PENDAHULUAN
Filsafat adalah
pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah
suatu ilmu dan suatu metode berpikir atau cara berpikir untuk memecahkan
problem-problem gejala alam dan masyarakat. Filsafat merupakan sikap hidup
manusia dan sebagai pe-doman untuk bertindak dalam menghadapi gejala-gejala
alam dan masyarakat. Namun, filsafat bukan berarti suatu kepercayaan yang
dogmatis dan membuta.
Filsafat mempersoalkan tentang masalah-masalah etika/moral,
estetika/seni, sosi-al/politik, epistemologi/tentang pengetahuan,
ontologi/tentang manusia. Kategori persoalan filsa-fat meliputi soal-soal
hubungan antara bentuk dan isi, sebab dan akibat, gejala dan hakekat,
ke-harusan dan dan kebetulan, keumuman dan kekhususan.
Filsafat mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedangkan soal yang
terpokok dari persoalan filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi,
fikiran dan keadaan. Mana yang primer dan mana yang sekunder di antara keduanya
itu, ide atau materi, pikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan terpokok
tersebut akan membagi semua aliran filsafat menjadi dua kubu, kubu filsafat
Idealisme dan kubu filsafat Materialisme.
Semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau
pikiran sebagai hal yang primer, dan materi atau keadaan sebagai suatu hal yang
sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Idealisme. Sebaliknya, semua aliran
filsafat yang memandang dan menyatakan materi atau keadaan sebagai hal yang
primer, dan ide atau pikiran sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu
filsafat Materialisme.
Aliran dan Kubu Filsafat
Filsafat
mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak sekali itu
bisa dibagi hanya dalam dua kubu, yakni kubu filsafat Idealisme dan kubu
filsafat Materialisme. Aliran pokok filsafat adalah Idealisme dan Materialisme.
Tapi, di samping dua aliran yang pokok itu, terdapat pula aliran filsafat
dualisme.
Walau begitu, aliran filsafat dualisme pada hakekatnya adalah
aliran filsafat idealisme juga karena pandangannya didasarkan pada ide yang
mereka reka. Filsafat dualisme meman-dang ide dan materi, pikiran dan keadaan,
sebagai hal yang kedua-duanya primer atau tidak ada yang sekunder. Pandangan seperti
itu pasti tidak berdasarkan atas kenyataan. Itulah idea-lismenya filsafat
dualisme.
Watak dan Kelas Filsafat
Filsafat selalu
mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas tertentu. Karena itu filsafat
selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu kelas.
Filsafat idealisme mencerminkan watak
dan mewakili kepentingan kelas pemilik alat pro-duksi yang menindas dan
menghisap yaitu kelas-kelas tuan budak atau pemilik budak, kelas tuan feodal
atau tuan tanah, kelas borjuis atau kapitalis dan sebagainya. Tetapi
sebaliknya, filsafat materialisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan
kelas bukan pemilik alat produksi yang tertindas dan terhisap, yaitu klas buruh
dsb. Sedang filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas
pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap yaitu klas borjuis
kecil dsb.
Pentingnya Berfilsafat dan Cara Belajar Berfilsafat
Berfilsafat itu
penting. Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersi-kap dan
bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam
dan masyarakat. Kesadaran tersebut akan membuat sesorang menjadi tidak mudah
digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang
dihadapi.
Sedangkan untuk berfilsafat, orang harus belajar filsafat. Dan
belajar filsafat harus de-ngan cara yang benar. Cara belajar filsafat adalah
harus menangkap ajaran dan pengertiannya secara ilmu, lalu memadukan ajaran dan
pengertiannya itu dengan praktek. Selanjutnya me-ngambil pengalaman dari
praktek itu, dan kemudian menyimpulkan praktek itu secara ilmu.
Arti Berfilsafat
Berfilsafat
berarti bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu dan metode
berpikir terhadap gejala-gejala alam dan masyarakat yang dihadapi.
Berfilsafat
bukan bersikap dan bertindak secara tradisi, menurut kebiasaan atau
ber-dasarkan naluri turun-temurun dalam menghadapi dan memecahkan
problem-problem gejala-gejala itu.
Filsafat Materialisme Dialektika dan Historis (MDH)
a. Arti MDH.
Materialisme
Dialektik berarti pandangannya secara materialis dan metodenya secara
dialektis. Sedangkan materialisme historis berarti materialisme dialektik yang
diterapkan dalam gejala sosial atau masyarakat.
b. Lahirnya MDH dan Penciptanya.
Filsafat MDH
lahir sesudah lahirnya berbagai macam filsafat yang pandangannya materialis
atau yang metodenya dialektis. Sedangkan penciptanya adalah Karl Marx. Filsafat
MDH diciptakan oleh Karl Marx dan menjadi filsafat Marxisme.
Filsafat MDH merupakan hasil kesimpulan dan ciptaan Karl Marx
belajar dan mengambil dari kebenaran ajaran pandangan filsafat materialisme
Feuerbach dan metode filsafat dialektik Hegel. Karl Marx mengambil isinya yang
benar dari pandangan materialis filsafat Feuerbach dan membuang kulitnya yang
salah dari metodenya yang metafisis. Selanjutnya Karl Marx mengambil isinya
yang benar dari metode dialektis filsafat Hegel dan membuang kulitnya yang
salah dari pandangannya yang idealis.
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialisme filsafat
Feuerbach, tetapi meno-lak kesalahan metodenya yang metafisis. Dan Karl Marx
juga menerima kebenaran metode dia-lektis filsafat Hegel, tapi menolak
kesalahan pandangannya yang idealis.
Kesimpulan dari itu, maka Karl Marx menciptakan filsafat MDH dan
lahirlah filsafat MDH Karl Marx.
c. Ciri dan watak kelas MDH
Ciri-ciri
filsafat MDH ialah ilmiah, obyektif, universil, praktis, lengkap dan
revolusioner.
- Ilmiah karena metodenya dialektis.
- Obyektif karena pandangannya materialis.
- Universil karena ajarannya tidak hanya berlaku di dalam alam
saja, tetapi juga berlaku di da-
lam masyarakat.
- Praktis karena ajarannya
dapat dibuktikan dan dilaksanakan.
- Lengkap karena ajarannya tidak hanya bicara soal alam, tapi
juga soal masyarakat.
- Revolusioner karena ajarannya selalu berpihak kepada apa yang
sedang tumbuh dan akan me-lawan apa yang sedang melayu berdasarkan hukum
perkembangannya. Selanjutnya, selalu me- nuntut adanya
penghancuran terhadap apa yang
sudah tua, dan membangun yang baru
dan yang lebih maju.
Filsafat MDH
mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi
yaitu kelas buruh atau kelas proletar yang terhisap dan tertindas, serta
merupakan satu-satunya filsafat yang berpihak kepada kelas buruh atau kelas
proletar itu.
d. MDH dan Kelas buruh serta Peranannya
Filsafat MDH
merupakan senjata moral bagi perjuangan kelas buruh. Tanpa filsafat MDH,
perjuangan kelas buruh tidak akan mempunyai kekuatan raksasa. Perjuangannya
tidak akan mencapai hasil yang fundamental, dan akan gagal. Sebaliknya, kelas
buruh merupakan senjata material bagi filsafat MDH. Tanpa kelas buruh, filsafat
MDH tidak akan mempunyai kekuatan dan tidak akan ada artinya sebagai ilmu
sosial. Sebab, hanya kelas buruh yang mampu dan konsekuen melaksanakan ajaran
filsafat MDH di dalam praktek.
e. Pentingnya berfilsafat MDH
Filsafat MDH
adalah filsafat yang benar. Karena itu berfilsafat MDH penting. Dengan
berfilsafat MDH, orang akan memiliki ilmu berpikir, pandangan, dan metode
berpikir yang benar. Dengan itu berarti mempunyai pedoman yang tepat untuk
mengambil sikap dan bertindak yang tepat dalam menghadapi gejala-gejala dan
memecahkan problem-problemnya yang timbul di dalam alam dan masyarakat.
Dengan begitu, orang yang berfilsafat MDH akan memiliki pandangan
yang jauh ke de-pan dan revolusioner. juga akan mempunyai sikap yang teguh dan
konsekuen, tidak mudah digo-yahkan dan diombang-ambingkan oleh keadaan atau
oleh gejala-gejala yang dihadapi.
f. Cara belajar filsafat MDH
Filsafat MDH
adalah suatu ilmu dan merupakan senjata perjuangan revolusioner kelas buruh
atau kelas yang tertindas dan terhisap. Karena itu belajar filsafat MDH harus
secara ilmiah dan berwatak kelas buruh, yakni:
- Dengan pendirian kelas proletar dan melawan ideologi kelas non
proletar yang ada dalam diri sendiri.
- Secara ilmiah dan melaksanakannya di dalam praktek.
- Menarik pengalaman dari pelaksanaan praktek dan menyimpulkan
hasil praktek itu.
- Menangkap pengertian dan menggenggam semangat revolusionernya
serta harus selalu me- menuntut adanya perubahan dengan membangun yang baru
dan lebih maju.
BAB II
MATERIALISME DIALEKTIK
1. Monisme dan Dualisme:
Monisme adalah
suatu sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari satu dasar pan-dangan,
yaitu dari materi atau dari ide. Sedangkan Dualisme adalah suatu sistem
pandangan fil-safat yang bertitik tolak dari dua dasar pandangan, yaitu dari
materi dan ide sekaligus.
Dengan begitu, filsafat materialisme dan idealisme walau
pandangannya bertitik tolak dari dasar yang bertentangan, tapi sistem
pandangannya itu sama, yaitu monisme. Jadi sistem pandangan filsafat
materialisme dan idealisme adalah sama-sama monois. Artinya, pandang-annya
sama-sama bertitik tolak dari hanya satu dasar, yaitu dari dasar materi atau
dari dasar ide. Bedanya, dari sistem pandangan monoisme filsafat materialisme
bertitik tolak dari dasar materi. Sebaliknya, sistem pandangan monoisme
filsafat idealisme bertitik tolak dari dasar ide.
2. Materialisme, idealisme dan dualisme:
a. Materialisme:
Materialisme adalah
satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme
memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai
sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.
Pandangan materialisme itu berdasarkan atas kenyataan menurut
proses waktu dan zat. Artinya,
- Menurut proses waktu: Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai
ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih
dahulu.
- Menurut proses zat: Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak
bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah
suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir.
Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau
pikiran pada kepala manusia.
b. Idealisme:
Idealisme adalah
suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari ide (gagas-an).
Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedang materei sekunder. Ide
itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang ada
ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau
pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudi-an sesuatu itu ada.
Terhadap adanya pandangan yang demikian itu, Lenin dengan tajam
mengkritik idealis-me sebagai filsafat yang tanpa otak.
c. Dualisme:
Dualisme adalah
suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi dan ide
sekaligus. Dualisme memandang bahwa materi dan ide itu sama-sama primernya.
Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan. Materi itu ada
karena ada ide atau pi-kiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran itu ada karena
ada materi. Tapi pada hakekatnya, pan-dangan dualisme yang demikian itu juga
idealis, karena pandangan seperti itu tidak lain hanya pada ide, dan tidak ada
dalam kenyataan.
Dengan begitu, Filsafat materialisme adalah filsafat yang
obyektif. Sebaliknya, filsafat idealisme adalah filsafat yang subyektif karena
pandangannya bertitik tolak dari ide atau pikiran.
3. Aliran Materialisme dan
idealisme:
a. Aliran Materialisme
Filsafat
materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran
mate-rialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu materialisme
mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik. Ketiga aliran
filsafat itu mempunyai perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lain,
dan bahkan juga terdapat saling pertentangannya.
- Materialisme mekanik:
Materialisme
mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis,
se-dangkan metodenya mekanis. Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa
materi itu selalu dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu adalah gerak
yang mekanis, artinya gerak yang yang tetap begitu saja selamanya seperti yang
telah terjadi, atau gerak yang berulang-ulang seperti geraknya mesin yang tanpa
perkembangan atau peningkatan.
- Materialisme metafisik:
Materialisme
metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, se-dangkan
metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu
sela-lu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya. Tapi seandainya
materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena faktor luar atau karena
kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak ekstern atau disebut gerak luar.
Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang terpisah-pisah, tidak mempunyai dan
tidak ada saling hubungan antara yang satu dengan yang lain.
- Materialisme dialektik:
Materialisme
dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan
metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik mengajarkan bahwa materi itu
selalu saling punya hubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantung antara
yang satu dengan yang lain. Bukannya saling terpisah-pisah atau berdiri
sendiri. Materi itu juga selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang.
Bukannya selalu diam, tetap atau tidak beru-bah.
Selanjutnya, gerak materi itu merupakan gerak intern, yaitu gerak
atau berubah karena dari faktor dalamnya atau karena kekuatan dari dalamnya
sendiri. Bukannya gerak ekstern, yaitu gerak atau berubah karena faktor atau
karena kekuatan dari luar.
Kemudian gerak materi itu secara dialektis, yaitu gerak atau
berubah menuju ke ting-katnya yang lebih tinggi dan lebih maju seperti spiral.
Bukannya gerak mekanis.
Adapun yang disebut "diam", itu hanya tampaknya atau
bentuknya. Sebab, hakekat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya "diam" itu, isinya tetap gerak.
Jadi, "diam" itu juga satu bentuk gerak.
b. Aliran Idealisme
Filsafat idealisme mempunyai dua aliran, yaitu aliran idealisme
obyektif dan idealisme subjektif.
- Idealisme obyektif:
Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya
idealis, dan ideal-ismenya itu bertitik-tolak dari ide universil, ide di luar
ide manusia. Menurut idealisme obyektif, se-gala sesuatu yang timbul dan
terjadi, baik dalam alam maupun dalam masyarakat, adalah hasil atau karena diciptakan oleh ide universil.
- Idealisme subjektif:
Idealisme
subjektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan
pan-dangan idealismenya itu bertitik-tolak dari ide manusia atau idenya
sendiri. Menurut idealisme subjektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi -
baik dalam alam maupun dalam masyarakat - adalah karena hasil atau karena
ciptaan oleh ide manusia atau oleh idenya sendiri.
4. Materi dan Ide
a. Materi
Materi mempunyai
arti yang berbeda, yaitu antara arti menurut pengertian filsafat dan arti
menurut pengertian ilmu alam. Arti materi menurut pengertian filsafat adalah
luas, sedangkan arti menurut pengertian ilmu alam adalah terbatas.
Dalam arti menurut filsafat, materi adalah segala
sesuatu yang ada secara obyektif, ada di luar ide atau di luar kemauan manusia.
Materi adalah segala sesuatu yang bisa disentuh dan bisa ditangkap oleh indera
manusia, serta bisa menimbulkan ide-ide tertentu. Adapun dalam arti menurut
pengertian ilmu alam, materi adalah segala sesuatu yang mempunyai susunan atau
yang tersusun secara organis, atau yang berarti disebut dengan benda.
Dengan begitu,
pengertian filsafat tentang materi berarti sudah mencakup pula dengan
pengertian materi menurut ilmu alam.
Materi mempunyai peranan menentukan ide dan perkembangannya.
Materi bisa menim-bulkan ide atau mendorong timbulnya ide. Suatu ide timbul
sesudah lebih dulu suatu materi tim-bul dan ditangkap oleh indera. Adalah
jelas, bahwa materi yang bernama otak yang "mempro-duksi" ide.
b. Ide (Gagasan):
Ide (Gagasan)
adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi. Tetapi, ide
itu tidak mesti persis sama seperti materi yang dicerminkan. Ide selalu berada
di atas atau di depan materi. Ide bisa menjangkau jauh di depan materi. Namun,
ide tetap tidak bisa lepas dari materi.
Materi dan ide adalah dua bentuk lain dari gejala yang satu dan
sama. Materi menentu-kan ide, sedangkan ide
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan materi. Jadi ide juga mempunyai
peranan aktif, tidak pasif seperti cermin biasa.
5. Gerak
Gerak adalah suatu eksistensi dari adanya materi atau suatu
pernyataan dari adanya materi. Ini berarti bahwa sesuatu yang bergerak adalah
selalu materi. Tidak ada gerak tanpa ma-teri, atau tidak ada gerak yang bukan
materi. Ini sama halnya bahwa tidak ada materi tanpa gerak.
Segala sesuatu itu selalu bergerak, berubah dan berkembang. Tidak
ada sesuatu yang tetap, kecuali gerak itu sendiri. Artinya bahwa segala sesuatu
itu tetap dalam keadaan gerak. Bahwa gerak itu tetap berlangsung terus
selamanya bagi segala sesuatu.
Gerak mempunyai dua bentuk utama, yaitu gerak mekanis dan gerak
dialektis.
- Gerak mekanis:
Gerak mekanis adalah gerak atau perubahan yang bersifat
berulang-ulang, yang tetap dalam lingkungannya yang lama, dan tidak akan menuju
atau mencapai perubahan yang bersifat kualitatif atau yang bersifat lebih
tinggi dan lebih maju.
Gerak mekanis adalah gerak yang bersifat kuantitatif, gerak yang
begitu saja terus menerus, berulang-ulang seperti bergeraknya sebuah mesin.
- Gerak dialektis:
Gerak dialektis
adalah gerak atau perubahan yang bersifat meningkat (progresif), dari tingkatannya
yang rendah menuju ke tingkatannya yang lebih tinggi sampai mencapai kualitas
yang baru.
Gerak atau perubahan dialektis dari tingkatannya yang rendah
menuju ke tingkatannya yang tinggi sampai mencapai kualitas yang baru, itu
tampaknya juga seperti mengulangi dalam bentuknya pada tingkat yang rendah.
Tapi bentuk yang baru itu sudah dalam keadaan kualitas yang lebih tinggi. Jadi
tidak mengulangi kembali seperti semula dalam bentuk pada tingkatannya yang
lama. Arah gerak perubahan dialektis adalah seperti spiral.
- "Diam":
"Diam"
itu juga merupakan suatu bentuk gerak. Sifatnya sangat relatif atau sangat
sementara sekali. Artinya bentuk "diam" itu hanya bersifat sangat sementara karena di
dalam yang "diam" itu juga terdapat proses gerak dari kekuatan-kekuatan
yang berkontradisi dan sa-ling mendorong yang ketika itu sedang bertemu pada
suatu titik. kekuatan-kekuatan itu sama kuatnya sehingga salah satunya tidak
ada yang tergeserkan dari titik bertemunya. Keadaan itulah yang menampakkan
gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan "diam".
Tapi keadaan
"diam" itu sangat relatif atau sangat sementara karena dua kekuatan
yang saling berkontradiksi dan saling mendorong itu pada saat dan akhirnya
pasti akan segera ada yang terdesak dan tergeser dari tempatnya. pada saat
terjadinya pergeseran itulah akan tampak dengan nyata gejala gerak atau
perubahan
Kecuali itu, keadaan yang tampaknya diam juga bisa terjadi karena
proses perubahan sesuatu belum sampai pada pengubahan kualitas atau pengubahan
bentuknya yang lama, masih bersifat pada pengubahan secara kuantitas sehingga
belum mampu menunjukkan gejala-gejala perubahannya.
Keadaan yang itu pula yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu
itu dalam kea-daan "diam", tetapi sebenarnya di dalam sesuatu yang
tampaknya "diam" itu terus berlangsug proses gerak atau proses
perubahan. Maka dalam waktu yang sangat relatif atau sangat sementara bila
proses gerak atau proses perubahan itu sudah sampai pada pengubahan kualitas,
gejala gerak atau perubahan sesuatu itu akan tampak dengan jelas.
Gerak atau perubahan itu sendiri karena dari adanya faktor
internal atau karena adanya kekuatan-kekuatan yang mendorongnya di dalamnya, di
dalam materi itu sendiri.
Gerak materi adalah gerak intern. Faktor atau kekuatan intern
dari materi itu sendiri yang akan menentukan gerak atau perubahannya. Sedangkan
faktor luar atau kekuatan-kekuatan yang mendorong dari luar adalah faktor atau
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan intern suatu materi.
Peranan dari faktor atau kekuatan luar itu bisa meng-hambat atau mempercepat,
bahkan bisa juga menentukan gerak atau perubahan suatu materi. Tapi, bagaimana
pun juga pengaruh faktor luar atau kekuatan itu, pada akhirnya yang paling
menentukan adalah faktor intern dari materi itu sendiri.
6. Materi, Ruang dan Waktu
Materi, Ruang dan Waktu adalah merupakan hal yang selalu saling
hubungan dan tidak terpisahkan. Materi selalu berada dalam ruang dan berkembang
menurut waktu. Tidak ada materi tanpa atau berada di luar ruang, juga tidak ada
materi berkembang tanpa waktu. Materi di dalam ruang, menyebabkan materi
mempunyai saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Sedang materi di
dalam waktu, membuat materi itu bisa menjadi berkembang.
Ruang adalah sesuatu yang mempunyai luas dan isi materi. Tidak
ada ruang yang kosong tanpa materi, dan ruang mempunyai hubungan antara yang
satu dengan yang lain. Ada-pun sifat hubungan itu adalah horisontal atau
mendatar. Karena itu ruang dapat dicapai secara berulang dan lebih dari satu
kali. Ruang menempatkan materi yang ada di dalamnya untuk ber-kembang sesuai
dengan luas ruang itu.
Waktu adalah detik-detik yang terus bersambung tanpa ada
berhentinya. Detik-detik yang terus bersambung itu, hubungannya adalah bersifat
vertikal atau bersusun. Karena itu detik-detik atau waktu tidak bisa dicapai
secara berulang-ulang lebih dari satu kali. Sebab waktu terus berjalan maju,
terus berlalu tanpa berhenti dan tidak kembalai pada detik-detik yang telah
lewat. Maka, waktu menempatkan materi untuk berkembang mengikuti jalannya waktu
yang terus maju. Waktu terus-menerus mendorong materi untuk berkembang lebih
maju secara historis, bersusun tingkat demi tingkat, fase demi fase dalam
proses yang terus berlangsung.
Demikian materi, ruang dan waktu mempunyai saling hubungan yang
erat dan konden, yang sama sekali tidak terpisahkan antara yang satu dengan
yang lain. Materi berada dan berkembang dalam ruang dan waktu. Materi
berkembang dalam ukuran luas ruang dan maju menurut tingkatan waktu.
7. Saling Hubungan
Saling hubungan ini dalam arti hubungan yang konkrit dan
mempunyai saling pengaruh antara materi yang satu dengan yang lain. Hubungan
yang wajar, bukan hubungan yang abstrak dan diada-adakan atau direka-reka.
Saling hubungan yang demikian itu ada empat macam, yaitu saling hubungan
organik, saling hubungan menentukan, saling hubungan pokok, serta saling
hubungan keharusan dan kebetulan.
a. Saling hubungan organik:
Saling hubungan
organik adalah saling hubungan yang mempunyai saling pengaruh antara yang satu
dengan yang lain. Saling hubungan dalam rangka kesatuan organik. Saling
hu-bungan yang tersusun dan saling terikat.
b. Saling hubungan yang menentukan:
Saling hubungan
yang menentukan adalah saling hubungan yang hakiki, yang menen-tukan adanya
sesuatu, atau saling hubungan hakekat dari adanya sesuatu dan yang juga
meru-pakan hakekat sesuatu itu sendiri.
c. Saling hubungan pokok:
Saling hubungan
pokok adalah saling hubungan yang menjadi poros dan memimpin semua saling
hubungan yang lain, atau saling hubungan yang paling mempengaruhi saling
hu-bungan-saling hubungan yang lain, dan juga paling mempengaruhi perkembangan
sesuatu yang mengandungnya.
d. Saling hubungan keharusan dan kebetulan :
Saling hubungan
keharusan adalah saling hubungan yang pasti dan harus terjadi atau harus ada,
atau saling hubungan yang tidak bisa ditiadakan dan tidak bisa dihindari.
Adapun sa-ling hubungan kebetulan adalah saling hubungan yang tidak tentu
terjadi didalam saling hu-bungan yang organis. Tapi bila saling hubungan itu terjadi,
akan mempunyai pengaruh terhadap saling hubungan yang organis itu.
BAB III
DIALEKTIKA MATERIALIS
Inti dari
permasalahan dialektika adalah masalah saling hubungan dari segala sesuatu,
serta masalah gerak atau masalah perubahan dan perkembangan segala sesuatu itu.
Dalam ma-salah gerak, Dialektika Materialis mempersoalkan dan mempunyai tiga
asas gerak, yaitu: Kontra-diksi, Perubahan Kuantitatif ke Kualitatif, dan Negasi dari Negasi.
1. Kontradiksi :
a. Arti dan peranan kontradiksi
Kontradiksi
adalah pertentangan atau perbedaan. Kontradiksi ini mempunyai sifat umum dan
khusus, atau mempunyai sifat keumuman dan kekhususan.
- Keumuman kontradiksi :
Kontradiksi itu
ada dimana-mana dan dalam seluruh waktu. Terdapat di segala sesuatu, di mana
pun dan kapan pun selalu dan pasti mengandung kontradiksi. Kontradiksi
itu terjadi dan berlangsung terus menerus melalui proses awal dan akhir.
Artinya, kontradiksi itu pasti mempu-nyai
awal dan juga mempunyai akhir. Ada awal kontradiksi dan ada akhir kontradiksi.
Dan sesudah kontradiksi itu berakhir, pasti disusul atau timbul lagi
kontradiksi baru yang juga mempunyai awal dan kemudian juga akan berakhir pula.
Begitu terus menerus, kontradiksi itu tidak akan ada
putus-putusnya. Berakhir yang satu, berawal yang baru. Selesai yang satu,
timbul yang baru.
- Kekhususan kontradiksi :
Kontradiksi itu
berbeda-beda menurut adanya didalam sesuatu hal yang berbeda-beda pula.
Artinya, karena hal yang satu berbeda dengan hal yang lain,maka hal yang ada
atau yang dikandung didalam dalam hal yang berbeda itu, juga berbeda.
Kontradiksi itu tidak hanya berbeda menurut halnya yang berbeda,
tetapi juga berbeda-beda menurut tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal
itu. Artinya karena tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal itu
berbeda-beda, maka kontradiksi yang berlangsung pada tingkat perkembangan
tertentu, juga berbeda dengan kontradiksi pada tingkat perkembangannya yang
lain.
b. Macam Kontradiksi
Kontradiksi yang ada di dalam sesuatu itu tidak hanya satu,
tetapi lebih dari satu atau banyak. Dan kontradiksi yang banyak itu tidak semua
sama kedudukannya, juga tidak semua sama pe-ranannya, sifatnya dan wataknya.
Ada tiga macam
kontradiksi, yaitu: Kontradiksi pokok,
Kontradiksi dasar, dan Kontradiksi antagonis.
- Kontradiksi pokok:
Kontradiksi
pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan menentu-kan
adanya kontradiksi-kontradiksi yang lain yang tidak pokok. Kontradiksi pokok
itu di dalam pe-nyelesaiannya harus diutamakan. Sedangkan kontradiksi tidak
pokok adalah kontradiksi yang muncul ditentukan oleh kontradiksi pokok, dan
perkembangannya dipimpin dan tunduk kepada kontradiksi pokok itu.
- Kontradiksi dasar:
Kontradiksi
dasar adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara
yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan (baca: tidak bisa
didamaikan). Kontradiksi dasar juga merupakan kontradiksi yang menentukan
adanya sesuatu dan menentu-kan bentuk dari sesuatu itu.
- Kontradiksi antagonis:
Kontradiksi antagonis mempunyai dua pengertian, yaitu antagonis
dalam artian wataknya atau disebut dengan kontradiksi yang berwatak antagonis
dan antagonis dalam artian bentuknya atau disebut dengan kontradiksi yang
berbentuk antagonis..
Kontradiksi antagonis dalam artian wataknya atau kontradiksi yang
berwatak antagonis adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu
dengan yang lain dan tidak bisa didamaikan, serta mengandung saling menghancurkan
dengan unsur-unsur kekerasan dalam penyelesaiannya.
Kontradiksi antagonis dalam artian bentuknya atau kontradiksi
yang berbentuk antagonis adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil
bentuk kekerasan, walau watak kontra-diksinya sendiri tidak antagonistis.
Ketiga macam kontradiksi itu mempunyai saling hubungan, meskipun
tidak tentu satu kontradiksi mengandung ketiga macam kontradiksi itu sekaligus.
Artinya, kontradiksi pokok tidak tentu kontradiksi dasar, dan juga tidak tentu
kontradiksi yang berwatak antagonis. Akan tetapi, kontradiksi dasar, salah satu
tentu menduduki dan menjadi sebagai kontradiksi pokoknya. Kontradiksi dasar itu
sendiri tidak tentu kontradiksi yang antagonis, baik antagonis dalam artian
wataknya maupun antagonis dalam artian bentuknya. Sedang kontradiksi yang
antagonis dalam artian wataknya yang antagonis, tentu saja mengandung
kontradiksi dasar. Dan kontradiksi yang berwatak antagonis itu tentu menduduki
serta menjadi sebagai kontradiksi pokok.
c. Segi-segi kontradiksi
Setiap
kontradiksi di dalam sesuatu hal, tentu mengandung segi-segi yang
berkontra-diksi, atau di dalam setiap hal tentu mengandung segi-segi yang
berkontradiksi.
Hakekat dari hukum kontradiksi adalah hukum persatuan dan
perjuangan dari segi-segi yang bertentangan, dan hakekat dari belajar tentang
dialektika adalah belajar tentang hukum kontradiksi tersebut.
Segi-segi yang berkontradiksi selalu mempunyai kedudukan dan
peranan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, yaitu sbb:
- Segi pokok dan segi
tidak pokok
Segi pokok
adalah segi yang memimpin segi yang lain yang tidak pokok. Segi tidak pokok
tunduk kepada segi pokok. Sebab, segi pokok merupakan segi yang menuntut bahwa
permasalahannya segera untuk diselesaikan atau dipenuhi, dan merupakan segi
yang membawa arah jalannya segi yang lain yang tidak pokok.
- Segi berdominasi dan
segi tidak berdominasi
Segi berdominasi
adalah segi yang menentukan kualitas sesuatu. Di dalam masyarakat, segi yang
berdominasi berarti segi yang berkuasa, dan juga berarti segi yang menentukan
kualitas masyarakat itu. Sedangkan segi yang tidak berdominasi adalah segi yang
tidak menentukan kualitas. Di dalam masyarakat, segi yang tidak berdominasi
berarti segi yang tidak berkuasa atau segi yang dikuasai.
- Segi berhari depan dan
segi tidak berhari depan
Segi berhari
depan adalah segi yang akan atau yang sedang berkembang, segi yang masih akan
terus ada atau akan terus hidup di dalam perubahan atau di dalam tingkat
perkem-bangan kualitas yang baru dan kelanjutannya. Sedangkan segi tidak
berhari depan adalah segi yang akan layu atau yang sedang melayu, segi yang
adanya atau hidupnya hanya terbatas di dalam kualitas yang lama dan tidak akan
ada lagi di dalam perubahan atau di dalam tingkat per-kembangan kualitas yang
baru atau kelanjutannya.
- Segi berhegemoni dan
segi tidak berhegemoni
Segi berhegemoni
adalah segi di dalam gejala sosial atau di dalam masyarakat. Segi berhegemoni
hanya di dalam kategori revolusi. Dalam hal revolusi itu, segi berhegemoni
adalah segi yang memimpin, segi yang membawa dan menentukan arah perkembangan
revolusi.
Segi berhegemoni mempunyai syarat dan menampakkan ciri-cirinya,
yaitu sbb:
- Mempunyai program perjuangan kelas yang
bisa diterima oleh seluruh nasion atau diterima
secara nasional.
- Menjadi teladan di dalam melaksanakan
program-program perjuangan
kelas-nya yang sudah
diterima secara nasional
oleh seluruh nasion itu.
- Mempunyai kekuatan yang cukup untuk melaksanakan
kepemimpinannya.
- Mampu menggalang persatuan dan kekuatan nasional (front atau
aliansi).
Keempat macam
kedudukan dan peranan segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat sa-ling
hubungan, tapi tidak berarti bahwa satu segi kontradiksi tentu menempati atau
mempunyai tempat kedudukan dan peranan itu secara sekaligus. Sebagaimana halnya
segi pokok tidak tentu secara sekaligus sebagai segi yang berdominasi maupun
segi yang berhari-depan. Di dalam
kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi pokok pada hakekatnya
adalah segi yang ber-hegemoni.
Segi berdominasi
tidak tentu segi pokok dan juga tidak tentu segi berhari-depan. Di dalam
kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berdominasi tidak tentu
segi yang ber-hegemoni.
Segi berhari-depan tidak tentu segi pokok, dan juga tidak tentu
segi berdominasi. Di da-lam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi
berhari-depan tidak tentu segi berhe-gemoni. Tapi segi berhari-depan itu pada
tingkat menjelang perubahan kualitas lama ke kualitas baru, pasti menduduki
atau menjadi segi pokok. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala
sosial, segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang kemenangan revolusi dalam
proses peruba-han masyarakat lama ke masyarakat baru, pasti menduduki atau
menjadi segi berdominasi. Dan di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala
sosial, segi berhari-depan di dalam masyarakat baru pasti menduduki atau
menjadi segi yang berkuasa.
Segi berhegemoni pasti segi pokok. Tapi segi berhegemoni tidak
tentu segi berhari-de-pan dan juga tidak tentu segi berdominasi atau segi yang
berkuasa. Hanya pada tingkat menje-lang kepastian kemenangan revolusi, dalam
proses perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, segi yang berhegemoni
pasti juga sebagai segi berdominasi atau segi yang berkuasa.
d. Hukum Mutasi
Hukum mutasi
atau hukum perpindahan adalah suatu hukum yang berlaku di dalam pro-ses
kontradiksi. Artinya, kedudukan dan peranan satu kontradiksi atau segi
kontradiksi bisa ber-mutasi. Kontradiksi pokok bisa berubah menjadi kontradiksi
tidak pokok. Sebaliknya, kontradiksi tidak pokok bisa berubah menjadi kontradiksi
pokok. Kontradiksi berbentuk antagonis bisa beru-bah menjadi kontradiksi tidak
berbentuk antagonis, sebaliknya kontradiksi tidak berbentuk anta-gonis bisa
berubah menjadi kontradiksi berbentuk antagonis.
Tetapi, hukum mutasi itu tidak berlangsung pada kontradiksi dasar
dan pada kontradiksi yang berwatak antagonis. Artinya, kontradiksi dasar dan
kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap atau tidak akan berubah.
Kontradiksi dasar akan tetap sebagai kontradiksi dasar, dan tidak akan berubah
menjadi kontradiksi tidak dasar. Sebaliknya, kontradiksi tidak dasar juga akan
tetap dan tidak akan berubah menjadi sebagai kontradiksi dasar. Selanjutnya,
kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap, tidak akan berubah menjadi
kontradiksi yang tidak berwatak antagonis. Begitu sebalinya, kontradiksi yang
tidak berwatak antagonis juga akan tetap tidak ber-ubah menjadi kontradiksi
berwatak antagonis. Kedua kontradiksi itu, yaitu kontradiksi dasar dan
kontradiksi berwatak antagonis yang akan tetap pada kedudukannya, tidak akan
berubah, namun dalam proses perkembangan akhirnya tentu akan hancur salah
satunya. Kehancuran itu terjadi pada menjelang dan menyebabkan berubahnya suatu
kualitas atau masyarakat, serta berarti tim-bulnya kualitas baru atau lahirnya
masyarakat baru.
Hukum mutasi itu juga berjalan pada segi-segi yang
berkontradiksi, yaitu segi pokok bisa berubah menjadi segi tidak pokok.
Sebaliknya, segi tidak pokok bisa berubah menjadi segi po-kok. Segi berdominasi
bisa berubah menjadi segi tidak berdominasi. Sebaliknya, segi yang tidak
berdominasi bisa berubah menjadi segi yang berdominasi. Di dalam masyarakat,
segi yang ber-kuasa bisa berubah menjadi segi yang tidak berkuasa. Sebaliknya,
segi yang tidak berkuasa bisa berubah menjadi segi yang berkuasa. Segi
berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang tidak berhegemoni. Sebaliknya, segi
yang tidak berhegemoni bisa berubah menjadi segi yang ber-hegemoni.
Tetapi hukum mutasi tidak akan berlangsung pada segi
berhari-depan. Segi berhari-de-pan akan tetap sebagai segi berhari-depan, tidak
akan mengalami perpindahan atau akan beru-bah menjadi segi tidak berhari-depan
selama dalam periode kualitas lama atau dalam periode masyarakat lama. Walau
mungkin, sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, segi berhari-depan
dari kualitas lama atau masyarakat lama itu bisa bermutasi atau berubah menjadi
segi tidak berhari-depan. Tetapi, mutasi atau perubahan itu baru terjadi
sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, dan tidak akan terjadi
selama dalam satu periode kualitas lama atau masyarakat lama.
2. Perubahan Kuantitatif ke Perubahan Kualitatif:
a. Arti kuantitas dan kualitas
Kuantitas adalah jumlah. Jumlah dalam artian luas yang meliputi
bilangan, susunan, sa-ling hubungan dan komposisi. Kuantitas menentukan
kualitas sesuatu. Sedangkan kualitas ada-lah hakekat sesuatu, yang membedakan
sesuatu itu dari yang lain.
b. Perubahan kuantitas ke perubahan kualitas
Perubahan kuantitas adalah perubahan yang masih dalam kualitas
lama atau masih dalam bentuknya yang lama, perubahan yang bersifat kuantitatif,
perubahan evolusioner yang menyiapkan dan menuju ke arah perubahan kualitatif.
Perubahan kuantitas itu akan mencapai perubahan kualitas hanya
sesudah mencapai titik batas tertentu, yaitu titik batas tertinggi atau
terendah, atau titik batas maksimum atau mini-mum dari syarat bagi berubahnya
suatu kualitas. Perubahan kuantitas semata-mata yang tidak sampai mencapai
titik batas, tidak akan merubah kualitas lama dan kurang ada artinya bagi suatu
perkembangan. Adapun perubahan kualitas adalah perubahan kuantitas dan
menghancurkan kualitas lama.
Perubahan kualitas itu merupakan dan melalui proses loncatan dari
kualitas lama ke kua-litas baru. Perubahan kualitas itu tentu melalui proses
perubahan kuantitas. Tanpa adanya peru-bahan kuantitas lebih dahulu tentu saja
tidak akan ada dan tidak akan terjadi perubahan kualitas. Selanjutnya, kualitas
baru yang mengakhiri perubahan-perubahan kuantitas lama itu menimbul-kan lagi
kuantitas-kuantitas baru. Dan perubahan kuantitas-kuantitas baru itu juga
menyiapkan lagi perubahan kualitas baru. Begitu seterusnya.
Perubahan kuantitas dan kualitas selalu saling hubungan sangat
erat yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lain, karena
kedua-duanya saling jalin menjalin.
3. Negasi dari negasi:
Negasi berarti tiada atau meniadakan. Negasi dari negasi berarti
proses meniadakan yang meni-adakan. Hukum negasi dari negasi adalah hukum arah
gerak atau arah perubahan dan perkem-bangan sesuatu. Hukum itu adalah, bahwa
gerak atau perubahan dan perkembangan segala se-suatu, arahnya tentu menuju
ke-bentuk-nya yang "lama" atau ke-asal-nya semula, tetapi dengan isi
atau dengan kualitasnya yang baru. Selama gerak atau perubahan dan perkembangan
sesu-atu itu belum sampai mencapai bentuknya yang "lama" atau belum
"kembali ke asalnya semula", maka berarti gerak atau perubahan dan
perkembangan itu masih dalam proses perjalanannya.
Hukum negasi dari negasi adalah hukum, bahwa gerak atau perubahan
dan perkem-bangan segala sesuatu tentu akan menegasi yang menegasi atau akan
meniadakan yang menia-dakan. Bahwa yang menegasi tentu akan dinegasi atau yang
meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi atau yang
meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum dinegasi atau yang
meniadakan belum ditiadakan, maka berarti gerak atau perubahan dan perkembangan
sesuatu itu masih belum selesai, belum berakhir, dan masih da-lam proses
perjalanan. Gerak atau perubahan dan perkembangan sesuatu itu baru akan "sele-sai"
atau akan "berakhir" hanya apabila yang menegasi sudah dinegasi, atau
yang meniadakan sudah ditiadakan. Dengan begitu berarti gerak atau perubahan
dan perkembangan itu sudah sampai "kembali" pada bentukya yang "lama"
atau pada "asalnya semula".
Titik mula proses dari suatu gerak atau perubahan dan
perkembangan dimulai dari bentuk dan isinya yang asal itu dinegasi atau
ditiadakan oleh bentuk dan isi yang baru. Dari dinegasi atau ditiadakannya
bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru, mulailah suatu gerak
spiral yang menuju ke arah "kembali" ke bentuk dan isinya yang asal.
Dan itu yang dinyatakan bahwa selama gerak atau perubahan dan perkembangan itu
belum sampai "kembali" pada bentuk dan isinya yang "asal",
maka berarti bahwa gerak atau perubahan dan perkem-bangan itu masih belum
berakhir, belum selesai dan masih dalam perjalanannya.
Negasi atau
peniadaan bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru itu meru-pakan
negasi atau peniadaan yang pertama dalam suatu proses gerak spiral. kemudian
bentuk dan isi yang baru, yang telah menegasi atau telah meniadakan bentuk dan
isi yang asal itu, pada akhirnya tentu akan dinegasi atau akan ditiadakan juga
oleh bentuk dan isi yang "lama yang asal" tapi dalam kwalitetnya yang
baru, yang maju. Negasi atau peniadaan itu, yaitu negasi atau penia-daan oleh bentuk dan isi yang "asal "
terhadap bentuk dan isi yang telah pernah menegasi atau meniadakannya itu,
adalah merupakan negasi atau peniadaan yang kedua dalam suatu proses gerak
spiral.
Berlangsungnya
suatu negasi atau peniadaan yang pertama,
kemudian diakhiri oleh ne-gasi atau peniadan yang kedua itu yang disebut
sebagai hukum negasi dari negasi atau hukum meniadakan yang meniadakan.
Berdasarkan hukum itu, maka yang menegasi tentu akan dine-gasi atau yang
meniadakan tentu akan ditiadakan, dan "kembali"-lah gerak atau
perubahan dan perkembangan sesuatu kepada bentuk dan isinya yang
"lama" atau yang "asal" tapi dalam kuali-tasnya yang baru,
yang lebih tinggi dan lebih maju dari yang awal mulanya.
Demikian hukum arah gerak atau arah perubahan dan perkembangan
secara spiral dari segala sesuatu.
BAB IV
EPISTEMOLOGI MATERIALIS
Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan, yakni tentang asal
dan lahirnya pengetahuan serta peranan dan perkembangan pengetahuan.
1. Asal dan Lahirnya Pengetahuan
a. Asal Pengetahuan:
Pengetahuan
adalah berasal dari praktek, baik praktek langsung maupun praktek tidak langsung. Praktek
langsung adalah praktek atau pengalaman sendiri. sedangkan praktek tidak
langsung adalah praktek atau pengalaman orang lain. Praktek langsung
menimbulkan pengeta-huan langsung, sedang praktek tidak langsung, menimbulkan
pengetahuan yang tidak langsung. Dengan begitu, baik pengetahuan langsung
maupun pengetahuan tidak langsung kedua-duanya berasal dari praktek.
Dari kedua pengetahuan itu, pengetahuan langsung lebih penting
dari pengetahuan tidak langsung. Maka, praktek atau pengalaman langsung juga
lebih penting dari pada ptraktek atau pengalaman tidak langsung.
Pengetahuan langsung itu bersifat terbatas katrena praktek
langsung atau pengalaman sendiri juga terbatas. Sebaliknya, pengetahuan tidak
langsung bersifat luas karena praktek tidak langsung atau pengalaman orang lain
luas.
b. Lahirnya Pengetahuan:
Pengetahuan
lahir melalui dua tingkat, yakni tingkat sensasi dan rasio. Pengetahuan tingkat
sensasi atau sensasional adalah pengetahuan yang langsung yang ditangkap secara
apa adanya dari praktek. Pengetahuan sensional bersifat kuantitatif dan
sepotong-potong serta me-nyiapkan pengetahuan rasional. Karena itu, pengetahuan
sensasional akan menjadi kurang ada gunanya bagi ilmu pengetahuan atau tidak
bisa menjadi ilmu pengetahuan bila tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan
rasional. Pengetahuan sensasional yang tidak ditingkatkan menjadi pe-ngetahuan
yang tidak rasional hanya akan menjadi pengetahuan biasa, pengetahuan tingkat
rendah yang sederhana yang bersifat kuantitatif (kennis).
Adapun pengetahuan rasional adalah pengetahuan hasil penangkapan,
hasil penelitian dan penangkapan, serta merupakan penyimpulan dari pengetahuan
sensasional Dengan begitu, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak
langsung dari praktek, pengetahuan tingkat kedua sebagai peningkatan dan
kelanjutan dari pengetahuan sensasional. Pengetahuan rasional bersifat luas dan
kualitatif. Lengkap, tidak sepotong-potong. Bersifat kombinatif dan kon-klusif
dari sejumlah pengetahuan sensasional yang sepotong-potong. Pengetahuan
rasional me-rupakan perubahan kualitatif dari pengetahuan sensasional dan
menjadi ilmu pengetahuan (wetenschap).
Tentang
pengetahuan sensional dan pengetahuan rasional itu ada pandangan yang ekstrim
dan salah dari kaum sensasionalis dan kaum rasionalis. Kaum sensasionalis meman-dang
pengetahuan sensasional itu sebagai pengetahuan obyektif dan benar karena
pengetahuan sensasional adalah pengetahuan yang
lansung berasal dari praktek. Dengan begitu, pandangan kaum
sensasionalis adalah pandangan yang sepotong-potong. Kaum sensasionalis tidak
me-mandang sifat-sifat yang sempit, terbatas dan sepotong-potong dari
pengetahuan sensasional. Mereka seperti tidak memandang bahwa segala sesuatu
itu tidak hanya terdiri dari yang sepotong. Karena itu keobyektifan dan
kebenaran sesuatu tidak bisa dipandang dari hanya sepotong itu. Sesuai dengan
pandangannya, kaum sensasionalis memandang pengetahuan rasional sebagai
pengetahuan yang tidak obyektif dan tidak benar, atau diragukan keobyektifan
dan kebenarannya karena pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak
langsung berasal dari praktek. Dan karena rasio itu bisa salah salah dalam
menyimpulkan, maka penge-tahuan rasional sebagai pengetahuan hasil penyimpulan
itu pun bisa salah.*
0 comments:
Post a Comment