Mengejar Sorga Sejak di Dunia
Oleh: Zainal Arifin
Sebagian
orang mengukur kebahagiaannya dengan sukses di dunia semata, sementara
akhiratnya terbelengkalai. Ada
juga yang mengukur kebahagiaan dengan amal-amal akhirat saja, sedang kehidupan
duniawinya tercerai berai. Keduanya tidak sehat.
Yang
bagus adalah bila kita bisa menjadikan sukses di dunia sebagai bagian dari
sukses di akhirat. Bahkan itulah sebenamya pola yang di inginkan oleh Islam.
Bagaimana
caranya? Caranya dengan menjadikan semua aktifitas duniawi kita memiliki nilai-nilai
kesuksesan di akhirat. Banyak pekerjaan dan prestasi yang sepertinya duniawi
an-sich, tetapi bila dijalankan dengan baik dan benar mulai dari niatnya hingga
tata caranya- akan menjadi prestasi sekaligus tabungan amal di akhirat. Dengan
teori seperti itu, sebenamya kebutuhan kita kepada prestasi-prestasi duniawi
sangat besar, dalam rangka menambah tabungan untuk akhirat tersebut. Sebab,
bila kita hanya ingin memperbanyak amal kebaikan dari jalur ibadah formal, akan
banyak keterbatasan yang kita hadapi. Berapa banyakkah kita mampu berpuasa
sunnah? Berapa ratus raka'atkah kita mampu sholat sunnah? Bukan berarti
memperbanyak ibadah formal tidak kita kejar. Tetapi yang kita lakukan adalah
menambahkah kepada amal ibadah formal tersebut amal duniawi yang bemilai amal
akhirat. Ibarat pepatah, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan
demikian, bila amal ibadah formal kita sedikit, akan menjadi banyak dengan
prestasi duniawi itu. Dan, bila amal ibadah formal kita sudah banyak, akan
semakin banyak dengan tambahan amal dan prestasi duniawi tersebut. Maka,
alangkah benar definisi ibadah yang dinyatakan oleh imam Ibnu Taimiyah,
"lalah apa yang diridhai Allah, dari perbuatan lahir dan batin. "
Berikut ini adalah beberapa contoh prestasi dan amal
duniawi yang bisa menjadi bagian dari prestasi akhirat:
1. Mencari mata pencarian
Bagi sebagian orang yang mencari mala pencarian dan
penghidupan (Ma'isyah) mungkin semata-mata hanya pekerjaan duniawi. Artinya,
itu hanya soal mencari makan dan minum. Atau mencari sesuap dua suap nasi,
selembar dua lembar liang, untuk dirinya, maupun keluarganya.
Kita tidak boleh membatasi status pencarian
penghidupan itu sebagai karya duniawi an-sich. Tetapi sebaliknya, kita harns
menjadikannya sebagai bagian dari tabungan untuk kehidupan akhirat. Dengan
teori seperti itu sebenamya kita mendapatkan dua keuntungan sekaligus: sukses
di dunia, dan insya Allah SWT sukses pula di akhirat. Rasulullah SAW bersabda,
"Diantara dosa-dosa, ada dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, tidak
pula oleh puasa, tidak pula oleh hajj, tetapi bisa dihapus dengan kelelahan
mencari mala pencarian". (HR. Thabrani). Bahkan, nafkah batin yang
diberikan kepada istri sekalipun adalah tabungan untuk hari akhirat.
2. Mengalami musibah, seperti sakit dan semisalnya
Musibah yang menimpa kita, seperti sakit, ditinggal
mati orang-orang yang kita cintai, dan berbagai masalah hidup yang tidak enak
mernpakan peristiwa yang menghiasi kehidupan dunia kita. Sebagian orang secara
sempit menganggapnya sebatas kejadian-kejadian alamo
Tetapi kita harus menjadikan semua itu tabungan
untuk kehidupan akhirat kelak. Dengan cara menyabarkan diri, memohon balasan
dari Allah SWT serta menyimpannya sebagai tabungan (ihtisab) di sisi-Nya. Pada
saat yang sama kita berobat bila kita sakit, mencari jalan keluar bila ada
kesulitan, serta berikhtiar menyelesaikan segala masalah dan musibah yang
terjadi. Rasulullah SA W bersabda, "Tidaklah kesulitan dan sakit menimpa
seorang muslim, tidak juga kegalauan, kesedihan, duka dan behan, hingga duri
yang mengenai kakinya, kecuali menjadi penebus sebagian dari
kesalahan-kesalahannya". (HR. Bukhori dan Muslim, dari Abu Said dan Abu
Hurairah).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga
menegaskan, bahwa Allah SWT dalam hadist Qudsi berfirman, "Tidaklah ada
balasan bagi seorang hambaKu bila aku dipanggil orang yang di cintainya dari
dunia, lalu ia bersabar dan memohon balasan (kepada-Ku) kecuali baginya adalah
surga". (HR. Bukhori dari Abu Hurairah).
3. Menuntut Ilmu Salah satu karya dan prestasi
duniawi yang dilakukan banyak orang adalah menuntut ilmu. Dari ilmu itu orang
lantas memiliki beragam keahlian, yang dengannya ia menopang tuntutan hidupnya
di dunia. Tetapi kita harus menjadikannya sebagai kesuksesan akhirat. Dengan
cara bersabar menekuni ilmu yang kita tuntut hingga sampai pada taraf ahli,
mengajarkan ilmu tersebut, serta memanfa'atkannya untuk maslahat Islam, kaum
muslim in, secara kemanusiaan pada umumnya. Tak berlebihan, bila orang-orang
yang berilmu, secara teori lebih bisa takut kepada Allah SWT. Tak berlebihan
pula, bila Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang beriman dan menuntut
ilmu derajat yang tinggi.
4. Melakukan pekerjaan 'ringan' dan terkesan
'sepele'. Banyak pekerjaan duniawi yang terkesan kecil dan biasa. Tetapi ia
sebenamya bisa menjadi tabungan amal di akhirat. Seperti meminggirkan duri dari
jalanan. ltu pekerjaan sepele, tetapi dengan niat menabung amal di sisi Allah
SWT, ia akan berubah menjadi amal shalih di sisi Allah SWT. Juga tersenyum
kepada sesama saudara muslim, mengucapkan salam, mengasihi binatang. Rasulullah
SA W pemah mengisahkan tentang wanita nakal yang di ampuni Allah SWT dan di
masukan ke surga, setelah memberi air minum seekor anjing yang nyaris mati
kelaparan. Akhimya wanita itu yang mati. Sebaliknya, dalam riwayat lain, dari
Ibnu Umar, Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan kisah tentang seorang wan ita
yang masuk neraka karena mengerangkeng seekor kucing. Kucing itu tidak ia beri
makan hingga mati.
5. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan
memakmurkan bumi. Dalam beberapa ayat Allah SWT melarang kita melakukan
kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, Allah SWT menyuruh kita memakmurkan bumi,
memanfa'atkan sebaik mungkin. Bumi dan segala yang ada di atasnya di
peruntukkan Allah SWT bagi manusia. "Dialah Allah, yang manjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu". (QS Al-Baqoroh: 29). Dalam ayat lain Allah
berfirman, "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. " (QS Al-Mulk:
15).
Karenanya, segala profesi dan prestasi yang terkait
dengan memakmurkan bumi bisa bemilai tabungan amal shalih di akhirat kelak.
Melindungi hutan dari penebangan liar, menjaga kebersihan kali, memaksimalkan
kekayaan laut, mengeluarkan tambang di perot bumi, memperjuangkan proyek-proyek
penjagaan lingkungan, melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat, juga
memberdayakan potensi-potensi alam dengan tekhnologinya, demi maslahat
kehidupan umat manusia adalah sedikit contoh dari memakmurkan bumi.
Maka, siapa saja dari kaum muslim in yang menekuni
profesi-profesi tersebut harus bangga dan bersyukur, karena mereka punya tempat
menabung amal shalih yang besar untuk hari akhir kelak melalui profesi-profesi
tersebut. Yang dibutuhkan tinggal bagaimana menjalaninya dengan ikhlas untuk
Allah SWT dan dengan tata cara yang halal, serta mendukung profesi tersebut
dengan kemampuan dan keahlian yang semestinya.
6. Melakukan pekerjaan yang dampak baiknya dirasakan
banyak orang. Tabungan untuk hari akhirat juga bisa kita lakukan pada pekerjaan
duniawi yang maslahatnya berpulang kepada orang lain, terutama bila orang itu
dalam jumlah besar. Baik karena posisi pekerjaan itu strategis, atau memang
secara langsung bersinggungan dan berurusan dengan orang banyak.
Pemahkah kita menyadari betapa berharganya pekerjaan
para tukang sampah? Bukankah jerih payah mereka mengangkuti sampah menjadikan
ribuan orang merasa nyaman? Demikian juga pekerjaan lain, para dokter yang
dengan berani mengunjungi wilayah-wilayah konflik dan perang untuk
menyelamatkan ratusan nyawa, mengobati ribuan korban luka-Iuka.
Atau
mereka yang berada di tempat strategis yang berkait erat dengan maslahat orang
banyak. Seperti pekerjaan anggota dewan yang menggolkan undang-undang tertentu
bagi kebaikan umat, misalnya, seorang pemilik perusahaan yang mengkaryakan
ribuan orang, begitu seterusnya. Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang
prestasinya dinikmati masyarakat luas secara terns menerus tanpa putus asa.
ltulah yang kita kenaI dengan 'amal jariyah '.
Seperti
dalam istilah Rasulullah SAW, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia. " Atau dalam bahasa al-Qur'an, beratnya
timbangan amal tentu juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya amal. "Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. " (QS Al-Qori 'ah: 6- 7).
Begitulah, semangat menabung untuk hari akhirat,
harus kita cari dari segala kesibukan kita di dunia, tidak saja dengan ibadah
formal. Dengan begitu kita bisa sebanyak mungkin menanam kebaikan. Barang siapa
menanam kebaikan akan menuai kebahagiaan.
Nilai-nilai luhur itu pula yang di tanamkan Luqman
AI-Hakim kepada anaknya tercinta, "Hai anakku sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (balasan)nya. " (QS Luqman
16). Semoga Allah SWT masih memberi kita kesempatan, untuk menabung sebanyak
mungkin prestasi dan amal kebaikan.
0 comments:
Post a Comment