Tawakkal
secara bahasa adalah berpegang dan berserah. Adapun maknanya secara istilah
adalah seperti yang dikatakan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Berpegang
hati kepada Allah SWT dengan benar, untuk menghasilkan manfaat dan menolak
bahaya, serta melakukan sebab-sebab yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk
melaksanakannya.
Tawakkal adalah salah satu ibadah hati, yang merupakan salah satu ibadah
yang agung, memiliki pengaruh besar bagi kehidupan setiap muslim, termasuk
ibadah termulia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan termasuk tingkatan
tauhid yang tertinggi. Karena seluruh perkara tidak akan didapatkan kecuali
dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan meminta pertolongan-Nya SWT. Firman
Allah SWT:
Dan bertawakallah
kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, ... (QS. 25:58)
Dan Firman-Nya dalam ayat yang lain:
Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. 65:3)
Rasulullah SAW bersabda:
Jika kalian
bertawakkal kepada Allah SWT dengan sebenarnya, niscaya Dia SWT akan memberi
rizki kepada kalian seperti yang Dia SWT berikan kepada burung, pergi di pagi
hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut kenyang. (HR: Ahmad 205,
Ibnu Hibban 2/509, Tirmizi 2344, Ibn Majah 4164).
Rasulullah SAW memberikan sifat kepada orang yang bertawakkal kepada
Allah SWT dengan dua sifat; pertama, bekerja untuk mendapatkan rizqi dan
berpegang kepada yang memberikan segala sebab. Hadits ini memberikan pengertian
yang sangat penting bagi kita semua tentang yang dimaksud dengan tawakkal.
Burung, yang disebutkan dalam hadits tersebut, ia keluar di pagi hari,
meninggalkan sarangnya untuk bekerja mencari rizqi. Ini adalah pekerjaan yang
dilakukannya, bukan berdiam diri di sarangnya menantikan datangnya rizqi.
Kemudian di sore harinya, ia kembali dengan membawa makanan untuk dirinya dan anak-anaknya
yang belum bisa terbang. Begitu juga dengan kita sebagai manusia, kita harus
bekerja untuk mendapatkan rizqi, dan hal itu adalah tawakkal yang diperintahkan
dalam agama.
Ibnul Qayyim berkata: "Tawakkal adalah separu agama dan separu yang
kedua adalah kembali (inabah). Sesungguhnya adalah meminta pertolongan
(isti'anah) dan ibadah. Tawakkal adalah meminta pertolongan, sedangkan inabah
(kembali) itulah ibadah." Beliau juga berkata: "Jikalau seorang hamba
bertawakkal kepada Allah SWT dengan sebenarnya untuk memindahkan gunung dari
tempatnya, sedangkan ia memang diperintahkan untuk memindahkan gunung tersebut,
ia pasti mampu memindahkannya.
Ketika Rasulullah SAW menyebutkan tentang 70.000 dari kaum muslimin akan
masuk surga tanpa melewati hisab (perhitungan amal) dan azab (siksaan), beliau
menyebutkan tanda-tandanya yang di antaranya adalah mereka senantiasa
bertawakkal kepada Allah SWT, termasuk di antara mereka adalah 'Ukasyah. (Lihat
Bukhari 5378, Muslim 218, IBnu Hibban 13/447).
Karena begitu pentingnya tawakkal, Allah SWT memerintahkan bertawakkal
kepada-Nya setiap waktu, di setiap tempat, dan dalam setiap keadaan:
Pertama: ketika beribadah. Firman Allah SWT:
maka sembahlah Dia,
dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan. (QS. 11:123)
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya SAW dan semua umat Islam agar
selalu beribadah dan bertawakkal. Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:
dan ikutilah apa
yang diwahyukan Rabbmu kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. 33:2)
dan bertawakkal-lah
kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. 33:3)
Maksudnya, bertawakkallah kepada Allah SWT dalam semua keadaan dan
urusanmu. Ini adalah taujih (pengarahan) kepada Rasulullah SAW agar
bertawakkal, bertaqwa, dan beribadah kepada-Nya, serta mengikuti semua yang
diwahyukan kepadanya. Ini adalah perintah kepada beliau dan kepada semua
umatnya sampai hari kiamat.
Kedua: disaat berdakwah.
Khithab (perintah) yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, juga merupakan
perintah kepada semua umatnya, kecuali ada dalil khusus yang menunjukkan
kekhususan perintah tersebut. Firman Allah SWT:
Jika mereka
berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang
memiliki 'Arsy yang agung." (QS. 9:129)
Dia-lah yang memiliki keagungan, kekuatan, dan kebesaran. Dia SWT yang
memberikan perlindungan kepada yang berlindung kepada-Nya. Menolong kepada
siapapun yang minta pertolongan kepada-Nya. Nabi Nuh AS mengatakan:
dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku jika terasa berat bagimu tinggal
(bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada
Allah-lah aku bertawakal,…. (QS. 10:71)
Dakwah yang dilakukan oleh Nuh u, merupakan sebuah contoh kesabaran
dalam berdakwah, perjalanan dakwahnya yang panjang ia mendapatkan berbagai
macam tuduhan dan ejekan dari kaumnya. Dalam menghadapai semua itu, beliau u
selalu bertawakkal kepada Allah SWT dan terus menerus dalam berdakwah.
Begitulah mestinya seorang da'i dalam berdakwah, jika tidak diterima di tengah
masyarakat, hendaklah ia bertawakkal kepada Allah SWT. Niscaya Dia SWT akan
melindunginya dari gangguan mereka dan melapangkan dadanya karena sikap orang
di sekitarnya yang berpaling darinya.
Ketiga: dalam masalah hukum dan keputusan.
Firman Allah SWT:
Tentang sesuatu
apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah.(Yang mempunyai
sifat-sifat demikian) itulah Allah Rabbku.Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan
kepada-Nyalah aku kembali. (QS. 42:10)
Ayat ini adalah hikayat sabda Rasulullah SAW kepada para sahabat yang
maksudnya adalah ; jika orang-orang kafir, baik dari kalangan ahli kitab atau
musyrikin, berbeda dengan kalian tentang masalah agama, maka katakanlah:
hukumnya harus kepada Allah SWT, bukan kepada kalian, dan Dia SWT telah
berfirman bahwa agama yang diridhai adalah Islam, bukan agama yang lain.
kemudian, ayat di atas ditutup dengan perkataan beliau; hanya kepada-Nya-lah
aku bertawakkal dan kembali. (lihat :al-Qurthubi 16/7).
Keempat: dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah SWT, firman
Allah SWT:
Dan (ingatlah),
ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan
para mu'min pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui, (QS. 3:121)
ketika dua golongan
dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi
kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu'min
bertawakkal. (QS. 3:122)
segala keperluan dalam berperang, tentu sudah dipersiapkan ketika akan
berperang. Artinya, harus ada usaha dari kita untuk mendapatkan kemenangan dalam
berperang. Walau demikian, kita tetap diperintahkan untuk bertawakkal kepada
Allah SWT, karena menang atau kalah adalah keputusan Allah SWT. Dan firman-Nya
dalam ayat yang lain:
Jika Allah
menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat
menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu Karena itu hendaknya kepada Allah
saja orang-orang mu'min bertawakkal. (QS. 3:160)
Dalam firman-Nya ini, seolah-olah Allah SWT berfirman: jika kalian
dalam keadaan lemah, maka kemenangan ada di tangan Allah SWT, oleh karena itu,
bertawakkallah kepada-Nya. Wallahu A'lam.
Abu Fatimah az-Zahra. (Buletin Jum'at
Ar-Risalah)
0 comments:
Post a Comment