Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (QS.
Al-Baqarah 186).
Berkaitan dengan doa, ternyata para ahli
tafsir hadits menjelaskan bahwa makna yang terkandung dalam kalimat fiddun-ya
hasanah (kebaikan di dunia paling tidak mengandung enam unsur, di
antaranya:
1. Al-Afiyah
2. Al-Kafaf
3.
Al-Mar’atush-shalihah
Point 1 s/d 3 ini telah dijelaskan pada edisi yang lalu
Keempat: Al-Auladul abrar
Artinya adalah anak atau keturunan yang baik dalam arti yang shaleh yang
dapat diandalkan doanya di saat orang tuanya membutuhkan doanya, yang akan
didengar dan dikabulkan oleh Allah swt lantaran keshalehannya. Rasulullah
bersabda:
“Apabila mati anak Adam (manusia) maka putuslah semua amalnya kecuali tiga
perkara: Shadaqah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang
mendoakan padanya". (Al-Hadits)
Dalam hadits di atas ada kalimat waladin shalih, yang artinya anak
shaleh, dia akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi sehingga dapat
mengikat derajat orang tuanya dengan doanya. Sebagaimana dikemukakan dalam
sebuah hadits: Abu Hurairah mengemukakan bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah benar-benar akan mengangkat (derajat) hamba yang
shaleh di dalam syurga”. Berkata seseorang “Ya Rabbi.., dari manakah
kenikmatanku ini?” Allah berfirman: “Lantaran permintaan anakmu untukmu.”
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya potensi anak yang shaleh
untuk menyelamatkan orang tuanya, yang tentunya orang tuanyapun harus mempunyai
dasar keimanan dan tauhid yang akan mempersatukan mereka, baik di dunia maupun
di akhirat kelak.
“Orang-orang
yang beriman dan diikuti oleh keturunannya dengan keimanan, maka Kami akan
pertemukan mereka dengan keturunannya.” (QS.
Ath-Thur 21)
Karena itu, pada
dasarnya kasih sayang orang tua yang hakiki adalah menanamkan akidah dalam diri
anak-anaknya, karena memang itulah yang akan dapat mempersatukan mereka baik di
dunia maupun di akhirat.
Kelima: Al-Maalush-shalih
Adalah harta yang bersih. Maksudnya ialah harta diperoleh dengan cara
halal, karena harta yang haram walaupun banyak tidak akan dapat menyelamatkan
pemiliknya, justru sebaliknya, semakin banyak harta yang haram, semakin
menjauhkan diri dari keselamatan. Rasulullah bersabda:
Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api nerakalah yang
lebih pantas baginya.
Makanan itu sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang di
dalam kehidupannya dan di akhirat nanti Allah akan bertanya kepada anak Adam
mengenai hartanya; dari mana dia mendapatkannya dan bagaimana mempergunakannya.
Keenam: Al-‘Ilmu wal Ma’rifah
Yaitu ilmu dan pengetahuan, baik pengalaman maupun kemampuan untuk
mengamalkan ilmu yang didapat agar menjadi ilmu yang bermanfaat, bukan menjadi
ilmu yang hanya sekedar pengetahuan saja. Rasulullah saw bersabda:
Siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah amalnya, maka tidaklah
pertambahannya itu selain bertambah jauh dari Allah. (Al-Hadits).
Kemudian apa yang dimaksud dengan fil akhirati hasanah?, sudah
barang tentu berbeda dengan fiddun-ya hasanah, karena keadaan alamnya
pun berbeda. Karenanya yang dimaksud fil akhirati hasanah adalah jannatun na’im
(surga yang penuh kenikmatan).
Sebenarnya fil akhirati hasanah itu tidak akan didapat jika orang tidak
memiliki fiddunya hasanah. Karena itu, fiddunya hasanah adalah sarana untuk
mencapai hasanah akhirat nanti, paling tidak harus memiliki 4 point: Al-Afiyah,
Al-Kafaf, Al-Maalush-shalih, dan Al-Ilmu wal Ma’rifah. Kemudian jika
keempat ini tidak memadai, maka sebagai penujang dan pelengkap adalah doa Al-Auladul
abrar (anak dan keturunan yang shaleh) dan doa Al-mar-atush-shalihah
(istri yang shaleh), karena doa kedua orang in akan sangat didengar oleh Allah
swt.
Kemudian doa diakhiri dengan Wa qinaa ‘adzaabannar yaitu berlindung
kepada Allah dari siksa api neraka.
Jika semua terpenuhi, maka lengkaplah semua kebutuhan hidup manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Dan untuk keenam unsur inilah yang seyogyanya manusia
minta kepada Allah dalam setiap doanya.
(H. Hasim
As’ari)
0 comments:
Post a Comment