Syi'ah
Imamiyah 12 adalah sebuah kelompok yang berpegang teguh kepada keyakinan bahwa
Ali adalah yang berhak mewarisi khilafah, dan bukan Abu Bakar, Umar atau Utsman
r.a. Mereka meyakini adanya 12 imam. Imam yang terakhir menurut mereka sedang
menghilang, masuk dalam goa di Sammara (sebuah kota
di Irak dekat sungai Tigris, arah utara dari Baghdad ).
Sejarah
Berdiri dan Tokoh-tokohnya
Dua
belas Imam yang dijadikan Imam oleh dan untuk mereka adalah sebagai berikut:
Ali bin
Abi Thalib r.a, digelari dengan "Al-Murtadha", khalifah ke empat
khulafaurrasyidin, menantu Rasulullah SAW, dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim
di Masjid Kufah pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H.
Hasan bin Ali r.a., digelari "Al-Mujtaba".
Husein bin Ali r.a., digelari "Asy-Syahid" (yang mati syahid).
Ali Zainal Abidin bin Husein (80-122 H), digelari "As-Sajjad".
Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin (wafat tahun 114 H), digelari "Baqir".
Ja'far Shodiq bin Mohammad Baqir (wafat tahun 148 H), digelari "As-Shodiq" (sejati).
Musa Kadzim bin Ja'far Shadiq (wafat tahun 183 H), digelari "Kadzim" (yang mampu menahan diri).
Ali Ridha bin Musa Kadzim (wafat tahun 203 H), digelari "Ridha".
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha (195-226 H), digelari "Taqy" (yang banyak taqwa).
Ali Hadi bin Muhammad Jawwad (212-254 H), digelari "Naqy" (suci bersih).
Hasan Askari bin Ali Hadi (232-260 H), digelari "Zaky"(yang suci).
Muhammad Mahdi bin Muhammad Al-Askari yang digelari "Imam Muntadhar" (Imam yang dinantikan).
Diyakininya bahwa Imam yang ke dua belas telah masuk ke dalam goa.
Hasan bin Ali r.a., digelari "Al-Mujtaba".
Husein bin Ali r.a., digelari "Asy-Syahid" (yang mati syahid).
Ali Zainal Abidin bin Husein (80-122 H), digelari "As-Sajjad".
Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin (wafat tahun 114 H), digelari "Baqir".
Ja'far Shodiq bin Mohammad Baqir (wafat tahun 148 H), digelari "As-Shodiq" (sejati).
Musa Kadzim bin Ja'far Shadiq (wafat tahun 183 H), digelari "Kadzim" (yang mampu menahan diri).
Ali Ridha bin Musa Kadzim (wafat tahun 203 H), digelari "Ridha".
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha (195-226 H), digelari "Taqy" (yang banyak taqwa).
Ali Hadi bin Muhammad Jawwad (212-254 H), digelari "Naqy" (suci bersih).
Hasan Askari bin Ali Hadi (232-260 H), digelari "Zaky"(yang suci).
Muhammad Mahdi bin Muhammad Al-Askari yang digelari "Imam Muntadhar" (Imam yang dinantikan).
Diyakininya bahwa Imam yang ke dua belas telah masuk ke dalam goa.
Secara
historis, di antara tokoh-tokohnya yang menonjol ialah Abdullah bin Saba ', seorang Yahudi dari Yaman, yang berpura-pura
memeluk Islam. Ditransfernya apa-apa yang ditemukannya dalam ide-ide Yahudi kepada
Syi'ah: seperti "Raj'ah" (munculnya kembali imam), tidak mati,
menjadi raja di bumi, berkemampuan untuk melakukan sesuatu yang tak ada seorang
pun yang mampu melakukannya, mengetahui apa yang tidak diketahui orang,
ditetapkan sifat berpermulaan dan sifat lalai bagi Allah. Adalah Abdullah bin Saba ' yang pernah berkata ketika ia masih menganut agama
Yahudi, bahwa Yusa' bin Nun telah mendapat wasiat dari Musa a.s., sebagaimana
di dalam Islam, bahwa Ali r.a. juga telah mendapat wasiat dari Muhammad SAW.
Abdullah
bin Saba ' telah berpindah dari Madinah ke
Mesir, Kufah, Fusthath, dan Basrah, kemudian berkata kepada Ali r.a.:
"Engkau, Engkau!" dengan maksud engkaulah Allah. Sesuatu yang
mendorong Ali r.a. memutuskan diri untuk membunuhnya, tetapi Abdullah bin Abbas
r.a. menasehatinya agar keputusan itu tidak dilaksanakan. Kemudian tokoh itu
dibuang ke Madain.
Mansyur
Ahmad bin Abi Thalib Al-Thabrassyi, wafat tahun 588 H, pengarang buku
"Al-Ihtijaj" (Sebelum Protes, dicetak di Irak tahun 1302 H).
Kulainy,
pengarang kitab "Al-Kafi", dicetak di Iran pada tahun 1278 H.
Buku tersebut di kalangan mereka, setara dengan kitab Shahih Bukhari di
kalangan Ahli Sunnah. Diyakininya bahwa di dalam kitab itu terdapat 16199 buah
hadits. Dan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW kira-kira 6000 buah
hadits. Di dalam kitab itu banyak terdapat hal-hal khurafat dan palsu.
Haj
Mirza Husein bin Muhammad Taqi An-Nuri At-Thabrasyi, wafat tahun 1320 H,
dimakamkan di pemakaman syuhada pilihan di Nejev, pengarang buku "Fashl
Khitab Fi Ishbati Tahrifil Kitab Rab El Arbab." Di dalam buku ini,
diyakininya bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang ini banyak ditambah-tambahi dan
dikurangi: antara lain kata mereka di dalam surat "Insyirah", dikurangi kalimat
: "Dan kami jadikan Ali menantumu." Naudzu billah! Buku tersebut
telah dicetak di Iran
pada tahun 1289 H.
Ayatullah
Al-Mamaqani, pengarang buku "Tanqih Al-Maqal Fi Ahwali Ar-Rijal."
Tokoh ini menurut mereka adalah dedengkotnya "Jarh Wat Ta'dil"
(sebuah pembahasan dalam ilmu Musthalahul Hadits yang mempelajari sejarah hidup
dan perilaku perawi-perawi hadits untuk menilai hadits yang diriwayatkannya).
Di dalam buku tersebut, terdapat sesuatu yang menggelari Abu Bakar dan Umar
r.a. dengan gelar "Tukang sihir/Dukun dan Thaghut." Silakan periksa
buku itu juz I hal. 207 cetakan tahun 1352 H, percetakan Murtadhowiyah di
Nejev.
Abu
Ja'far Al-Tusyi, pengarang buku "Tahdzib Al-Ahkam" dan
Muhammad bin Murtadha yang dipanggil dengan Mala Muhsin Al Kasyi, pengarang
buku "Al-Wafi" dan Muhammad bin Hasan Hur 'Amily, pengarang
buku "Wasail Syi'ah Ila Ahadits As Syari'ah" dan Muhammad
Baqir bin Syaikh Muhammad Taqy, yang dikenal dengan "Al-Majlisi",
pengarang buku "Biharul Anwar Fi Ahadits An-Nabi Wal Aimmah Al-Athhar"
dan Fathullah Al-Kasyani, pengarang buku "Manhaj As Shadiqin"
dan Ibnu Abi Hadid, pengarang buku "Syarah Nahjul Balaghah."
Ayatullah
Khomaini, salah satu tokoh Syi'ah kontemporer, pemimpin revolusi Syi'ah Iran,
yang mengendalikan rol pemerintahan. Ia mengarang buku "Kasyful Asror"
dan "Pemerintahan Islam." Walaupun ia menyatakan tentang ide
wilayatul faqih, dan menjunjung tinggi slogan-slogan Islam secara umum pada
awal revolusi, namun ternyata ia masih menanamkan akar-akar Syi'ah fanatik yang
sempit, yang mengendalikan negara dan membawa kepada sebuah peperangan yang
kejam kontra tetangganya sendiri, Irak.
Pemikiran
dan Diktrin-doktrinnya
Imamah:
Harus dengan tekstual
Imam terdahulu harus menentukan imam penggantinya secara tekstual dan langsung ditunjuk orangnya, bukan dengan bahasa isyarat. Imamah sesuatu yang sangat penting, yang tidak boleh terpisahkan antara Rasulullah SAW dengan ummat. Dan tidak boleh dibiarkan masing-masing orang menyampaikan pendapatnya tentang imamah sendiri-sendiri. Justru harus ditentukan seseorang yang menjadi tempat bertanya dan rujukan. Mereka berdalil, bahwa dalam imamah, Rasulullah SAW. telah menentukan Ali bin Abi Thalib r.a. menjadi imam setelah beliau secara tekstual yang nyata pada hari "Ghadir Kham" (sebuah hari besar bagi Syi'ah yang dianggap lebih agung dari pada hari raya Fitri dan Adha. Jatuh pada tanggal 18 Dzulhijjah, berpuasa pada hari itu menurut mereka sunnah mu'akkad).
Imam terdahulu harus menentukan imam penggantinya secara tekstual dan langsung ditunjuk orangnya, bukan dengan bahasa isyarat. Imamah sesuatu yang sangat penting, yang tidak boleh terpisahkan antara Rasulullah SAW dengan ummat. Dan tidak boleh dibiarkan masing-masing orang menyampaikan pendapatnya tentang imamah sendiri-sendiri. Justru harus ditentukan seseorang yang menjadi tempat bertanya dan rujukan. Mereka berdalil, bahwa dalam imamah, Rasulullah SAW. telah menentukan Ali bin Abi Thalib r.a. menjadi imam setelah beliau secara tekstual yang nyata pada hari "Ghadir Kham" (sebuah hari besar bagi Syi'ah yang dianggap lebih agung dari pada hari raya Fitri dan Adha. Jatuh pada tanggal 18 Dzulhijjah, berpuasa pada hari itu menurut mereka sunnah mu'akkad).
Diyakininya
bahwa Ali r.a. juga telah menentukan kedua putranya Hasan dan Husein secara
tekstual, dan begitu seterusnya, bahwa setiap imam menentukan imam berikutnya
dengan wasiat dari padanya. Mereka itu disebut "Aushiya'" (penerima
wasiat).
'Ishmah
Setiap imam terpelihara (Ma'shum) dari segala kesalahan, kelalaian, dan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.
Setiap imam terpelihara (Ma'shum) dari segala kesalahan, kelalaian, dan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.
'Ilmu
Setiap imam dititipi ilmu dari Rasulullah SAW untuk menyempurnakan syari'at Islam. Imam memiliki ilmu laduni. Tak ada perbedaan antara imam dengan Rasulullah SAW: yang membedakan bahwa Rasulullah SAW mendapat wahyu. Rasulullah SAW telah menitipkan kepada mereka rahasia-rahasia syari'at Islam, agar mereka mampu memberikan penjelasan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Setiap imam dititipi ilmu dari Rasulullah SAW untuk menyempurnakan syari'at Islam. Imam memiliki ilmu laduni. Tak ada perbedaan antara imam dengan Rasulullah SAW: yang membedakan bahwa Rasulullah SAW mendapat wahyu. Rasulullah SAW telah menitipkan kepada mereka rahasia-rahasia syari'at Islam, agar mereka mampu memberikan penjelasan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Sesuatu
Yang Luar Biasa
Peristiwa yang luar biasa boleh terjadi pada diri imam: itu disebut "mu'jizat." Jika tidak ada satu teks tertulis dari imam sebelumnya, maka dalam kondisi seperti itu penentuan imam harus berlangsung dengan sesuatu yang luar biasa itu.
Peristiwa yang luar biasa boleh terjadi pada diri imam: itu disebut "mu'jizat." Jika tidak ada satu teks tertulis dari imam sebelumnya, maka dalam kondisi seperti itu penentuan imam harus berlangsung dengan sesuatu yang luar biasa itu.
Al-Ghaibah
(menghilang)
Diyakininya, bahwa zaman tidak pernah kosong dari sebuah argumentasi yang membuktikan adanya Allah, baik secara logika maupun secara hukum. Sebagai konsekuensi logisnya, bahwa imam yang ke-12 telah menghilang di sebuah goa (dalam rumahnya). Diyakininya pula, bahwa imam tersebut memiliki "ghaibah shugra" (menghilang untuk sementara) dan "ghaibah kubra" (menghilang untuk selamanya). Ini adalah salah satu mitos mereka.
Diyakininya, bahwa zaman tidak pernah kosong dari sebuah argumentasi yang membuktikan adanya Allah, baik secara logika maupun secara hukum. Sebagai konsekuensi logisnya, bahwa imam yang ke-12 telah menghilang di sebuah goa (dalam rumahnya). Diyakininya pula, bahwa imam tersebut memiliki "ghaibah shugra" (menghilang untuk sementara) dan "ghaibah kubra" (menghilang untuk selamanya). Ini adalah salah satu mitos mereka.
Roj'ah
(muncul kembali)
Diyakininya, bahwa Imam Hasan Al Askari akan datang kembali pada akhir zaman, ketika Allah mengutusnya untuk tampil. Oleh sebab itu, setiap malam setelah shalat Maghrib, mereka berdiri di depan pintu goa itu, dan mereka telah menyediakan sebuah kendaraan, kemudian mereka pergi, dan mengulanginya lagi perbuatannya itu pada malam berikutnya. Mereka berkata, bahwa ketika kembali, imam itu akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi sedang dibanjiri oleh kekejaman dan kedzoliman. Dan ia akan melacak lawan-lawan Syi'ah sepanjang sejarah. Syi'ah Imamiah ini benar-benar berkata, bahwa Imam itu pasti akan datang kembali, bahkan sebagian sekte-sekte Syi'ah yang lainnya menyatakan, bahwa sebagian mereka yang mati pun akan datang kembali.
Diyakininya, bahwa Imam Hasan Al Askari akan datang kembali pada akhir zaman, ketika Allah mengutusnya untuk tampil. Oleh sebab itu, setiap malam setelah shalat Maghrib, mereka berdiri di depan pintu goa itu, dan mereka telah menyediakan sebuah kendaraan, kemudian mereka pergi, dan mengulanginya lagi perbuatannya itu pada malam berikutnya. Mereka berkata, bahwa ketika kembali, imam itu akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi sedang dibanjiri oleh kekejaman dan kedzoliman. Dan ia akan melacak lawan-lawan Syi'ah sepanjang sejarah. Syi'ah Imamiah ini benar-benar berkata, bahwa Imam itu pasti akan datang kembali, bahkan sebagian sekte-sekte Syi'ah yang lainnya menyatakan, bahwa sebagian mereka yang mati pun akan datang kembali.
Taqiyah
(siasat memelihara diri)
Dianggapnya sebagai salah satu pokok ajaran agama. Barang siapa yang meninggalkan taqiyah, sama hukumnya dengan meninggalkan shalat. Taqiyah adalah suatu kewajiban yang tidak boleh dihapuskan, sampai yang berwenang tampil, barang siapa yang meninggalkannya sebelum ia tampil, maka ia telah keluar dari agama Allah dan dari agama Imamiah. Mereka mengambil dalil kepada firman Allah: "Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka." (Q. S. 3:28)
Dianggapnya sebagai salah satu pokok ajaran agama. Barang siapa yang meninggalkan taqiyah, sama hukumnya dengan meninggalkan shalat. Taqiyah adalah suatu kewajiban yang tidak boleh dihapuskan, sampai yang berwenang tampil, barang siapa yang meninggalkannya sebelum ia tampil, maka ia telah keluar dari agama Allah dan dari agama Imamiah. Mereka mengambil dalil kepada firman Allah: "Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka." (Q. S. 3:28)
Doktrin
taqiyah juga dihubung-hubungkannya dengan Abu Ja'far, imam yang kelima dengan
ucapannya: "Taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku. Tak ada
imannya seseorang yang tidak memiliki taqiyah." Diperluasnya pemahaman
taqiyah itu sampai kepada batas dusta dan haram.
Mut'ah
Dipandangnya, bahwa memut'ah wanita adalah adat yang terbaik dan pengorbanan yang paling afdhal, berdasarkan kepada ayat: "Maka isteri-isteri yang telah kamu ni'mati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban." (Q. S. 4 : 24).
Dipandangnya, bahwa memut'ah wanita adalah adat yang terbaik dan pengorbanan yang paling afdhal, berdasarkan kepada ayat: "Maka isteri-isteri yang telah kamu ni'mati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban." (Q. S. 4 : 24).
Padahal
Islam telah mengharamkan sistem perkawinan tersebut: suatu perkawinan
yang persyaratannya dibatasi dengan waktu tertentu, yang menurut Ahlussunnah,
syaratnya harus menghadirkan niat untuk mengekalkannya (kawin seterusnya, bukan
kawin kontrak). Kawin mut'ah mempunyai banyak dampak negatif di tengah-tengah
masyarakat.
Diyakininya,
ada mushhaf versi mereka, yang namanya "Mushhaf Fathimah."
Dalam bukunya, "Al-Kafi", halaman 57, cetakan tahun 1278 H.
Kulainy meriwayatkan dari Abi Basyir, ya'ni "Ja'far Shodiq":
"Bahwasanya kami mempunyai Mushhaf Fathimah r.a. seraya berkata Kataku:
Apa itu Mushhaf Fatimah? Ia berkata: Sebuah Mushhaf yang isinya seperti Qur'an
kalian 3 kali, demi Allah, tidak ada satu huruf pun isinya dari Qur'an
kalian."
Lepas
Tangan
Mereka lepas tangan dari ketiga orang khalifah Rasulullah SAW: Abu Bakar, Umar dan Utsman r.a. dan memberi mereka sifat-sifat yang tercela. Sebab menurut keyakinan mereka, ketiga orang khalifah itu telah merampas khilafah dari orang yang paling berhak untuk menerimanya. Mereka juga melaknat Abu Bakar dan Umar r.a. dalam mengawali segala amal perbuatan yang baik, sebagai ganti dari membaca "Basmalah." Mereka juga tidak segan-segan untuk melaknat sebagian besar para sahabat Rasulullah SAW. dan tidak ketinggalan pula untuk melaknat dan menghina Ummul mu'minin 'Aisyah r.a.
Mereka lepas tangan dari ketiga orang khalifah Rasulullah SAW: Abu Bakar, Umar dan Utsman r.a. dan memberi mereka sifat-sifat yang tercela. Sebab menurut keyakinan mereka, ketiga orang khalifah itu telah merampas khilafah dari orang yang paling berhak untuk menerimanya. Mereka juga melaknat Abu Bakar dan Umar r.a. dalam mengawali segala amal perbuatan yang baik, sebagai ganti dari membaca "Basmalah." Mereka juga tidak segan-segan untuk melaknat sebagian besar para sahabat Rasulullah SAW. dan tidak ketinggalan pula untuk melaknat dan menghina Ummul mu'minin 'Aisyah r.a.
Berlebihan
Sebagian mereka sangat berlebihan dalam menokohkan Ali r.a., bahkan ada yang mengangkatnya sampai pada derajat "Tuhan" seperti sekte "Sabaisme." Sebagian mereka ada yang berpendapat, bahwa Jibril telah keliru dalam menyampaikan risalah, lalu diturunkannya kepada Muhammad SAW sebagai ganti dari Ali r.a. Sebab Ali r.a. itu hampir serupa dengan Rasulullah SAW. Seperti serupanya seekor beo dengan beo yang lain. Oleh sebab itu, yang berkeyakinan seperti itu disebut "Ghuraibah" (Beoisme).
Sebagian mereka sangat berlebihan dalam menokohkan Ali r.a., bahkan ada yang mengangkatnya sampai pada derajat "Tuhan" seperti sekte "Sabaisme." Sebagian mereka ada yang berpendapat, bahwa Jibril telah keliru dalam menyampaikan risalah, lalu diturunkannya kepada Muhammad SAW sebagai ganti dari Ali r.a. Sebab Ali r.a. itu hampir serupa dengan Rasulullah SAW. Seperti serupanya seekor beo dengan beo yang lain. Oleh sebab itu, yang berkeyakinan seperti itu disebut "Ghuraibah" (Beoisme).
Hari
Besar Ghadir Kham
Yaitu hari raya mereka yang jatuh pada tanggal 18 Dzulhijjah. Kata mereka hari ini lebih mulia dari pada Idul Adha dan Idul Fithri. Hari itu disebut hari raya agung (Akbar). Mereka beranggapan berpuasa pada hari itu hukumnya sunnah mu'akkad. Pada hari itu menurut pengakuan mereka, bahwa Rasulullah SAW telah memberi wasiat tentang khalifah kepada Ali r.a. untuk menggantikan beliau.
Diagungkannya hari "Nairuz," yaitu hari tahun barunya bangsa Persia. Sebagian mereka ada yang berpendapat, bahwa mandi pada hari itu adalah sunnah.
Yaitu hari raya mereka yang jatuh pada tanggal 18 Dzulhijjah. Kata mereka hari ini lebih mulia dari pada Idul Adha dan Idul Fithri. Hari itu disebut hari raya agung (Akbar). Mereka beranggapan berpuasa pada hari itu hukumnya sunnah mu'akkad. Pada hari itu menurut pengakuan mereka, bahwa Rasulullah SAW telah memberi wasiat tentang khalifah kepada Ali r.a. untuk menggantikan beliau.
Diagungkannya hari "Nairuz," yaitu hari tahun barunya bangsa Persia. Sebagian mereka ada yang berpendapat, bahwa mandi pada hari itu adalah sunnah.
Mereka
juga mempunyai hari agung yang diselenggarakan pada tanggal 9 Rab. Awwal, yaitu
hari raya "Bapak" mereka "Baba Syuja'uddin," sebuah gelar
bagi "Abu Lu'lu'ah Al-Majusi" yang telah membunuh Umar bin Khattab
r.a.
Diselenggarkannya
pesta-pesta hiburan, kematian, kesedihan, berfoto-foto, dan menepuk dada, dan
perbuatan-perbuatan terlarang lainnya yang dipentaskan oleh mereka pada 10 hari
pertama bulan Muharram, dengan keyakinan, bahwa itu semua dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah, menghapuskan dosa dan kesalahan mereka; dan
barang siapa yang menyaksikan mereka pada pameran suci di Karbela, Nejev, dan
Qum, pasti akan melihat sesuatu yang aneh-aneh.
Akar
Pemikiran dan Sifat Idiologinya
Sebagian
mereka ada yang memulangkan asal usul Syi'ah kepada peristiwa perang
"Jamal." Sebagian lagi ada yang mengembalikannya kepada sejarah
terbunuhnya Utsman, dan ada lagi yang berpendapat, bahwa Syi'ah dimulai sejak
peristiwa perang Shiffien.
Asal
usul timbulnya Syi'ah adalah sebagai akibat dari pengaruh keyakinan-keyakinan
orang Persia yang menganut agama raja dan warisan nenek moyang. Orang-orang
Persia telah mempunyai andil besar dalam proses pertumbuhan Syi'ah untuk
membalas dendam terhadap Islam yang telah menghancur-luluhkan kekuatan mereka
dengan mengatas-namakan Islam sendiri.
Ide
Syi'ah bercampur aduk dengan ide-ide yang datang dari keyakinan-keyakinan di
Asia seperti Budhisme, Manaisme, Brahmaisme dan mereka-mereka yang berkeyakinan
kepada reinkarnasi dan Pantheisme. Syi'ah mengadopsi ide-idenya dari Yahudisme
yang telah membawa tapak-tapak berhalaisme Asyurisme dan Babilisme.
Pendapat
mereka tentang Ali r.a., para imam, dan Ahlul Bait (keluarga Rasulullah SAW)
mendapatkan titik temu dengan pendapat orang-orang Kristen tentang Isa a.s.
(Yesus Kristus). Orang-orang Syi'ah hampir mirip dengan orang-orang Kristen
dalam memperingati hari-hari besar, memperbanyak gambar dan patung, dan
membuat-buat sesuatu yang luar biasa dan mengembalikannya kepada imam.
Tempat
Tersiar dan Kawasan Pengaruhnya
Sekte
Syi'ah Imamiah Duabelas dewasa ini tersebar di Iran, dan berpusat di negara
ini. Sebagian mereka banyak pula di Irak. Keberadaan mereka terbentang luas
sampai ke Pakistan. Di samping itu, mereka juga mempunyai sekte di Libanon.
Adapun di Siria, jumlahnya sedikit, tetapi mempunyai hubungan yang kuat dengan
Nushairiyah yang juga termasuk Syi'ah yang ekstrim.
Sumber: Gerakan
Keagamaan dan Pemikiran; Akar Idiologis dan Penyebarannya, WAMY
0 comments:
Post a Comment