Home » , » Isma'iliyyah

Isma'iliyyah


Image result for Ismailiyah

Isma'iliyyah adalah sebuah kelompok kebatinan yang dinisbatkan kepada Imam Isma'il bin Ja'far Shadiq. Secara lahiriah, Isma'iliyyah cenderung kepada Syi'ah yang mengagungkan Ahlu Al-Bait, tetapi hakekatnya kelompok ini menghancurkan 'Aqidah Islamiyah. Isma'iliyyah terpecah-pecah menjadi berbagai kelompok dan berkembang sepanjang zaman sampai hari ini.
Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya
Pertama: Isma'iliyyah Qaramithah
Mereka muncul pertama kali di Bahrain dan Syam setelah melakukan pemberontakan terhadap Imam Isma'iliyyah dan merampok harta kekayaannya. Imam yang diberontak kemudian melarikan diri dari Salmiyyah, Suriah, ke negeri Transoxiana karena takut akan kekejaman orang-orang Qaramithah. Tokoh-tokohnya antara lain:

  1. Abdullah Maimin Qadah, muncul di Persia Selatan tahun 260 H.
  2. Faraj ibnu Utsman Qasyani (Dzikruwaih), muncul di Irak dan menyerukan supaya mengikuti imam yang gha'ib.
  3. Hamdan Qirmath Asy'ats (278 H), berdakwah dengan terang-terangan di Kufah.
  4. Ahmad bin Qasim yang sangat terkenal kejam terhadap kafilah dagang dan jama'ah haji.
  5. Hasan bin Bahram (Abu Sa'id antara lain Janabi), muncul di Bahrain dan dipandang sebagai pendiri negara Qaramithah.
  6. Sulaiman bin Hasan bin Bahrain (Abu Thahir), telah memerintah selama 30 tahun. Ketika berkuasa, ia mampu memperluas kekuasaannya. Tahun 319 H ia menyerang Ka'bah dan mencuri Hajar Aswad selama lebih dari 20 tahun.
  7. Hasan A'sham bin Sulaiman yang pernah menguasai Damaskus tahun 360 H.
Kedua: Isma'iliyyah Fathimiyyah
Isma'iliyyah Fathimiyyah adalah gerakan Isma'iliyyah asli yang telah bertahan sampai beberapa periode.

  1. Periode Tertutup.
    Periode ini dimulai sejak kematian Isma'il tahun 143 H sampai munculnya Abdullah Mahdi. Selama ini, nama-nama imam mereka berbeda-beda disebabkan kerahasiaannya.
  2. Periode Awal Kemunculan.
    Dimulai dengan adanya seruan Hasan bin Hausyab, pendiri negara Isma'iliyyah di Yaman, tahun 266 H. Kemudian kegiatannya berkembang sampai ke Afrika Utara dan mampu mempengaruhi syaikh-syaikh Kutama (Banu Kutama adalah qabilah Barbar yang membantu orang-orang Fathimiyyah di Maroko), diikuti dengan kemunculan rekannya Ali bin Fadhal.
  3. Periode Kemunculan.
    Periode ini dimulai dengan tampilnya 'Ubaidillah Al-Mahdi yang telah bermukim di Salmiyyah, Suriah dan melarikan diri ke Afrika Utara. Ia minta perlindungan kepada pendukungnya dari suku Kutama. Pada perkembangan selanjutnya 'Ubaidillah membunuh dua orang pendukung setianya, Abu Abdillah Al-Syi'ah'i Al-Shun'ani dan saudaranya yang bernama Abu Al-'Abbas, dengan alasan karena keduanya meragukan kepribadian 'Ubaidillah sebagai orang yang pernah dilihatnya ketika di Salmiyyah.
Selanjutnya 'Ubaidillah mendirikan negara Ismailiyyah Fathimiyyah pertama di Mahdiyyah Afrika (Tunisia) dan menguasai Raqadah tahun 297 H. Kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh Manshurbillah (334-365 H) yang disebut Abu Thahir Isma'il; Mu'izlidinillah (341-365) yang terkenal dengan sebutan Abu Tamim Mu'id, yang pernah menaklukan Mesir pada tahun 358 H; Al-Aziz Billah (365-386 H), yang bergelar Abu Manshur Nazzar; Al-Hakim bin Amrillah (386-411 H) yang bergelar Abu Ali Al-Manshur; Al-Zhahir (411-427 H) yang dijuluki Abu Hasan Ali; dan Al-Musthanshir Billah (wafat 487 H) yang terkenal dengan sebutan Abu Tamim.

Dengan mangkatnya Abu Tamim, Isma'iliyyah Fathimiyyah terpecah menjadi Nizariyyah Timur dan Musta'iliyyah Barat. Perpecahan ini terjadi karena Imam Mustanshir telah mewsiatkan (dengan dokumen tertulis), bahwa Imam berikutnya adalah putra tertuanya yang bernama Nizzar. Tetapi, Perdana Mentri Ibnu Badr Jamali menghalangi Nizzar agar tidak naik tahta. Kemudian ia memaklumkan keimanan Musta'il, putra bungsu Imam Mustanshir yang kebetulan juga sebagai kemenakan perdana menteri. Nizzar ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara sampai menemui ajalnya.
Isma'iliyyah Fathimiyyah dinasti Musta'li terus memerintah Mesir, Hijaz dan Yaman dengan bantuan orang Sulaih. Imam-imam mereka antara lain: Musta'li (487-495) yang bergelar Abu Qasim Ahmad, Amir (495-525) yang bergelar Abu Ali Manshur, Hafizh (525-544) yang bergelar Abu Al-Maimun Abdulmajid, Al-Zhafir (544-549) yang bergelar Abu Manshur Isma'il, Fa'iz (549-555 H) dengan gelar Abu Qasim, dan 'Adhid (555 sampai lenyapnya kekuasaan mereka di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi yang biasa disebut Abu Muhammad Abdullah).
Ketiga: Isma'iliyyah Assasin
Mereka adalah Isma'iliyyah keturunan Nizzar di Syam, Persia dan negara-negara sebelah Timurnya. Ketika Nizzar dilarang naik tahta di Mesir, seorang Persia yang bernama Hasan Shabah memprotes Imam Mustanshir. Karena kecewa melihat perpecahan tersebut, lalu ia kembali ke Persia menyeru kepada imam yang tersembunyi. Kemudian ia menguasai benteng "maut" tahun 483 H dan mendirikan negara Isma'iliyyah dinasti Nizzari bagian Timur. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok Assasin dikarenakan mereka terkenal mengisap hasis.
Kemudian ia mengirim beberapa sukarelawan ke Mesir untuk membunuh Imam Amir Musta'li. Dia terkenal sebagai orang yang sangat haus darah sampai tega membunuh kedua putera Musta'li. Hasan bin Shabah mangkat tahun 528 H tanpa meningalkan keturunan.

Penganjur-pengajur Assasin yang terkenal antara lain Hasan bin Shabah (meninggal 1124 M), Kyabzark Amid (meninggal 1138 M), Muhammad bin Kyabzark Amir (meninggal 1162 M), Hasan II bin Muhammad (eninggal 1166 M), Muhammad II bin Hasan II (meninggal 1210), Hasan III bin Muhammad II (meninggal 1221), Muhammad III bin Hasan III (meninggal125 M) dan Ruknuddin Khaursyah, dari tahun 1255 sampai berikutnya kekuasaan mereka yang telah dihancurkan tentara Hulako dari Mongol. Ruknuddi sendiri terbunuh di tangan tentara Hulako. Sepeninggak Ruknuddi para pengikutnya bertebaran ke berbagai pelosok negeri. Sampai hari ini mereka masih punya pengikut.

Keempat: Isma'iliyyah Syam
Mereka adalah Isma'iliyyah Nizzari. Dalam waktu lama, mereka tetap berpegang teguh kepada keyakinannya. Di dalam benteng pertahanan, mereka akan terlihat keteguhannya dalam mempertahankan keyakinan dan mengamalkan secara terang-terangan. Tetapi, mereka tetap menjadi kelompok agama yang tidak memiliki negara, meski mereka masih tetap memegang peranan penting dalam urusan keagamaan mereka, terutama di Salmiyyah, Qadmus, Mishyaf, Banyas, Khawabi dan Kahfi. Di antara tokohnya yang terkenal adalah Rasyidin Sinan yang dijuluki Syaikh Al-Jabal. Perilakunya mirip dengan Hasan bin Shabah. Ia telah mendirikan madzhab Sinaniyyah yang penganut-penganutnya meyakini adanya reinkarnasi, di samping 'aqidah Isma'iliyahnya.
Kelima: Isma'iliyah Bahrah
Isma'iliyah Bahrah adalah Isma'iliyyah Musta'liyyah. Mereka mengakui Imam Musta'li dan penggantinya Imam Amir, kemudian putranya Thayyib. Karena itu mereka menyebutnya dengan Thayibiyyah. Juga dikatakan sebagai Isma'iliyyah India dan Yaman. Pada mulanya mereka meninggalkan politik dan berusaha sebagai pedagang sampai mereka tiba di India dan berbaur dengan orang-orang Hindu yang masuk Islam. Di sana akhirnya mereka dikenal dengan istilah Bahrah. Bahrah berasal dari bahasa India kuno yang berarti pedagang.
Menurut kepercayaan mereka, Imam Thayyib "ghaib" pada tahun 525 H. Adapun imam-imamnya yang tersembunyi terdiri atas keturunannya sampai hari ini. Imam-imam tersebut tidak dikenal nama-namanya bahkan ulama-ulam aBahrah sendiri tidak mengenal imam-imam mereka. Bahrah terpecah menjadi dua kelompok.:

  1. Bahrah Daudiyyah.
    Kelompok ini dinisbatkan kepada Quthb Syah Daud. Mereka tinggal di India dan Pakistan sejak abad ke-10 H; imamnya bermukim di Bombay.
  2. Bahrah Sulaimaniyyah.
    Kelompok ini dinisbatkan kepada Imam Sulaiman bin Hasan. Pusat kegiatan mereka sammpai hari ini tetap di Yaman.
Keenam: Ismailiyyah Agha Khaniyyah
Kelompok sempalan Isma'iliyyah ini muncul di Iran pada dasa warsa kedua abada ke-19 M. Imam-imam mereka adalah:

  1. Hasan Ali Syah, bergelar Agha Khan I, dan diperalat Inggris untuk memimpin satu revolusi yang dijadikan dalih campur tangan Inggris terhadap mereka. Ia mengajak Isma'iliyyah Nizzariyyah untuk bersama-sama turut dalam revolusi. Akibatnya, dia sendiri dibuang ke Afghanistan dan Bombay dan gelar Agha Khannya dicopot Inggris sampai ia meninggal dunia tahun 1881 M.
  2. Agha Ali Syah yang bergelar Agha Khan II (1881-1885).
  3. Muhammad Husein, putera Agha Ali Syah, bergelar Agha Khan III (1885-1957 M). Ia lebih suka tinggal di Eropa dan berfoya-foya dengan bergelimang kenikmatan duniawi. Ketika meninggal, ia mewasiatkan kekhalifahan kepada cucunya yang bernama Karim. Ini bertentangan dengan ajaran Isma'iliyyah, bahwa pengganti khalifah harus putera tertua.
  4. Karim, bergelar Agha Khan IV, naik tahta sejak tahun 1957. Ia belajar di salah satu universitas di Amerika.
Ketujuh: Isma'iliyyah Waqifah
Sebuah kelompok Isma'iliyyah yang berhenti kepada keimanan Muhammad bin Isma'il yang merupakan imam pertama dari para imam yang tersembunyi. Golongan ini berpendapat bahwa imam pertma ini akan muncul kembali setelah menghilang.

Pemikiran dan Doktrin-Doktrinnya
Keharusan adanya Imam Ma'shum (yang terjaga dari kesalahan dan dosa), adalah yang termaktub sebagai keturunan Muhammad bin Isma'il. Adapun keyakinan Ahli Sunnah wal Jama'ah yang merupakan keyakinan kalangan ulama salaf adalah bahwa selain para nabi dan rasul itu tidak ma'shum.
Dalam ketentuannya bahwa yang berhak menjadi imam pengganti adalah keturunannya yang tertua, akan tetapi mereka berkali-kali mengabaikan ketentuannya sendiri.
Pengertian 'ishmah bagi mereka bukan ketiadaan melakukan maksiat dan kesalahan, tetapi bagi mereka kesalahan dan maksiat itu harus ditakwilkan dengan apa yang sesuai dengan kepercayaan mereka.
Mereka berkeyakinan bahwa barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mengenal imamnya dan belum pernah berbai'at, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah. Ini tidak jauh berbeda dengan doktrin yang dibawa kelompok LDII di Indonesia. Dengan dalil bai'at ini, sangat mudah untuk mempengaruhi orang agar bergabung dan menjadi jama'ahnya. Padahal, sesungguhnya mereka telah menyimpangkan pemahaman bai'at dari pemahaman yang lurus.
Pengikutnya diwajibkan membayar sperlima hasil usahanya untuk Imam.
Mereka meyakini taqiyyah dan sirriyyah (penyamaran, penyerupaan), serta menerapkannya ketika terjadi banyak kesulitan.
Imam Isma'iliyyah adalah poros dakwah dan aqidah serta keduanya mengitari pribadinya.
Mereka meyakini adanya reinkarnasi. Dan mereka mengingkari sifat-sifat Allah sebab menurut mereka, tidak 'ada' dan juga bukan 'tidak ada'; tidak 'alim dan tidak jahil; tidak berkuasa dan tidak pula lemah. Mereka itu tidak menisbatkan Allah secara mutlak dan juga tidak menafikannya secara mutlak. Dia adalah Ilah dua orang yang saling bertolak belakang, pencipta dua orang yang saling berlawanan. Dia tidak qadim dan tidak hadits; yang qadim adalah perintah dan kalimat-Nya, sedangkan yang hadits adalah penciptaan dan fitrah-Nya.
Adapun doktrin-doktrin kaum Bahrah antara lain:

  1. Tidak melakukan shalat di masjid kaum muslimin yang bukan beraliran Bahrah.
  2. Lahiriah mereka di dalam aqidah-aqidah seluruh firqah yang moderat, sedangkan bathniyah mereka di satu sisi lain.
Mereka melakukan shalat, tetapi shalat mereka untuk Imam Isma'iliyyah yang tersembunyi dari keturunan Thayiyib bin amir.
  1. Mereka pergi ke Makkah untuk haji seperti umat Islam lainnya, tetapi mereka berpendapat bahwa Ka'bah adalah lambang imam mereka.
Golongan Assasin berkeyakinan, "Tidak ada hakikat dalam wujud dan segala sesuatu serba boleh (mubah)." Cara yang mereka tempuh adalah pembunuhan (Assasinasi) yang terorganisir dan bertahan dengan rantai di balik benteng yang kokoh.
Sehubungan dengan ini, Hujatul Islam Imam Al-Ghazali berkata, "Pada dasarnya pokok ajaran mereka adalah keserbabolehan mutlak: membuka hijab, membolehkan bahkan menghalalkan yang haram dan mengingkari syari'at. Hanya saja, mereka mangingkari semua itu jika hal demikian dinisbatkan kepada mereka."
Mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak menciptakan alam secara langsung, tetapi melalui akal yang absolut yang menjadi tempat semua sifat-sifat Tuhan yang disebut 'Hijab'. Akal yang absolut menempati diri manusia, seperti nabi dan imam-imam yang ghoib sebagai pengganti nabi. Karena itu, Muhammad hanyalah sebagai juru bicara, sedangkan Ali asas yang menafsirkannya.
Akar Pemikiran dan Sifat Idiologinya
Madzhab Isma'iliyyah pertama tumbuh di Irak kemudian pindah ke Persia, Khurasan dan kawasan-kawasan Transoxiana seperti India dan Turkistan. Aliran kepercayaan ini kemudian bercampur dengan kepercayaan-kepercayaan Persia Kuno dan pemikiran-pemikiran Hindu. Selanjutnya, penyimpangan dan ketidakjelasan aqidah ini diperkeruh oleh orang-orang yang ingin memuaskan nafsunya.
Mereka bersentuhan pula dengan orang-orang Brahma di India, filsafat-filsafat timur, orang-orang Budha dan sisa-sisa ajaran Astrologer dan Persia: berupa keyakinan dan pemikirannya tentang ruhani, planet dan bintang-bintang. Mereka berbeda-beda dalam kadar mengadopsi khurafat itu. Kerahasiaan mereka semakin menambah penyimpangannya.
Sebagian mereka ada yang menjadi penganut aliran Mazdak dan Zoroaster dalam filsafat serba boleh dan kekomunisannya (seperti Qaramithah).
Aqidah mereka tidak bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Di dalamnya telah dimasuki berbagai filsafat dan kepercayaan yang membekas kepada keyakinan mereka dan menyebabkan mereka keluar dari ajaran Islam.
Penyebaran dan Kawasan Pengaruhnya
Wilayah yang semula dikuasai kaum Isma'liyyah, kini telah banyak berubah, baik luas maupun pulaunya. Hal itu terjadi sesuai dengan perubahan kondisi dan keadaan sepanjang kurun yang cukup lama. Pengaruh mereka telah terdesak oleh Alam Islami, tetapi dengan bentuknya yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan zaman dan waktu.
Orang Qaramithah pernah menguasai sepanjang Arabia, Syam, Irak, sebagian kawasan India dan Pakistan.
Orang-orang Fathimiyyah pernah mendirikan sebuah negara yang terbentang luas dari lautan Atlantik sampai Afrika utara, hingga menguasai Mesir dan Syam; Madzhabny pernah dipeluk penduduk Irak. Tahun 540 H para orator Isma'iliyyah pernah menjadi jago-jago podium Baghdad. Akhirnya, negara mereka bertekuk lutut di hadapan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Kaum Agha Khamiyyah banyak berdiam di Nairobi, Darussalam, Zanzibar, Madagaskar, Congo, Belgia, India, Pakistan dan Suriah. Kepemimpinan tertinggi mereka berpusat di Karachi.
Pemeluk Bahrah umumnya tinggal di Yaman, India dan dataran-dataran sekitarnya.
Isma'iliyyah Syam pernah memiliki benteng pertahanan yang kokoh di sepanjang negara mereka; sisanya masih terlihat di Salmiyyah, Khawabi, Qadmus, Mishyaf, Banjas dan Kahfi.
Kaum assassin tersebar di Iran; mereka menguasai benteng Al-Maut sebelah selatan laut Qazwin dan kekuasaannya terbentang luas. Dalam pemerintahan Abbasiyyah yang Sunni, mereka memiliki wilayah merdeka yang luas, bahkan benteng pertahanan mereka sampai ke Halb dan Mausil. Ketika Perang Salib berlangsung, salah seorang dari Imam mereka pernah menguasai Damaskus yang telah dihancurkan Hulako dari Mongolia.

Sumber: Diadaptasi dari Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar Idiologis dan Penyebarannya, WAMY


Diterbitkan Oleh : Al Masjidiy Jurnal News Network

Al Masjidiy Murupakan kumpulan dari tulisan-tulisan yang ada dalam beberapa buletin dan artikel ilmiah, soalnya admin pernah menjadi pemred beberapa buletin di Kota Metro Lampung dan Kota Bekasi. Saat ini admin Fokus pada pengembangan media online. Admin juga menerima tulisan dari pembaca melalui email: almasjidiy@gmail.com

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Terima Kasih Telah Membaca Artikel Ini ::

0 comments:

Post a Comment

Opini Terbaru