Home » » Filsafat Materialisme Dialektika dan Historis

Filsafat Materialisme Dialektika dan Historis

Image result for Filsafat dialektika

PENDAHULUAN

            Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berpikir atau cara berpikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan masyarakat. Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pe-doman untuk bertindak dalam menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun, filsafat bukan berarti suatu kepercayaan yang dogmatis dan membuta.
Filsafat mempersoalkan tentang masalah-masalah etika/moral, estetika/seni, sosi-al/politik, epistemologi/tentang pengetahuan, ontologi/tentang manusia. Kategori persoalan filsa-fat meliputi soal-soal hubungan antara bentuk dan isi, sebab dan akibat, gejala dan hakekat, ke-harusan dan dan kebetulan, keumuman dan kekhususan.
Filsafat mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedangkan soal yang terpokok dari persoalan filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi, fikiran dan keadaan. Mana yang primer dan mana yang sekunder di antara keduanya itu, ide atau materi, pikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan terpokok tersebut akan membagi semua aliran filsafat menjadi dua kubu, kubu filsafat Idealisme dan kubu filsafat Materialisme.
Semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau pikiran sebagai hal yang primer, dan materi atau keadaan sebagai suatu hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Idealisme. Sebaliknya, semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan materi atau keadaan sebagai hal yang primer, dan ide atau pikiran sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Materialisme.

Aliran dan Kubu Filsafat

            Filsafat mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak sekali itu bisa dibagi hanya dalam dua kubu, yakni kubu filsafat Idealisme dan kubu filsafat Materialisme. Aliran pokok filsafat adalah Idealisme dan Materialisme. Tapi, di samping dua aliran yang pokok itu, terdapat pula aliran filsafat dualisme.
Walau begitu, aliran filsafat dualisme pada hakekatnya adalah aliran filsafat idealisme juga karena pandangannya didasarkan pada ide yang mereka reka. Filsafat dualisme meman-dang ide dan materi, pikiran dan keadaan, sebagai hal yang kedua-duanya primer atau tidak ada yang sekunder. Pandangan seperti itu pasti tidak berdasarkan atas kenyataan. Itulah idea-lismenya filsafat dualisme.

Watak dan Kelas Filsafat


            Filsafat selalu mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas tertentu. Karena itu filsafat selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu kelas.
Filsafat idealisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas pemilik alat pro-duksi yang menindas dan menghisap yaitu kelas-kelas tuan budak atau pemilik budak, kelas tuan feodal atau tuan tanah, kelas borjuis atau kapitalis dan sebagainya. Tetapi sebaliknya, filsafat materialisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi yang tertindas dan terhisap, yaitu klas buruh dsb. Sedang filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap yaitu klas borjuis kecil dsb.


Pentingnya Berfilsafat dan Cara Belajar Berfilsafat

            Berfilsafat itu penting. Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersi-kap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran tersebut akan membuat sesorang menjadi tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang dihadapi.
Sedangkan untuk berfilsafat, orang harus belajar filsafat. Dan belajar filsafat harus de-ngan cara yang benar. Cara belajar filsafat adalah harus menangkap ajaran dan pengertiannya secara ilmu, lalu memadukan ajaran dan pengertiannya itu dengan praktek. Selanjutnya me-ngambil pengalaman dari praktek itu, dan kemudian menyimpulkan praktek itu secara ilmu.

Arti Berfilsafat

            Berfilsafat berarti bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu dan metode berpikir terhadap gejala-gejala alam dan masyarakat yang dihadapi.
            Berfilsafat bukan bersikap dan bertindak secara tradisi, menurut kebiasaan atau ber-dasarkan naluri turun-temurun dalam menghadapi dan memecahkan problem-problem gejala-gejala itu.

Filsafat Materialisme Dialektika dan Historis (MDH)

a. Arti MDH.

            Materialisme Dialektik berarti pandangannya secara materialis dan metodenya secara dialektis. Sedangkan materialisme historis berarti materialisme dialektik yang diterapkan dalam gejala sosial atau masyarakat.

b. Lahirnya MDH dan Penciptanya.

            Filsafat MDH lahir sesudah lahirnya berbagai macam filsafat yang pandangannya materialis atau yang metodenya dialektis. Sedangkan penciptanya adalah Karl Marx. Filsafat MDH diciptakan oleh Karl Marx dan menjadi filsafat Marxisme.
Filsafat MDH merupakan hasil kesimpulan dan ciptaan Karl Marx belajar dan mengambil dari kebenaran ajaran pandangan filsafat materialisme Feuerbach dan metode filsafat dialektik Hegel. Karl Marx mengambil isinya yang benar dari pandangan materialis filsafat Feuerbach dan membuang kulitnya yang salah dari metodenya yang metafisis. Selanjutnya Karl Marx mengambil isinya yang benar dari metode dialektis filsafat Hegel dan membuang kulitnya yang salah dari pandangannya yang idealis.
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialisme filsafat Feuerbach, tetapi meno-lak kesalahan metodenya yang metafisis. Dan Karl Marx juga menerima kebenaran metode dia-lektis filsafat Hegel, tapi menolak kesalahan pandangannya yang idealis.
Kesimpulan dari itu, maka Karl Marx menciptakan filsafat MDH dan lahirlah filsafat MDH Karl Marx.

c. Ciri dan watak kelas MDH

            Ciri-ciri filsafat MDH ialah ilmiah, obyektif, universil, praktis, lengkap dan revolusioner.

- Ilmiah karena metodenya dialektis.
- Obyektif karena pandangannya materialis.
- Universil karena ajarannya tidak hanya berlaku di dalam alam saja,  tetapi juga berlaku   di da-
  lam masyarakat.
-  Praktis karena ajarannya dapat dibuktikan dan dilaksanakan.
- Lengkap karena ajarannya tidak hanya bicara soal alam, tapi juga soal masyarakat.
- Revolusioner karena ajarannya selalu berpihak kepada apa yang sedang tumbuh dan akan me-lawan apa yang sedang melayu berdasarkan hukum perkembangannya. Selanjutnya, selalu me- nuntut   adanya  penghancuran  terhadap apa  yang  sudah  tua, dan  membangun yang  baru   dan yang lebih maju.

            Filsafat MDH mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi yaitu kelas buruh atau kelas proletar yang terhisap dan tertindas, serta merupakan satu-satunya filsafat yang berpihak kepada kelas buruh atau kelas proletar itu.
d. MDH dan Kelas buruh serta Peranannya

            Filsafat MDH merupakan senjata moral bagi perjuangan kelas buruh. Tanpa filsafat MDH, perjuangan kelas buruh tidak akan mempunyai kekuatan raksasa. Perjuangannya tidak akan mencapai hasil yang fundamental, dan akan gagal. Sebaliknya, kelas buruh merupakan senjata material bagi filsafat MDH. Tanpa kelas buruh, filsafat MDH tidak akan mempunyai kekuatan dan tidak akan ada artinya sebagai ilmu sosial. Sebab, hanya kelas buruh yang mampu dan konsekuen melaksanakan ajaran filsafat MDH di dalam praktek.

e. Pentingnya berfilsafat MDH

            Filsafat MDH adalah filsafat yang benar. Karena itu berfilsafat MDH penting. Dengan berfilsafat MDH, orang akan memiliki ilmu berpikir, pandangan, dan metode berpikir yang benar. Dengan itu berarti mempunyai pedoman yang tepat untuk mengambil sikap dan bertindak yang tepat dalam menghadapi gejala-gejala dan memecahkan problem-problemnya yang timbul di dalam alam dan masyarakat.
Dengan begitu, orang yang berfilsafat MDH akan memiliki pandangan yang jauh ke de-pan dan revolusioner. juga akan mempunyai sikap yang teguh dan konsekuen, tidak mudah digo-yahkan dan diombang-ambingkan oleh keadaan atau oleh gejala-gejala yang dihadapi.

f. Cara belajar filsafat MDH

            Filsafat MDH adalah suatu ilmu dan merupakan senjata perjuangan revolusioner kelas buruh atau kelas yang tertindas dan terhisap. Karena itu belajar filsafat MDH harus secara ilmiah dan berwatak kelas buruh, yakni:

- Dengan pendirian kelas proletar dan melawan ideologi kelas non proletar yang ada   dalam diri sendiri.
- Secara ilmiah dan melaksanakannya di dalam praktek.
- Menarik pengalaman dari pelaksanaan praktek dan menyimpulkan hasil praktek itu.
- Menangkap pengertian dan menggenggam semangat revolusionernya serta harus selalu me-  menuntut  adanya perubahan dengan membangun yang baru dan lebih maju.







BAB II
MATERIALISME DIALEKTIK



1. Monisme dan Dualisme:

            Monisme adalah suatu sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari satu dasar pan-dangan, yaitu dari materi atau dari ide. Sedangkan Dualisme adalah suatu sistem pandangan fil-safat yang bertitik tolak dari dua dasar pandangan, yaitu dari materi dan ide sekaligus.
Dengan begitu, filsafat materialisme dan idealisme walau pandangannya bertitik tolak dari dasar yang bertentangan, tapi sistem pandangannya itu sama, yaitu monisme. Jadi sistem pandangan filsafat materialisme dan idealisme adalah sama-sama monois. Artinya, pandang-annya sama-sama bertitik tolak dari hanya satu dasar, yaitu dari dasar materi atau dari dasar ide. Bedanya, dari sistem pandangan monoisme filsafat materialisme bertitik tolak dari dasar materi. Sebaliknya, sistem pandangan monoisme filsafat idealisme bertitik tolak dari dasar ide.

2. Materialisme, idealisme dan dualisme:

a. Materialisme:

            Materialisme adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.
Pandangan materialisme itu berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya,

- Menurut proses waktu: Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih dahulu.
- Menurut proses zat: Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.

b. Idealisme:

            Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari ide (gagas-an). Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedang materei sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudi-an sesuatu itu ada.
Terhadap adanya pandangan yang demikian itu, Lenin dengan tajam mengkritik idealis-me sebagai filsafat yang tanpa otak.

c. Dualisme:

            Dualisme adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi dan ide sekaligus. Dualisme memandang bahwa materi dan ide itu sama-sama primernya. Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan. Materi itu ada karena ada ide atau pi-kiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran itu ada karena ada materi. Tapi pada hakekatnya, pan-dangan dualisme yang demikian itu juga idealis, karena pandangan seperti itu tidak lain hanya pada ide, dan tidak ada dalam kenyataan.
Dengan begitu, Filsafat materialisme adalah filsafat yang obyektif. Sebaliknya, filsafat idealisme adalah filsafat yang subyektif karena pandangannya bertitik tolak dari ide atau pikiran.

 3. Aliran Materialisme dan idealisme:

a. Aliran Materialisme

            Filsafat materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran mate-rialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu materialisme mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik. Ketiga aliran filsafat itu mempunyai perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lain, dan bahkan juga terdapat saling pertentangannya.

- Materialisme mekanik:

            Materialisme mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, se-dangkan  metodenya mekanis.  Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu adalah gerak yang mekanis, artinya gerak yang yang tetap begitu saja selamanya seperti yang telah terjadi, atau gerak yang berulang-ulang seperti geraknya mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan.

- Materialisme metafisik:

            Materialisme metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, se-dangkan metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu sela-lu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya. Tapi seandainya materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena faktor luar atau karena kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak ekstern atau disebut gerak luar. Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang terpisah-pisah, tidak mempunyai dan tidak ada saling hubungan antara yang satu dengan yang lain.

-  Materialisme dialektik:

            Materialisme dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik mengajarkan bahwa materi itu selalu saling punya hubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lain. Bukannya saling terpisah-pisah atau berdiri sendiri. Materi itu juga selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang. Bukannya selalu diam, tetap atau tidak beru-bah.
Selanjutnya, gerak materi itu merupakan gerak intern, yaitu gerak atau berubah karena dari faktor dalamnya atau karena kekuatan dari dalamnya sendiri. Bukannya gerak ekstern, yaitu gerak atau berubah karena faktor atau karena kekuatan dari luar.
Kemudian gerak materi itu secara dialektis, yaitu gerak atau berubah menuju ke ting-katnya yang lebih tinggi dan lebih maju seperti spiral. Bukannya gerak mekanis.
Adapun yang disebut "diam", itu hanya tampaknya atau bentuknya. Sebab, hakekat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya  "diam" itu, isinya tetap gerak. Jadi, "diam" itu juga satu bentuk gerak.

b. Aliran Idealisme  

Filsafat idealisme mempunyai dua aliran, yaitu aliran idealisme obyektif dan idealisme subjektif.

- Idealisme obyektif:   

Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan ideal-ismenya itu bertitik-tolak dari ide universil, ide di luar ide manusia. Menurut idealisme obyektif, se-gala sesuatu yang timbul dan terjadi, baik dalam alam maupun dalam masyarakat, adalah hasil  atau karena diciptakan oleh ide universil.

- Idealisme subjektif:

            Idealisme subjektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan pan-dangan idealismenya itu bertitik-tolak dari ide manusia atau idenya sendiri. Menurut idealisme subjektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi - baik dalam alam maupun dalam masyarakat - adalah karena hasil atau karena ciptaan oleh ide manusia atau oleh idenya sendiri.

4. Materi dan Ide

a. Materi

            Materi mempunyai arti yang berbeda, yaitu antara arti menurut pengertian filsafat dan arti menurut pengertian ilmu alam. Arti materi menurut pengertian filsafat adalah luas, sedangkan arti menurut pengertian ilmu alam adalah terbatas.
Dalam arti menurut filsafat, materi adalah segala sesuatu yang ada secara obyektif, ada di luar ide atau di luar kemauan manusia. Materi adalah segala sesuatu yang bisa disentuh dan bisa ditangkap oleh indera manusia, serta bisa menimbulkan ide-ide tertentu. Adapun dalam arti menurut pengertian ilmu alam, materi adalah segala sesuatu yang mempunyai susunan atau yang tersusun secara organis, atau yang berarti disebut dengan benda.

            Dengan begitu, pengertian filsafat tentang materi berarti sudah mencakup pula dengan pengertian materi menurut ilmu alam.
Materi mempunyai peranan menentukan ide dan perkembangannya. Materi bisa menim-bulkan ide atau mendorong timbulnya ide. Suatu ide timbul sesudah lebih dulu suatu materi tim-bul dan ditangkap oleh indera. Adalah jelas, bahwa materi yang bernama otak yang "mempro-duksi" ide.

b. Ide (Gagasan):

            Ide (Gagasan) adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi. Tetapi, ide itu tidak mesti persis sama seperti materi yang dicerminkan. Ide selalu berada di atas atau di depan materi. Ide bisa menjangkau jauh di depan materi. Namun, ide tetap tidak bisa lepas dari materi.
Materi dan ide adalah dua bentuk lain dari gejala yang satu dan sama. Materi menentu-kan ide, sedangkan ide  mempunyai  pengaruh terhadap  perkembangan materi. Jadi ide juga mempunyai peranan aktif, tidak pasif seperti cermin biasa.

5. Gerak

Gerak adalah suatu eksistensi dari adanya materi atau suatu pernyataan dari adanya materi. Ini berarti bahwa sesuatu yang bergerak adalah selalu materi. Tidak ada gerak tanpa ma-teri, atau tidak ada gerak yang bukan materi. Ini sama halnya bahwa tidak ada materi tanpa gerak.
Segala sesuatu itu selalu bergerak, berubah dan berkembang. Tidak ada sesuatu yang tetap, kecuali gerak itu sendiri. Artinya bahwa segala sesuatu itu tetap dalam keadaan gerak. Bahwa gerak itu tetap berlangsung terus selamanya bagi segala sesuatu.
Gerak mempunyai dua bentuk utama, yaitu gerak mekanis dan gerak dialektis.

- Gerak mekanis:

Gerak mekanis adalah gerak atau perubahan yang bersifat berulang-ulang, yang tetap dalam lingkungannya yang lama, dan tidak akan menuju atau mencapai perubahan yang bersifat kualitatif atau yang bersifat lebih tinggi dan lebih maju.
Gerak mekanis adalah gerak yang bersifat kuantitatif, gerak yang begitu saja terus menerus, berulang-ulang seperti bergeraknya sebuah mesin.

- Gerak dialektis:

            Gerak dialektis adalah gerak atau perubahan yang bersifat meningkat (progresif), dari tingkatannya yang rendah menuju ke tingkatannya yang lebih tinggi sampai mencapai kualitas yang baru.
Gerak atau perubahan dialektis dari tingkatannya yang rendah menuju ke tingkatannya yang tinggi sampai mencapai kualitas yang baru, itu tampaknya juga seperti mengulangi dalam bentuknya pada tingkat yang rendah. Tapi bentuk yang baru itu sudah dalam keadaan kualitas yang lebih tinggi. Jadi tidak mengulangi kembali seperti semula dalam bentuk pada tingkatannya yang lama. Arah gerak perubahan dialektis adalah seperti spiral.

- "Diam":

            "Diam" itu juga merupakan suatu bentuk gerak. Sifatnya sangat relatif atau sangat sementara  sekali. Artinya bentuk  "diam"  itu hanya bersifat sangat sementara karena di dalam yang  "diam"  itu juga terdapat proses gerak dari kekuatan-kekuatan yang berkontradisi dan sa-ling mendorong yang ketika itu sedang bertemu pada suatu titik. kekuatan-kekuatan itu sama kuatnya sehingga salah satunya tidak ada yang tergeserkan dari titik bertemunya. Keadaan itulah yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan "diam".

            Tapi keadaan "diam" itu sangat relatif atau sangat sementara karena dua kekuatan yang saling berkontradiksi dan saling mendorong itu pada saat dan akhirnya pasti akan segera ada yang terdesak dan tergeser dari tempatnya. pada saat terjadinya pergeseran itulah akan tampak dengan nyata gejala gerak atau perubahan
Kecuali itu, keadaan yang tampaknya diam juga bisa terjadi karena proses perubahan sesuatu belum sampai pada pengubahan kualitas atau pengubahan bentuknya yang lama, masih bersifat pada pengubahan secara kuantitas sehingga belum mampu menunjukkan gejala-gejala perubahannya.
Keadaan yang itu pula yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam kea-daan "diam", tetapi sebenarnya di dalam sesuatu yang tampaknya "diam" itu terus berlangsug proses gerak atau proses perubahan. Maka dalam waktu yang sangat relatif atau sangat sementara bila proses gerak atau proses perubahan itu sudah sampai pada pengubahan kualitas, gejala gerak atau perubahan sesuatu itu akan tampak dengan jelas.
Gerak atau perubahan itu sendiri karena dari adanya faktor internal atau karena adanya kekuatan-kekuatan yang mendorongnya di dalamnya, di dalam materi itu sendiri.
Gerak materi adalah gerak intern. Faktor atau kekuatan intern dari materi itu sendiri yang akan menentukan gerak atau perubahannya. Sedangkan faktor luar atau kekuatan-kekuatan yang mendorong dari luar adalah faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan intern suatu materi. Peranan dari faktor atau kekuatan luar itu bisa meng-hambat atau mempercepat, bahkan bisa juga menentukan gerak atau perubahan suatu materi. Tapi, bagaimana pun juga pengaruh faktor luar atau kekuatan itu, pada akhirnya yang paling menentukan adalah faktor intern dari materi itu sendiri.

6. Materi, Ruang dan Waktu 

Materi, Ruang dan Waktu adalah merupakan hal yang selalu saling hubungan dan tidak terpisahkan. Materi selalu berada dalam ruang dan berkembang menurut waktu. Tidak ada materi tanpa atau berada di luar ruang, juga tidak ada materi berkembang tanpa waktu. Materi di dalam ruang, menyebabkan materi mempunyai saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Sedang materi di dalam waktu, membuat materi itu bisa menjadi berkembang.
Ruang adalah sesuatu yang mempunyai luas dan isi materi. Tidak ada ruang yang kosong tanpa materi, dan ruang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain. Ada-pun sifat hubungan itu adalah horisontal atau mendatar. Karena itu ruang dapat dicapai secara berulang dan lebih dari satu kali. Ruang menempatkan materi yang ada di dalamnya untuk ber-kembang sesuai dengan luas ruang itu.
Waktu adalah detik-detik yang terus bersambung tanpa ada berhentinya. Detik-detik yang terus bersambung itu, hubungannya adalah bersifat vertikal atau bersusun. Karena itu detik-detik atau waktu tidak bisa dicapai secara berulang-ulang lebih dari satu kali. Sebab waktu terus berjalan maju, terus berlalu tanpa berhenti dan tidak kembalai pada detik-detik yang telah lewat. Maka, waktu menempatkan materi untuk berkembang mengikuti jalannya waktu yang terus maju. Waktu terus-menerus mendorong materi untuk berkembang lebih maju secara historis, bersusun tingkat demi tingkat, fase demi fase dalam proses yang terus berlangsung.
Demikian materi, ruang dan waktu mempunyai saling hubungan yang erat dan konden, yang sama sekali tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain. Materi berada dan berkembang dalam ruang dan waktu. Materi berkembang dalam ukuran luas ruang dan maju menurut tingkatan waktu.

7. Saling Hubungan

Saling hubungan ini dalam arti hubungan yang konkrit dan mempunyai saling pengaruh antara materi yang satu dengan yang lain. Hubungan yang wajar, bukan hubungan yang abstrak dan diada-adakan atau direka-reka. Saling hubungan yang demikian itu ada empat macam, yaitu saling hubungan organik, saling hubungan menentukan, saling hubungan pokok, serta saling hubungan keharusan dan kebetulan.

a. Saling hubungan organik:

            Saling hubungan organik adalah saling hubungan yang mempunyai saling pengaruh antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan dalam rangka kesatuan organik. Saling hu-bungan yang tersusun dan saling terikat.

b. Saling hubungan yang menentukan:

            Saling hubungan yang menentukan adalah saling hubungan yang hakiki, yang menen-tukan adanya sesuatu, atau saling hubungan hakekat dari adanya sesuatu dan yang juga meru-pakan hakekat sesuatu itu sendiri.

c. Saling hubungan pokok:

            Saling hubungan pokok adalah saling hubungan yang menjadi poros dan memimpin semua saling hubungan yang lain, atau saling hubungan yang paling mempengaruhi saling hu-bungan-saling hubungan yang lain, dan juga paling mempengaruhi perkembangan sesuatu yang mengandungnya.

d. Saling hubungan keharusan dan kebetulan :

            Saling hubungan keharusan adalah saling hubungan yang pasti dan harus terjadi atau harus ada, atau saling hubungan yang tidak bisa ditiadakan dan tidak bisa dihindari. Adapun sa-ling hubungan kebetulan adalah saling hubungan yang tidak tentu terjadi didalam saling hu-bungan yang organis. Tapi bila saling hubungan itu terjadi, akan mempunyai pengaruh terhadap saling hubungan yang organis itu.



BAB  III

DIALEKTIKA MATERIALIS

            Inti dari permasalahan dialektika adalah masalah saling hubungan dari segala sesuatu, serta masalah gerak atau masalah perubahan dan perkembangan segala sesuatu itu. Dalam ma-salah gerak, Dialektika Materialis mempersoalkan dan mempunyai tiga asas gerak, yaitu: Kontra-diksi, Perubahan Kuantitatif  ke Kualitatif, dan Negasi dari Negasi.

1. Kontradiksi :

a. Arti dan peranan kontradiksi

            Kontradiksi adalah pertentangan atau perbedaan. Kontradiksi ini mempunyai sifat umum dan khusus, atau mempunyai sifat keumuman dan kekhususan.

- Keumuman kontradiksi :

            Kontradiksi itu ada dimana-mana dan dalam seluruh waktu. Terdapat di segala sesuatu,   di mana  pun dan kapan pun selalu dan pasti mengandung kontradiksi. Kontradiksi itu terjadi dan berlangsung terus menerus melalui proses awal dan akhir. Artinya,  kontradiksi itu pasti mempu-nyai awal dan juga mempunyai akhir. Ada awal kontradiksi dan ada akhir kontradiksi. Dan sesudah kontradiksi itu berakhir, pasti disusul atau timbul lagi kontradiksi baru yang juga mempunyai awal dan kemudian juga akan berakhir pula.
Begitu terus menerus, kontradiksi itu tidak akan ada putus-putusnya. Berakhir yang satu, berawal yang baru. Selesai yang satu, timbul yang baru.

-  Kekhususan kontradiksi :

            Kontradiksi itu berbeda-beda menurut adanya didalam sesuatu hal yang berbeda-beda pula. Artinya, karena hal yang satu berbeda dengan hal yang lain,maka hal yang ada atau yang dikandung didalam dalam hal yang berbeda itu, juga berbeda.
Kontradiksi itu tidak hanya berbeda menurut halnya yang berbeda, tetapi juga berbeda-beda menurut tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal itu. Artinya karena tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal itu berbeda-beda, maka kontradiksi yang berlangsung pada tingkat perkembangan tertentu, juga berbeda dengan kontradiksi pada tingkat perkembangannya yang lain.

b. Macam Kontradiksi

Kontradiksi yang ada di dalam sesuatu itu tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu atau banyak. Dan kontradiksi yang banyak itu tidak semua sama kedudukannya, juga tidak semua sama pe-ranannya, sifatnya dan wataknya.

            Ada tiga macam kontradiksi, yaitu: Kontradiksi pokok,  Kontradiksi dasar, dan Kontradiksi antagonis.

-  Kontradiksi pokok:

            Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan menentu-kan adanya kontradiksi-kontradiksi yang lain yang tidak pokok. Kontradiksi pokok itu di dalam pe-nyelesaiannya harus diutamakan. Sedangkan kontradiksi tidak pokok adalah kontradiksi yang muncul ditentukan oleh kontradiksi pokok, dan perkembangannya dipimpin dan tunduk kepada kontradiksi pokok itu.

-  Kontradiksi dasar:

            Kontradiksi dasar adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan (baca: tidak bisa didamaikan). Kontradiksi dasar juga merupakan kontradiksi yang menentukan adanya sesuatu dan menentu-kan bentuk dari sesuatu itu.

-  Kontradiksi antagonis:

Kontradiksi antagonis mempunyai dua pengertian, yaitu antagonis dalam artian wataknya atau disebut dengan kontradiksi yang berwatak antagonis dan antagonis dalam artian bentuknya atau disebut dengan kontradiksi yang berbentuk antagonis..
Kontradiksi antagonis dalam artian wataknya atau kontradiksi yang berwatak antagonis adalah kontradiksi yang kepentingannya  sama sekali bertentangan antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa didamaikan, serta mengandung saling menghancurkan dengan unsur-unsur kekerasan dalam penyelesaiannya.
Kontradiksi antagonis dalam artian bentuknya atau kontradiksi yang berbentuk antagonis adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil bentuk kekerasan, walau watak kontra-diksinya sendiri tidak antagonistis.
Ketiga macam kontradiksi itu mempunyai saling hubungan, meskipun tidak tentu satu kontradiksi mengandung ketiga macam kontradiksi itu sekaligus. Artinya, kontradiksi pokok tidak tentu kontradiksi dasar, dan juga tidak tentu kontradiksi yang berwatak antagonis. Akan tetapi, kontradiksi dasar, salah satu tentu menduduki dan menjadi sebagai kontradiksi pokoknya. Kontradiksi dasar itu sendiri tidak tentu kontradiksi yang antagonis, baik antagonis dalam artian wataknya maupun antagonis dalam artian bentuknya. Sedang kontradiksi yang antagonis dalam artian wataknya yang antagonis, tentu saja mengandung kontradiksi dasar. Dan kontradiksi yang berwatak antagonis itu tentu menduduki serta menjadi sebagai kontradiksi pokok.

c. Segi-segi kontradiksi

            Setiap kontradiksi di dalam sesuatu hal, tentu mengandung segi-segi yang berkontra-diksi, atau di dalam setiap hal tentu mengandung segi-segi yang berkontradiksi.
Hakekat dari hukum kontradiksi adalah hukum persatuan dan perjuangan dari segi-segi yang bertentangan, dan hakekat dari belajar tentang dialektika adalah belajar tentang hukum kontradiksi tersebut.
Segi-segi yang berkontradiksi selalu mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, yaitu sbb:

-  Segi pokok dan segi tidak pokok

            Segi pokok adalah segi yang memimpin segi yang lain yang tidak pokok. Segi tidak pokok tunduk kepada segi pokok. Sebab, segi pokok merupakan segi yang menuntut bahwa permasalahannya segera untuk diselesaikan atau dipenuhi, dan merupakan segi yang membawa arah jalannya segi yang lain yang tidak pokok.

-  Segi berdominasi dan segi tidak berdominasi

            Segi berdominasi adalah segi yang menentukan kualitas sesuatu. Di dalam masyarakat, segi yang berdominasi berarti segi yang berkuasa, dan juga berarti segi yang menentukan kualitas masyarakat itu. Sedangkan segi yang tidak berdominasi adalah segi yang tidak menentukan kualitas. Di dalam masyarakat, segi yang tidak berdominasi berarti segi yang tidak berkuasa atau segi yang dikuasai.

-  Segi berhari depan dan segi tidak berhari depan

            Segi berhari depan adalah segi yang akan atau yang sedang berkembang, segi yang masih akan terus ada atau akan terus hidup di dalam perubahan atau di dalam tingkat perkem-bangan kualitas yang baru dan kelanjutannya. Sedangkan segi tidak berhari depan adalah segi yang akan layu atau yang sedang melayu, segi yang adanya atau hidupnya hanya terbatas di dalam kualitas yang lama dan tidak akan ada lagi di dalam perubahan atau di dalam tingkat per-kembangan kualitas yang baru atau kelanjutannya.

-  Segi berhegemoni dan segi tidak berhegemoni

            Segi berhegemoni adalah segi di dalam gejala sosial atau di dalam masyarakat. Segi berhegemoni hanya di dalam kategori revolusi. Dalam hal revolusi itu, segi berhegemoni adalah segi yang memimpin, segi yang membawa dan menentukan arah perkembangan revolusi.
Segi berhegemoni mempunyai syarat dan menampakkan ciri-cirinya, yaitu sbb:

- Mempunyai  program  perjuangan kelas  yang  bisa  diterima oleh  seluruh nasion  atau diterima 
  secara nasional.
- Menjadi  teladan di dalam  melaksanakan  program-program  perjuangan kelas-nya  yang sudah
  diterima secara nasional oleh seluruh nasion itu.
- Mempunyai kekuatan yang cukup untuk melaksanakan kepemimpinannya.
- Mampu menggalang persatuan dan kekuatan nasional (front atau aliansi).

            Keempat macam kedudukan dan peranan segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat sa-ling hubungan, tapi tidak berarti bahwa satu segi kontradiksi tentu menempati atau mempunyai tempat kedudukan dan peranan itu secara sekaligus. Sebagaimana halnya segi pokok tidak tentu secara sekaligus sebagai segi yang berdominasi maupun segi yang  berhari-depan. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi pokok pada hakekatnya adalah segi yang ber-hegemoni.

            Segi berdominasi tidak tentu segi pokok dan juga tidak tentu segi berhari-depan. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berdominasi tidak tentu segi yang ber-hegemoni.
Segi berhari-depan tidak tentu segi pokok, dan juga tidak tentu segi berdominasi. Di da-lam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan tidak tentu segi berhe-gemoni. Tapi segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang perubahan kualitas lama ke kualitas baru, pasti menduduki atau menjadi segi pokok. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang kemenangan revolusi dalam proses peruba-han masyarakat lama ke masyarakat baru, pasti menduduki atau menjadi segi berdominasi. Dan di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berhari-depan di dalam masyarakat baru pasti menduduki atau menjadi segi yang berkuasa.
Segi berhegemoni pasti segi pokok. Tapi segi berhegemoni tidak tentu segi berhari-de-pan dan juga tidak tentu segi berdominasi atau segi yang berkuasa. Hanya pada tingkat menje-lang kepastian kemenangan revolusi, dalam proses perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, segi yang berhegemoni pasti juga sebagai segi berdominasi atau segi yang berkuasa.


d. Hukum Mutasi

            Hukum mutasi atau hukum perpindahan adalah suatu hukum yang berlaku di dalam pro-ses kontradiksi. Artinya, kedudukan dan peranan satu kontradiksi atau segi kontradiksi bisa ber-mutasi. Kontradiksi pokok bisa berubah menjadi kontradiksi tidak pokok. Sebaliknya, kontradiksi tidak pokok bisa berubah menjadi kontradiksi pokok. Kontradiksi berbentuk antagonis bisa beru-bah menjadi kontradiksi tidak berbentuk antagonis, sebaliknya kontradiksi tidak berbentuk anta-gonis bisa berubah menjadi kontradiksi berbentuk antagonis.
Tetapi, hukum mutasi itu tidak berlangsung pada kontradiksi dasar dan pada kontradiksi yang berwatak antagonis. Artinya, kontradiksi dasar dan kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap atau tidak akan berubah. Kontradiksi dasar akan tetap sebagai kontradiksi dasar, dan tidak akan berubah menjadi kontradiksi tidak dasar. Sebaliknya, kontradiksi tidak dasar juga akan tetap dan tidak akan berubah menjadi sebagai kontradiksi dasar. Selanjutnya, kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap, tidak akan berubah menjadi kontradiksi yang tidak berwatak antagonis. Begitu sebalinya, kontradiksi yang tidak berwatak antagonis juga akan tetap tidak ber-ubah menjadi kontradiksi berwatak antagonis. Kedua kontradiksi itu, yaitu kontradiksi dasar dan kontradiksi berwatak antagonis yang akan tetap pada kedudukannya, tidak akan berubah, namun dalam proses perkembangan akhirnya tentu akan hancur salah satunya. Kehancuran itu terjadi pada menjelang dan menyebabkan berubahnya suatu kualitas atau masyarakat, serta berarti tim-bulnya kualitas baru atau lahirnya masyarakat baru.
Hukum mutasi itu juga berjalan pada segi-segi yang berkontradiksi, yaitu segi pokok bisa berubah menjadi segi tidak pokok. Sebaliknya, segi tidak pokok bisa berubah menjadi segi po-kok. Segi berdominasi bisa berubah menjadi segi tidak berdominasi. Sebaliknya, segi yang tidak berdominasi bisa berubah menjadi segi yang berdominasi. Di dalam masyarakat, segi yang ber-kuasa bisa berubah menjadi segi yang tidak berkuasa. Sebaliknya, segi yang tidak berkuasa bisa berubah menjadi segi yang berkuasa. Segi berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang tidak berhegemoni. Sebaliknya, segi yang tidak berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang ber-hegemoni.
Tetapi hukum mutasi tidak akan berlangsung pada segi berhari-depan. Segi berhari-de-pan akan tetap sebagai segi berhari-depan, tidak akan mengalami perpindahan atau akan beru-bah menjadi segi tidak berhari-depan selama dalam periode kualitas lama atau dalam periode masyarakat lama. Walau mungkin, sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, segi berhari-depan dari kualitas lama atau masyarakat lama itu bisa bermutasi atau berubah menjadi segi tidak berhari-depan. Tetapi, mutasi atau perubahan itu baru terjadi sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, dan tidak akan terjadi selama dalam satu periode kualitas lama atau masyarakat lama.



2. Perubahan Kuantitatif ke Perubahan Kualitatif:

a. Arti kuantitas dan kualitas

Kuantitas adalah jumlah. Jumlah dalam artian luas yang meliputi bilangan, susunan, sa-ling hubungan dan komposisi. Kuantitas menentukan kualitas sesuatu. Sedangkan kualitas ada-lah hakekat sesuatu, yang membedakan sesuatu itu dari yang lain.

b. Perubahan kuantitas ke perubahan kualitas
           
Perubahan kuantitas adalah perubahan yang masih dalam kualitas lama atau masih dalam bentuknya yang lama, perubahan yang bersifat kuantitatif, perubahan evolusioner yang menyiapkan dan menuju ke arah perubahan kualitatif.
Perubahan kuantitas itu akan mencapai perubahan kualitas hanya sesudah mencapai titik batas tertentu, yaitu titik batas tertinggi atau terendah, atau titik batas maksimum atau mini-mum dari syarat bagi berubahnya suatu kualitas. Perubahan kuantitas semata-mata yang tidak sampai mencapai titik batas, tidak akan merubah kualitas lama dan kurang ada artinya bagi suatu perkembangan. Adapun perubahan kualitas adalah perubahan kuantitas dan menghancurkan kualitas lama.
Perubahan kualitas itu merupakan dan melalui proses loncatan dari kualitas lama ke kua-litas baru. Perubahan kualitas itu tentu melalui proses perubahan kuantitas. Tanpa adanya peru-bahan kuantitas lebih dahulu tentu saja tidak akan ada dan tidak akan terjadi perubahan kualitas. Selanjutnya, kualitas baru yang mengakhiri perubahan-perubahan kuantitas lama itu menimbul-kan lagi kuantitas-kuantitas baru. Dan perubahan kuantitas-kuantitas baru itu juga menyiapkan lagi perubahan kualitas baru. Begitu seterusnya.
Perubahan kuantitas dan kualitas selalu saling hubungan sangat erat yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lain, karena kedua-duanya saling jalin menjalin.

3. Negasi dari negasi:

Negasi berarti tiada atau meniadakan. Negasi dari negasi berarti proses meniadakan yang meni-adakan. Hukum negasi dari negasi adalah hukum arah gerak atau arah perubahan dan perkem-bangan sesuatu. Hukum itu adalah, bahwa gerak atau perubahan dan perkembangan segala se-suatu, arahnya tentu menuju ke-bentuk-nya yang "lama" atau ke-asal-nya semula, tetapi dengan isi atau dengan kualitasnya yang baru. Selama gerak atau perubahan dan perkembangan sesu-atu itu belum sampai mencapai bentuknya yang "lama" atau belum "kembali ke asalnya semula", maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan itu masih dalam proses perjalanannya.
Hukum negasi dari negasi adalah hukum, bahwa gerak atau perubahan dan perkem-bangan segala sesuatu tentu akan menegasi yang menegasi atau akan meniadakan yang menia-dakan. Bahwa yang menegasi tentu akan dinegasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi atau yang meniadakan belum ditiadakan, maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu masih belum selesai, belum berakhir, dan masih da-lam proses perjalanan. Gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu baru akan "sele-sai" atau akan "berakhir" hanya apabila yang menegasi sudah dinegasi, atau yang meniadakan sudah ditiadakan. Dengan begitu berarti gerak atau perubahan dan perkembangan itu sudah sampai "kembali" pada bentukya yang "lama" atau pada "asalnya semula".
Titik mula proses dari suatu gerak atau perubahan dan perkembangan dimulai dari bentuk dan isinya yang asal itu dinegasi atau ditiadakan oleh bentuk dan isi yang baru. Dari dinegasi atau ditiadakannya bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru, mulailah suatu gerak spiral yang menuju ke arah "kembali" ke bentuk dan isinya yang asal. Dan itu yang dinyatakan bahwa selama gerak atau perubahan dan perkembangan itu belum sampai "kembali" pada bentuk dan isinya yang "asal", maka berarti bahwa gerak atau perubahan dan perkem-bangan itu masih belum berakhir, belum selesai dan masih dalam perjalanannya.

            Negasi atau peniadaan bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru itu meru-pakan negasi atau peniadaan yang pertama dalam suatu proses gerak spiral. kemudian bentuk dan isi yang baru, yang telah menegasi atau telah meniadakan bentuk dan isi yang asal itu, pada akhirnya tentu akan dinegasi atau akan ditiadakan juga oleh bentuk dan isi yang "lama yang asal" tapi dalam kwalitetnya yang baru, yang maju. Negasi atau peniadaan itu, yaitu negasi atau penia-daan  oleh bentuk dan isi yang "asal " terhadap bentuk dan isi yang telah pernah menegasi atau meniadakannya itu, adalah merupakan negasi atau peniadaan yang kedua dalam suatu proses gerak spiral.                                                         
            Berlangsungnya suatu negasi atau peniadaan yang pertama,  kemudian diakhiri oleh ne-gasi atau peniadan yang kedua itu yang disebut sebagai hukum negasi dari negasi atau hukum meniadakan yang meniadakan. Berdasarkan hukum itu, maka yang menegasi tentu akan dine-gasi atau yang meniadakan tentu akan ditiadakan, dan "kembali"-lah gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu kepada bentuk dan isinya yang "lama" atau yang "asal" tapi dalam kuali-tasnya yang baru, yang lebih tinggi dan lebih maju dari yang awal mulanya.
Demikian hukum arah gerak atau arah perubahan dan perkembangan secara spiral dari segala sesuatu.

BAB IV

EPISTEMOLOGI  MATERIALIS


Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan, yakni tentang asal dan lahirnya pengetahuan serta peranan dan perkembangan pengetahuan.

1. Asal dan Lahirnya Pengetahuan

a. Asal Pengetahuan:

            Pengetahuan adalah  berasal  dari praktek, baik  praktek langsung  maupun praktek tidak langsung. Praktek langsung adalah praktek atau pengalaman sendiri. sedangkan praktek tidak langsung adalah praktek atau pengalaman orang lain. Praktek langsung menimbulkan pengeta-huan langsung, sedang praktek tidak langsung, menimbulkan pengetahuan yang tidak langsung. Dengan begitu, baik pengetahuan langsung maupun pengetahuan tidak langsung kedua-duanya berasal dari praktek.
Dari kedua pengetahuan itu, pengetahuan langsung lebih penting dari pengetahuan tidak langsung. Maka, praktek atau pengalaman langsung juga lebih penting dari pada ptraktek atau pengalaman tidak langsung.
Pengetahuan langsung itu bersifat terbatas katrena praktek langsung atau pengalaman sendiri juga terbatas. Sebaliknya, pengetahuan tidak langsung bersifat luas karena praktek tidak langsung atau pengalaman orang lain luas.

b. Lahirnya Pengetahuan:

            Pengetahuan lahir melalui dua tingkat, yakni tingkat sensasi dan rasio. Pengetahuan tingkat sensasi atau sensasional adalah pengetahuan yang langsung yang ditangkap secara apa adanya dari praktek. Pengetahuan sensional bersifat kuantitatif dan sepotong-potong serta me-nyiapkan pengetahuan rasional. Karena itu, pengetahuan sensasional akan menjadi kurang ada gunanya bagi ilmu pengetahuan atau tidak bisa menjadi ilmu pengetahuan bila tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan rasional. Pengetahuan sensasional yang tidak ditingkatkan menjadi pe-ngetahuan yang tidak rasional hanya akan menjadi pengetahuan biasa, pengetahuan tingkat rendah yang sederhana yang bersifat kuantitatif (kennis).
Adapun pengetahuan rasional adalah pengetahuan hasil penangkapan, hasil penelitian dan penangkapan, serta merupakan penyimpulan dari pengetahuan sensasional Dengan begitu, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak langsung dari praktek, pengetahuan tingkat kedua sebagai peningkatan dan kelanjutan dari pengetahuan sensasional. Pengetahuan rasional bersifat luas dan kualitatif. Lengkap, tidak sepotong-potong. Bersifat kombinatif dan kon-klusif dari sejumlah pengetahuan sensasional yang sepotong-potong. Pengetahuan rasional me-rupakan perubahan kualitatif dari pengetahuan sensasional dan menjadi ilmu pengetahuan (wetenschap).
Tentang pengetahuan sensional dan pengetahuan rasional itu ada pandangan yang ekstrim dan salah dari kaum sensasionalis dan kaum rasionalis. Kaum sensasionalis meman-dang pengetahuan sensasional itu sebagai pengetahuan obyektif dan benar karena pengetahuan sensasional adalah pengetahuan yang  lansung berasal dari praktek. Dengan begitu, pandangan kaum sensasionalis adalah pandangan yang sepotong-potong. Kaum sensasionalis tidak me-mandang sifat-sifat yang sempit, terbatas dan sepotong-potong dari pengetahuan sensasional. Mereka seperti tidak memandang bahwa segala sesuatu itu tidak hanya terdiri dari yang sepotong. Karena itu keobyektifan dan kebenaran sesuatu tidak bisa dipandang dari hanya sepotong itu. Sesuai dengan pandangannya, kaum sensasionalis memandang pengetahuan rasional sebagai pengetahuan yang tidak obyektif dan tidak benar, atau diragukan keobyektifan dan kebenarannya karena pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak langsung berasal dari praktek. Dan karena rasio itu bisa salah salah dalam menyimpulkan, maka penge-tahuan rasional sebagai pengetahuan hasil penyimpulan itu pun bisa salah.*
             


Diterbitkan Oleh : Al Masjidiy Jurnal News Network

Al Masjidiy Murupakan kumpulan dari tulisan-tulisan yang ada dalam beberapa buletin dan artikel ilmiah, soalnya admin pernah menjadi pemred beberapa buletin di Kota Metro Lampung dan Kota Bekasi. Saat ini admin Fokus pada pengembangan media online. Admin juga menerima tulisan dari pembaca melalui email: almasjidiy@gmail.com

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Terima Kasih Telah Membaca Artikel Ini ::

0 comments:

Post a Comment

Opini Terbaru