Ilmu Makin Banyak Dimiliki Makin Menarik Untuk Dicari
Ilmu memang harus dicari dengan susah payah, tak
kenal lelah, bahkan menuntut banyak pengorbanan. Tapi, buah yang bakal diraih
adalah kenikmatan tiada tara. Jerih payah dalam menuntut ilmu Muhammad bin thahir
al maqdisy mengkisahkan suka dukanya tatkala mencari ilmu, ‘’aku telah kencing darah ketika menuntut
ilmu sebanyak dua kali, hal ini disebabkan karena aku terus berjalan kaki
diterik matahari yang menyengat, dan aku tidak pernah mengendarai kendaran
dalam menuntut ilmu kecuali hanya sekali saja, aku bawa buku diatas punggungku
sampai aku tiba dinegri yang kutuju. Dan selama dalam perantauan aku mencukupi
kebutuhan hidupku dengan apa yang allah berikan kepadaku, tanpa meminta minta.
Jauhnya perjalanan dan kondisi keterbatasan dalam
mencari ilmu dialami pula oleh abu dzakariya at tibrizy. Beliau memasukan kitab
kedalam keranjang, lalu memanggulnya dari kota tibriz hingga kota al ma'arah.
Beliau menempuhnya dengan berjalan kaki karena tak memiliki harta untuk menyewa
kendaraan. Kertinggatnya bercucuran dari punggung hingga membasahi kitab yang
dibawanya. Orang yang melihatnya, mengira kitab yang dibawanya baru saja
tenggelam dalam air karena basah.
Lain lagi dengan imam al bukhari, tidak saja menempun perjalanan
jauh, tapi juga banyak mengggorbankan waktu tidurnya untuk mencari ilmu dan
belajar. Ibnu katsir menceritakan, ''al bukhari pernah bangun dari tidur pada
suatu malam kemudian ia menyalahkan lampu dan menulis ilmu yang terlintas
dibenaknya kemudian mematikan lampu itu. Lalu ia bangun lagi dan begitu
seterusnya hingga sampai kurang lebih 20 kali.
Jerih payah yang mereka lakukan akhirnya membuahkan hasil. Allah megangkat
derajat mereka, dan menganugrahkan kepada mereka kelezatan dalam belajar, dan
kenikmatan menjadi orang alim. Kenikmatan yang seandainya para raja tahu dan
mampu, tentu mereka akan merebutnya dengan pedang pedang mereka. Itulah
kenikmatan yang tak pernah akan diraih oleh orang yang pernah merasakan pahit
getir mencari ilmu. Imam as syafi'i rhm berkata,
من لم يذق ذل التعلم ساعة نجرع ذل الجهل طول حباته
''barangsiapa yang belum pernah
merasakan suatau saat kesusahan dalam mencari ilmu, maka ia akan mengenyam
pahitnya kebodohan selama hidupnya.''
Maka jangan berharap menjadi orang besar, menjadi ulama atau pemimpin yang
handal, jika belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu.
Tak Ada Kata Jemu Bagi Penuntut Ilmu
Penuntutu ilmu sejati, takkan pernah jemu. Bila semula belajar menjadi
beban, akhirnya ilmu menjelma menjadi sebuah kenikmatan. Semakin banyak dicari,
semakin banyak dimiliki, pesona ilmu akan menarik hati untuk dicari. Tak ada
ceritanya, orang yang berilmu bosan dan merasa cukup untuk belajar. Jika
ternyata ada orang yang merasa puas dengan ilmu yang dimiliki, berarti dia orang
yang bodoh, belum masuk dalam kriteria penuntut ilmu. Abdullah bin mas'ud
berkata:''ada dua golongan yang tidak akan pernah merasa puas, penuntut ilmu
dan pemburu dunia. Keduanya tidak sama. Adapun penuntut ikmu semakin
mendatangkan ridha allah, sedangkan pemburu dunia semakin membuat dirinya
melampui batas.''
Alangkah tepat yang beliau katakan. Tingginya ilmu, banyaknya santri dan
tingginya kedudukan tidak membuat para ulama ingin rehat dari thalabul ilmi.
Seperti yang dilakukan oleh ali bin al husain. Ketika beliau memasuki masjid
untuk mengadiri majlis ilmu zaid bin aslam, naïf bin zubair berkata, ''semoga
allah swt memaafkan anda, anda seorang sayid dari kebanyakan manusia, tetapi
anda masih berusaha susah menghadiri majlis ilmu hanya seorang hamba sahaya.
''beliau menjawab, ilmi itu dibutuhkan, didatangi dan dicari dimanapun ia
berada.''
Sakit Dan Tua Tetap Berhasrat
Rasa sakitpun tak kuat untuk membendung rasa ingin tahu para ulama,
walaupun sakit parah yang mengantarkan kepada kematian. Ketika ibnu jarir sakit
menjelang wafatnya, ja'far bin muhammad memanjatkan do'anya untuknya. Ibnu
jarir kemudian meminta tempat tinta dan selembar kertas untuk menulis do'a itu.
Orang orangpun bertanya heran, ''dalam keadaan seperti ini? ''beliau menjawab,
''sudah selayaknya, seseorang untuk tidak berhenti menuntut ilmu, hingga
menjelang kematiannya.'' Belum lagi tamu itu keluar,beliau sudah menghembuskan
nafas terakhirnya, semoga allah merohmatinya.
Usia tua juga tidak berpengaruh apa apa, selain bertambahnya semangat dan
gairah para ulama untuk belajar. Abul wafa ali bin abu aqil menceritakan
tentang dirinya, ''sesungguhnya aku tidak akan pernah membiarkan diriku
membuang waktu walaupun meski hanya sesaat saja dalam hidupku. Sampai sampai
apabila lidahaku berhenti berdzikir atau berdiskusi, pandangan mataku juga
berhenti membaca, segera aku mengaktifkan fikiranku kala beristirahat sambil
berbaring. Ketika aku bangkit, pasti sudah terlintas sesuatu yang akan kutulis.
Dan ternyata aku mendapati hasratku untuk belajar pada umur 80an tahun, lebih
besar hasrat belajarku pada umur dua puluh tahun.'' Subhanallah, dimanakah
orang orang yang mengikuti jejak beliau.
Orang orang juga heran dengan perihal imam ahmad bin hambal. Makin senja
usia, makin akrab dengan kertas dan tinta, makin tinggi ilmunya, makin lengket
dengan ilmu. Hingga orang orangpun bertanya, ''sampai kapan anda berhenti dari
mencari ilmu, padahal anda sekarang sudah mencapai kedudukan yang tinggi dan
telah pula menjadi imam bagi kaum muslimin?'' maka beliau menjawab, bersama
tinta hitam hingga masuk keliang lahat.
Jika anda penuntut ilmu sejati seperti mereka, tak ada kata jemu, bosan,
atau merasa cukup dalam belajar. Ya allah ajarkanlah apa apa yang bermanfaat
bagi kami, dan berikanlah manfaat atas apa apa yang telah engkau ajarkan kepada
kami. Amien.
0 comments:
Post a Comment