Sifat Jahiliyah
Masa
jahiliyah seperti yang pernah terjadi di jazirah Arab belasan abad yang silam
memang telah berlalu, namun demikian pada dasarnya pemikiran akan selalu ada
dan setiap kaum itu ada pewarisnya. Maka meskipun Abu Jahal dan Abu Lahab serta
antek-anteknya telah tiada, akan tetapi tidak menutup kemungkinan gaya dan karakter mereka
masih melekat pada sebagian ummat yang hidup di masa ini.
Syaikh Muhammad at-Tamimi, seorang imam dakwah tauhid di masanya, telah menyebutkan lebih dari seratus karakteristik jahiliyah yang kita semua diperintahkan untuk menyelisihinya. Karena keterbatasn tempat maka dalam kesempatan ini hanya kami sebutkan sebagiannya saja. Di antara yang terpenting untuk diketahui adalah sebagai berikut:
1.Syirik Dalam Beribadah
Syaikh Muhammad at-Tamimi, seorang imam dakwah tauhid di masanya, telah menyebutkan lebih dari seratus karakteristik jahiliyah yang kita semua diperintahkan untuk menyelisihinya. Karena keterbatasn tempat maka dalam kesempatan ini hanya kami sebutkan sebagiannya saja. Di antara yang terpenting untuk diketahui adalah sebagai berikut:
1.Syirik Dalam Beribadah
Orang-orang
jahiliyah melakukan syirik atau penyekutuan di dalam beribadah dan berdoa
kepada Allah subhanahu wata’ala. Di samping memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala mereka juga memohon kepada orang orang shaleh yang telah mati,
mereka meminta syafaatnya di sisi Allah dengan persangkaan bahwa Allah dan
orang-orang shalih tersebut menyintai hal itu. Allah subhanahu wata’ala
telah berfirman, artinya, “Dan mereka menyembah
selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada
mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah
pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". (QS.Yunus:18).
Di
dalam ayat lain disebutkan, artinya, “Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". (QS.az-Zumar:3)
Kemusyrikan
semacam ini merupakan masalah paling besar yang diingkari oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, maka beliau mengajarkan keikhlasan (pemurnian/tauhid)
dalam beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa agama yang beliau bawa
adalah agama seluruh rasul, dan Allah subhanahu wata’ala tidak akan
menerima kecuali orang yang ikhlas. Juga menjelaskan bahwa siapa saja yang
melakukan kesyirikan dengan dasar istihsan (menganggap baik) maka Allah subhanahu
wata’ala mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka.
Masalah
inilah yang menjadi garis pemisah antara seorang muslim dengan seorang kafir,
dan dengan sebab itulah terjadi perseteruan antara tauhid dengan syirik. Dan
untuk inilah (memerangi kesyirikan) Allah subhanahu wata’ala
mensyari'atkan jihad, sebagaimana difirmankan, artinya, “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya
agama itu semata-mata untuk Allah.” (QS. al-Anfal:39)
2.Bercerai
Berai Dalam Agama
Di
antara sifat jahiliyah adalah bercerai berai (tafarruq) dalam agama,
sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, artinya, “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan
mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada golongan mereka.” (QS. 30:31-32)
Demikian
pula dalam urusan dunia, mereka juga berpecah belah, dan masing-masing
memandang diri mereka yang paling benar. Maka datanglah Islam menyeru untuk
bersatu dalam agama, sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala,
artinya,
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura:13)
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura:13)
Kita
dilarang untuk meniru-niru mereka dan dilarang berpecah belah. Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya, “Dan janganlah
kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.” (QS.Ali Imran:105)
Dalam
ayat sebelumnya disebutkan, artinya,
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran:103)
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran:103)
3.Tidak
Menaati Ulil Amri
Menurut
mereka, menyelisihi ulul amri (pemegang urusan ummat, red) dan tidak menaati
mereka merupakan keutamaan dan kemuliaan. Sedangkan mendengarkan dan taat
kepada waliyul amri adalah kerendahan dan kehinaan. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mendengarkan dan taat kepada ulul
amri,bersabar atas kezhaliman penguasa dan memberikan nasehat kepada mereka.
Beliau sangat menekankan itu, menjelaskannya serta mengulang-ulanginya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya, "Sesungguhnya Allah ridha pada kalian dalam tiga hal;
"Jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu
apapun; Jika kalian berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah;
dan jika kalian saling memberi nasehat kepada orang yang diserahi oleh Allah
untuk memegang urusan kalian." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Berbagai
problem yang dihadapi manusia baik dalam masalah agama ataupun keduniaan tidak
lain disebabkan karena adanya masalah dalam tiga hal ini, atau salah satu dari
ketiganya.
4.Membangun
Agama di Atas Taqlid
Bahwa
agama orang jahiliyah sebagian besarnya dibangun di atas landasan taqlid
(ikut-ikutan), dan ini merupakan kaidah terbesar seluruh orang kafir baik yang
dulu maupun di masa kini, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala,
artinya,
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguh nya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguh nya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS.az-Zukhruf:23)
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguh nya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguh nya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS.az-Zukhruf:23)
Dalam
ayat lainnya disebutkan, artinya, “Dan apabila
dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka
menjawab, "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakan nya".Dan apakah mereka (akan mengikuti
bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang
menyala-nyala (neraka)?” (QS. 31:21)
Oleh
karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang dengan menyerukan
firman Allah subhanahu wata’ala, artinya, “Katakanlah,
"Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu
supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri;
kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun
pada kawanmu itu.” (QS.Saba':46)
Juga
firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya).” (QS. Al-A'raf:3)
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya).” (QS. Al-A'raf:3)
5. Bangga dengan Banyaknya Pengikut
Di antara prinsip yang dipegang olah kaum jahiliyah
adalah merasa bangga dan terlena dengan banyaknya jumlah mereka, dan mereka
menjadikanya sebagai hujjah atas kebenaran sesuatu. Dan sebaliknya mereka
berhujjah bahwa yang batil adalah segala sesuatu yang asing bagi mereka dan
sedikit pengikutnya.
6. Mengukur Kebatilan dengan Orang Lemah
Orang jahiliyah menganggap bahwa segala sesuatu yang pengikut nya orang-orang lemah adalah kebatilan. Mereka mengatakan sebagaimana di dalam firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"
6. Mengukur Kebatilan dengan Orang Lemah
Orang jahiliyah menganggap bahwa segala sesuatu yang pengikut nya orang-orang lemah adalah kebatilan. Mereka mengatakan sebagaimana di dalam firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"
Mereka juga menggunakan qiyas yang keliru dan
mengukur kebatilan dengan kecerdasan, sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala, "Maka berkatalah
pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat kamu,
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina
di antara kami yang lekas percaya saja ." (QS.Hud:27)
Sumber: “Masailul Jahiliyyah Allati
Khalafa fiha Rasulullah Ahlal Jahiliyyah” Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab. (KM)
0 comments:
Post a Comment