yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang halal dan tayyib itu tidak hanya
mengenyangkan tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya
dengan tenaga yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan
nilai-nilai kebaikan sebagai bukti dari ketaqwaannya kepada Allah Swt, Allah
berfirman yang artinya:
Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan
bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS
5:88).
Karena itu,
agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi, meskipun
sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau secukupnya,
hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam makan
maupun minum, Allah Swt berfirman yang artinya:
“Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indak di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” (7:31 ).
Ketiga, berkah
dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkannya untuk kebaikan, baik
dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amal yang
shaleh, karena itu Allah menganugerahi kepada kita waktu, baik siang maupun malam
dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam setiap harinya, tapi bagi orang yang
diberkahi Allah maka dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal
mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu
yang efisien. Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup
ini karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu
karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu,
Allah berfirman yang artinya:
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS
103:1-3).
Karena itu,
bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk bisa
membuktikan pengabdiannya kepada Allah Swt, meskipun dalam berbagai bentuk
usaha yang berbeda, Allah berfirman yang artinya:
“Demi malam
apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki
dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang
memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala
yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah.” (92:1-7).
KUNCI
KEBERKAHAN.
Dengan demikian
menjadi jelas bagi kita bahwa sebagai seorang muslim, keberkahan dari Allah
untuk kita merupakan sesuatu yang amat penting. Karena itu, ada kunci yang
harus kita miliki dan usahakan dalam hidup ini. Sekurang-kurangnya, ada dua
faktor yang menjadi kunci keberkahan itu.
Iman dan Taqwa
Yang Benar
Di dalam ayat
di atas, sudah dikemukakan bahwa Allah akan menganugerahkan keberkahan kepada
hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Semakin mantap iman dan
taqwa yang kita miliki, maka semakin besar keberkahan yang Allah berikan kepada
kita. Karena itu menjadi keharusan kita
bersama untuk terus memperkokoh iman dan taqwa kepada Allah Swt. Salah satu
ayat yang amat menekankan peningkatan taqwa kepada orang yang beriman adalah firman
Allah yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwadan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah
diri/muslim (QS 3:102).
Keimanan dan ketaqwaan yang benar selalu ditunjukkan oleh seorang
mu’min dalam bentuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya,
baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sendiri maupun bersama
orang lain. Tegasnya keimanan dan ketaqwaan itu dibuktikan dalam situasi dan
kondisi yang bagaimananpun juga dan dimanapun dia berada.
Berpedoman kepada Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber keberkahan sehingga apabila kita
menjalankan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan berpedoman
kepadanya dalam berbagai aspek kehidupan, nicaya kita akan memperoleh
keberkahan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya:
Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai
berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? (QS 21:50, lihat juga QS 38:29.6:155).
Karena harus kita jalankan dan pedomani dalam kehidupan ini, maka
setiap kita harus mengimani kebenaran Al-Qur’an bahwa dia merupakan wahyu dari
Allah Swt sehingga tidak akan kita temukan kelemahan dari Al-Qur’an,
selanjutnya bisa dan suka membaca serta menjalankannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik menyangkut aspek pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa, keberkahan dari Allah yang
kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdo’a dan berusaha yang
sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta selalu
menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup ini. Wallohu a’lam
0 comments:
Post a Comment