
Islam dan Demokrasi?
Oleh: Guntur Pribadi
(Moslem Hostel of Darul hikmah Kebonsari Tengah 64 Surabaya)
Wacana Islam-demokrasi dalam relevansinya,
memang tidak mudah untuk dikaitkan. Persoalannya adalah, diktum dan persepsi
bahwa akar demokrasi dan Islam berbeda; bahwa demokrasi itu produk manusia yang
kedaulatannya ditangan rakyat, sementara dalam Islam kedaulatan tertinggi di
hukum syara. Demokrasi mempunyai undang-undang yang bersifat sekuler, sementara
Islam mempunyai undang-undang tertinggi, yaitu Al Qur'an.
John L. Esposito & John O. Voll dalam
bukunya Islam dan democracy(1996) mencoba menganalisis adanya gap antara Islam
ideal yang juga mengajarkan prinsip-prinsip demokrasi dan realitasnya terdapat
di negara-negara muslim. Dengan mengambil beberapa negara muslim sebagai studi
kasus; yaitu Iran, Sudan, Pakistan, Malaysia, Aljazair dan Mesir. Meski
Indonesia dan turki tidak disertakan. Dalam kajiannya itu diambil tiga nialai
Islam yang dianggap berkaitan dengan demokrasi, yaitu Ijma' (konsensus),
Ijtihad(daya pemikiran), dan syura(musyawarah). Bahkan sebenarnya masih ada
prinsip-prinsip Islam yang sesuai dengan demokrasi, yaitu 'adl(keadilan), Al
Musawah (persamaan), dan sebagainya.
Studi lain yang menarik adalah pandangan
Samuel P. Huntington, ahli ilmu politik dari universitas Harvard, As, meski
masih dalam tanda tanya, dalam persepsinya bahwa Islam sendiri, tersirat
nilai-nilai, yang dalam pandangan dasar Islam kalau di-interpretasikan dengan
baik akan klop dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Dalam artikel Ace Hasan Syadzily, Demokrasi
dan Trust, bahwa konsolidasi demokrasi
tak hanya bisa dibangun dengan sejumlah perangkat prosedur dan
mekanisme pengelolahan kekuasaan.....,
tetapi, banyak faktor yang mempengaruhi sejauh mana sebuah negara dapat mengkonsolidasi demokrasi
tersebut.
Menanggapi wawancara Dr Rizal Mallarangeng
dan Dr Denny J.A. dengan Ulil Abshar Abdalla (jawa pos, Minggu 3 maret 2002),
kiranya baik, negara seperti Indonesia menganut sistem demokrasi dengan
memfungsikan elemen-elemen teologis yang demokatis, disamping kultur demokrasi.
Dan yang penting lagi, demokrasi yang dicita-citakan, ketika dikaitkan dengan
Islam tidak bertentangan pada prinsip-prinsip bahkan sangat sesuai dengan
ajaran Islam. Sehingga pemahaman terhadap Islam itu sendiri tidak terkesan
paradoks. Dan sebagai akhir dalam tanggapan ini, saya berharap semoga kajian
ini lebih membuka wawasan umat tentang proses konsolidasi demokarsi di
Indonesia.
0 comments:
Post a Comment