Hakekat Tangan Allah (2/3)
oleh: Ahmas Faiz Asifudin
Syubhat selanjutnya seputar hakekat tangan Allah pada ayat-ayat di dalam Al-Qur'an adalah pada surat Al-Fath ayat 10. yakni mengenai baiat. Allah berfirman "... Tangan Allah berada di atas tangan mereka." Lalu bagaimana seorang muslim memahami ayat ini dengan benar? Apakah harus ditakwil arti "tangan" pada ayat tersebut? Selamatkan pemahaman anda dengan membaca bahasan berikut ini.
Syubhat Makna Al-Fath: 10
Contoh syubhat berikutnya: Tentang firman Allah :
Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia (berbaiat) kepada kamu. Sesungguhnya mereka berjanji setia (berbaiat) kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. (Al-Fath: 10)
Jawaban terhadap syubhat mengenai ayat ini 6 ialah bahwa ayat ini terdiri dari dua penggal.
1. Penggal pertama, firman Allah :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia (berbaiat) kepada kamu; sesungguhnya mereka berjanji setia (berbaiat) kepada Allah. (al-Fath: 10)
Para Salaf - Ahlu Sunnah - telah mengambil dhahir dan hakikat ayat ini. Ayat yang jelas menerangkan bahwa para Sahabat telah berjanji setia (berbaiat) kepada diri pribadi Rasulullah, sebagaimana dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin, ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon. (al-Fath: 18)
Tidak mungkin ada seorang manusia yang memahami firman Allah :
Sesungguhnya mereka-berjanji setia (berbaiat) kepada Allah. (al-Fath: 10)
bahwa maksudnya adalah mereka berbaiat (berjanji setia) kepada Dzat Allah sendiri. Tidak pula akan ada yang beranggapan bahwa makna seperti ini adalah dhahirnya ayat. Sebab hal itu bertentangan dengan permulaan ayat dan dengan kenyataan. Juga mustahil hal itu terjadi terhadap Allah.
Namun mengapa Allah menjadikan janji setia kepada Rasul merupakan janji setia kepada Allah? Tidak lain karena Rasulullah membaiat para Sahabatnya untuk berjihad di jalan Allah.
Berjanji setia kepada Rasul untuk berjihad di jalan Allah yang telah mengutusnya, adalah berarti berjanji setia kepada Allah yang mengutusnya; sebab Rasul adalah pembawa (yang menyampaikan) risalah Allah.
Sama halnya taat kepada Rasul adalah Juga taat kepada yang telah mengutusnya, sebagaimana firman Allah:
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. (an-Nisaa': 80)
Dalam janji setia mereka kepada rasul yang dinisbatkan sebagai janji setia mereka kepada Allah, tidak lain merupakan penghormatan dan dukungan Allah kepada Rasul-Nya. Juga terdapat penguat akan arti penting dan agungnya baiat (sumpah setia) ini; serta terangkatnya kedudukan orang-orang yang berjanji setia tersebut. Suatu hal yang jelas dan tidak tersembunyi atau tersamar bagi siapapun.
2. Selanjutnya mengenai penggal kedua firman Allah :
... Tangan Allah di atas tangan mereka. (al-Fath: 10)
Pengertian inipun menurut dhahir dan hakikatnya. Karena tangan Allah sebenarnya di atas tangan orang-orang yang berjanji setia. Tangan Allah adalah termasuk sifat-Nya; sedangkan Dia berada di atas mereka; bersemayam di atas Arsy. Maka tangan-Nya pun berada di atas tangan mereka itu. Inilah pengertian dhahir dan hakiki.
Itulah yang dimaksud untuk memperkuat bahwa berjanji setia (berbaiat) kepada Nabi, berarti berbaiat kepada Allah. Ini tidak berarti bahwa tangan Allah bersingunggan langsung dengan tangan mereka.
Perhatikanlah misalnya perkataan "langit di atas kita". Padahal langit itu terpisah jauh di atas kita. Dengan demikian ketika dikatakan tangan Allah di atas tangan mereka yang berbaiat kepada Rasul, tetap saja tangan-Nya terpisah dengan para makhluk-Nya dan berada di atas mereka.
Tidak mungkin diperbolehkan ada seseorang memahami bahwa maksud firman Allah: (yadullooha fawqo aydiihim) yaitu "tangan Allah di atas tangan mereka" adalah tangan Nabi atau memahami bahwa hal itu adalah menurut dhahirnya. Sebab Allah menisbatkan tangan ini kepada diri-Nya dan menyatakan bahwa tangan-Nya di atas tangan mereka.
Sedangkan tangan Nabi, ketika beliau di baiat oleh para Sahabat, tidak berada di atas tangan mereka. Tetapi beliau ulurkan tangan beliau kepada mereka lalu beliau genggam tangan mereka, seperti berjabat tangan, jadi bukan di atasnya.
Kesimpulan
Para Sahabat berbaiat kepada Rasulullah bebarti juga berbaiat kepada Allah tetapi melalui rasul-Nya. Itu adalah pemahaman dhahir ayat tersebut.
Begitu juga tangan Allah tetap di atas tangan mereka, tetapi terpisah jauh di atas mereka. Inipun merupakan makna dhahir dari ayat.
Dengan demikian syubhat ahlu bid'ah yang menuduh ahlu sunnah telah melakukan takwil (karena dituduh meniadakan tangan Allah dengan menjadikan Nabi sebagai kiasan tangan Allah) pun terbantah.
Catatan Kaki
...6
seperti dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin; al-Qawa'id al-Mutsla halaman 77.
0 comments:
Post a Comment